- 8 End -

592 44 17
                                    

Setelah menculik(?) War dari Bever.
Yin membawa War kembali ke rumah, sampai dikamar, Yin masih menggenggam tangan War lebih tepatnya menarik tangan War. Disana ia pun melepaskannya, "Lebih baik sekarang kau bersihkan dirimu" ucap Yin dingin.

War tampak kesal, ia berkacak pinggang, "Sebenarnya kamu kenapa Yin? Kenapa hari ini kamu sangat menyebalkan"

Yin menatap War tak kalah sengit, "Lalu apa yang kau lakukan dengan Bever? Kenapa wajahmu penuh debu dan noda"

"Aku hanya membantu adik tingkat menyelesaikan prakarya mereka dan kenapa kamu hari ini sangat kasar" ucap War semakin sengit.

Yin yang merasa ditantang itu mulai naik pitam, "Oh jadi seperti itu, lalu kau biarkan Bever menyentuh wajahmu seenaknya begitu"

"Memang kenapa, dia hanya membersihkan wajahku" jawab War polos

Yin mengepal kedua tangannya, karena ia ingat betul bagaimana raut wajah Bever saat membersihkan wajah War, penuh damba dan Yin tak suka itu.

"Bagimu dia hanya membersihkan wajahmu tapi baginya itu bisa bermakna lebih" ucap Yin membuang muka, itu caranya meredam emosi.

War mengernyitkan alisnya bingung dengan perkataan Yin, ia hendak bertanya lebih lanjut namun Yin sudah mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi.

"Cepat mandi atau kau mau aku MANDIKAN" ucap Yin dengan penekanan diakhir kalimat.

War bergidik ngeri, ia dengan cepat menutup dan mengunci pintu kamar mandi, tingkah War tersebut sangat manis dimata Yin dan mampu meredam emosi Yin, Yin pun tersenyum samar.
.
.
.

Keesokan harinya.

War masih saja penasaran dengan maksud perkataan Yin kemarin, ia pun hendak mempertanyakannya pada Bever.

Saat ini War benar-benar mempertanyakannya pada Bever, wajah Bever tampak terkejut namun kemudian tersenyum lembut.

"War sebenarnya aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu, namun aku tau jika kamu menyukai Yan, maka aku lebih memilih diam dan sekarang sepertinya waktu yang tepat untukku mengatakannya jika aku benar-benar menyukai...."

"Maaf" satu kata yang keluar dari mulut War mampu menghentikan ucapan Bever, War menunduk, Bever menatap War penuh tanya.

"Maaf untuk?"

"Maaf Bever sepertinya aku belum siap untuk memulai hubungan baru, aku masih memikirkan Yan, lagipula kamu sudah seperti saudaraku sendiri"

Jederrrr, rasanya hati Bever disambar petir, kaget, sakit, selama ini usahanya sia-sia, War menganggapnya sebagai saudara. Bever menunduk sedih namun kemudian bersikap seolah tak terjadi apapun, dilihatnya War menunduk, Bever pun berusaha mencairkan suasana dengan berkata, "Aku hanya bercanda War, aku menyukaimu karena kita sahabat ya kan" ia pun merangkul pundak War, War mendongkakan wajahnya menatap Bever lalu tersenyum, "Kita akan seperti ini terus kan Bever?"

Bever mengangguk, "Tentu, kita kan sudah seperti saudara"

"Janji ya Bever, jangan membenciku" ucap War sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

Bever mengacak rambut War gemas "Iya janji" ia pun menautkan jari kelingkingnya dijari War.

Tanpa mereka sadari Yin memperhatikan mereka, raut wajahnya sulit diartikan.
.
.

Malam harinya.

Yin pulang dengan sempoyongan, ia mabuk, untung saja Prom mengantarnya pulang dan untung saja kakek tak ada dirumah, jika ada kakek bisa-bisa Yin dihukum bahkan bisa tidur diluar. Prom membawa Yin ke kamarnya lalu membaringkan tubuh Yin disana, tak lupa War melepaskan sepatu Yin, Prom melirik jam tangannya, waktu menunjukkan jam 1 malam, ia pun bergegas pulang, namun saat ia pulang, ia sempat melihat mobil alpad (biar gak ngiklan) yang tak asing terparkir digarasi rumah keluarga Wong. Mobil itu seperti milik War, tapi mungkin hanya mirip, pikir Prom. Ia pun segera pulang ke rumahnya.
.
.

YinWar I am Not Him (END)Where stories live. Discover now