- 7 -

523 58 15
                                    

Keesokan harinya.

Ini hari kedua War berada dirumah kediaman keluarga Wong, saat ini Kakek Wong dan War tengah sarapan bersama, suasana saat ini sangat canggung, bahkan War hanya diam saja sedari tadi. Kakek Wong yang menyadarinya pun berdehem pelan namun War tak mengindahkannya.

"Nak War kamu kenapa? Apa sarapannya tidak enak?" kakek Wong berbicara lembut pada War.

War mengakat wajahnya yang sedari tadi menunduk, kini ia menatap kakek Wong dengan senyum yang ia buat sebisa mungkin.

"Tak apa kakek, sarapannya sangat enak" balas War namun kakek Wong tau jika War tidak dalam keadaan baik-baik saja, raut wajah pria tampan nan manis itu terlihat lesu/galau yang membuat sang kakek khawatir.

"Kakek tak yakin jika kamu sedang dalam suasana baik, bagaimana jika kakek menyuruh Yin mengantarmu ke universitas? Anak itu bisa diandalkan menjagamu meski penampilannya tak seperti itu" jelas kakek, namun justru membuat War menegang, tubuhnya terasa kaku saat mendengar nama tuan muda Wong itu disebut.

"Ti..dak perlu kakek, aku akan diantar paman Chan" War berkata terbata, membuat kakek mengernyitkan alisnya bingung.

"Apa kamu dan Yin sedang bertengkar?" selidik pria tua yang masih terlihat tampan itu.

War menggeleng pelan, ia tak mau kakek ikut dalam masalahnya dengan Yan/Yin. Ia sudah cukup malu jika berada disini, rasanya ia ingin pulang ke rumah namun sang papa tentu akan menolak permintaannya secara tegas.

"Kami baik-baik saja kakek, hanya saja aku masih belum terbiasa tinggal disini" War sedikit berbohong namun ada benarnya juga, bukankah tinggal ditempat baru butuh beradaptasi dulu.

Kakek Wong yang mendapat jawaban dari War mengangguk paham, ia tau War masih baru disini jadi mungkin War belum terbiasa.

"Kakek harap kamu segera terbiasa, kakek akan sangat sedih jika kamu masih tidak nyaman berada disini" kakek Wong menampakkan mimik wajah sedihnya namun terlihat lucu dimata War, ia terkekeh melihat tingkah kakek Wong.

"Nah tersenyumlah, kau sangat manis jika tersenyum" puji kakek Wong, lagi War menampakkan wajah kesal namun terlihat manis dimata sang kakek.

"Aku ini tampan kakek bukan manis" ralat War kesal.

Kakek menanggapinya dengan tertawa kecil. Suasana sarapan itu pun tak canggung lagi, keduanya kembali seperti kemarin sore. Setelah selesai sarapan, War berangkat ke universitas diantar Pak Chan, sedangkan kakek pergi bekerja.

Kakek Wong masih tetap bekerja meski usianya sudah cukup untuk pensiun, namun dikarenakan ayahnya Yin yang tak bisa diandalkan menurut kakek Wong, maka sang kakek tak mau ambil resiko melepas perusahaan ditangan anaknya, ia menunggu waktu sang cucu yaitu Yin yang akan mengambil alih perusahaannya, selama ini kakek selalu mengawasi perkembangan Yin, Yin sangat berkompeten dan sangat cocok jika nantinya Yin lah yang memegang perusahaan. Kakek Wong sangat yakin.
.
.
.

Sore harinya.

War mendapat kabar jika kakek Wong akan lembur dan bahkan tak pulang ke rumah, hal itu membuat War panik, ia tak ingin hanya berduaan saja dengan Yin dirumah meski disana banyak security ataupun maid. Jadi War memutuskan pergi nonton film bersama Bever sahabatnya, ia berharap nanti sepulang nonton sudah malam dan Yin sudah tertidur dikamar.

Bever yang merasa aneh tak biasanya War suka diajak keluar seperti ini, ia pun bertanya pada War namun War menjawab karena bosan. Bever tak lagi niat bertanya karena dilihatnya wajah War sangat kusut, ia tak mau membuat sahabatnya itu makin bad mood, jadi ia memutuskan menghibur sahabatnya dengan bersenang-senang dimall seharian sampai mall itu tutup.
.
.
.

YinWar I am Not Him (END)Where stories live. Discover now