TSOMC 7

800 16 0
                                    

Happy reading

"Bagaimana dengan Sekertaris baru ku? Bukankah hari ini sudah bekerja bersamaku?" tanya Morgan. Lelaki muda kaya raya pemilik perusahaan terbesar New group membutuhkan Sekertaris secepatnya.

"Saya sudah menghubunginya tetapi tidak aktif. Mungkin saja esok hari dia akan datang ke sini." jawab Leony. Adik ipar Morgan yang bekerja sebagai wakil direktur perusahaan, membantu Morgan untuk mencari Sekertaris baru.

Lelaki itu mengerutkan alisnya. Ia sangat membutuhkan seseorang yang membantu dalam menjalankan meeting nanti sore. Para pejabat akan datang untuk membahas saham serta pembentukan group baru. Mantan Sekertarisnya tengah hamil muda jadi terpaksa mengundurkan diri secara tiba-tiba. Makanya, Morgan kesulitan mencari pengganti wanita itu dengan cepat.

"Lalu bagaimana dengan meeting sore ini. Kita tidak bisa menundanya." ucapnya frustasi, menghubungi salah satu rekannya untuk meminta membawakan Sekertaris barunya hari ini juga.

"Setelah dia sampai di sini. Temui aku di ruangan dan berilah dia sebuah materi yang akan dibahas sore hari ini. Aku tidak peduli, jika dia gagal menjalankannya kita cari lagi." kata Morgan.

"Baik kak." kata Leony.

Morgan kembali fokus pada pekerjaannya. Seharusnya hari ini sebelum meeting sudah keluar kantor mengawasi para tenaga kerja. Namun, karena menunggu seseorang semua dibatalkan olehnya. Ya Liana, belum datang juga sampai sekarang.

Sedang sibuk Sang adik kedua yang bernama Vindra masuk ke dalam ruangannya. Vindra tidak peduli kalau kakaknya sedang sibuk, tujuan Vindra sebetulnya ya tentang pekerjaan tetapi ada hal lain pula yang dia inginkan.

"Kenapa kamu siang-siang ke sini? Bukankah perusahaan mu sedang membutuhkan dirimu sekarang." ucap Morgan tanpa menatap ke arah adiknya.

"Ya, aku ke sini ada perlu soal itu, eum sepertinya kamu butuh Sekertaris."

"Apa tujuanmu ke sini. Cepat katakan, tidak usah bertele-tele lagi. Aku sedang sibuk!" nadanya agak tinggi, tetap Vindra suka momen ini karena Morgan memang gila kerja.

"Aish. Jangan marah-marah lah, Ayah menyuruhku untuk menemui mu dan membawakan seorang wanita yang menjadi Sekertaris barumu tapi ... Sepertinya orang itu sama." Vindra tersenyum kecil. Ia tahu wanita yang akan menjadi Sekertaris adalah mantan kekasih dari kakaknya.

"Sama? Apa maksudmu,"

"Tidak ada. Eum, lanjutkan saja aku akan kembali." kata Vindra setelah itu ia berbalik badan.

"Ah tunggu sebentar, sebentar lagi kau akan bertemu dengan seseorang yang pasti akan membuatmu mabuk kepayang. Haha." lanjut Vindra diiringi senyuman tengil membuat Morgan semakin menyatukan alisnya.

Morgan tidak menggubris apa yang dikatakan oleh Vindra, lelaki itu selalu menganggap Vindra anak kecil yang suka sekali mengusiknya. Perempuan membuatnya mabuk kepayang? Sangatlah tidak. Morgan tidak akan mabuk kepayang kepada wanita manapun kecuali para jalang itu.

****

"Arghhhh sial. Kenapa baru sekarang kamu memberitahuku! Aish," mengumpat sendiri akibat kelalaiannya.

Ia baru ingat kalau hari ini harus interview di perusahaan yang akan menerimanya sebagai sekertaris. Bodohnya, ia terlambat sangat, ia harus berangkat kalau tidak akan kehilangan kesempatan untuk kedua kalinya. Liana terburu-buru. Menyetir mobil dengan tergesa-gesa panik serta betapa bodohnya dia bisa lupa.

Memakai baju tidak serapih biasanya, ada kancing yang belum terkancing dan Liana tidak menyadari.

Setelah sampai di kantor besar dan sangatlah ramai. Liana berjalan dengan cepat seraya menyapa para karyawan. Dia sudah ditelpon oleh Leony, untuk segera naik ke atas, ketika masuk ke dalam lift Liana bertemu Vindra. Tentu saja lelaki itu tersenyum ke arah Liana dengan sapaan bukan say hai lagi.

"Hai Noona, kita bertemu lagi." sapa Vindra, antara gugup dan menyesal kenapa harus berada di kantornya orang paling kaya raya di kota ini.

Liana tersenyum paksa alias malu-malu gimana dia akan bekerja di sini. Bos adalah mantannya dan ada adiknya pula, astaga Liana. Demi cuan kamu harus bisa profesional untuk bekerja keras menjalani hidupmu yang kejam. Daripada menganggur tidak jelas mau makan apa kau? Janda itu harus bisa mandiri! "Hai, lama juga tidak bertemu." balas Liana terkikuk, ketika melihat ke arah kerah bajunya. Baru sadar, kancingnya terbuka sehingga dadanya keliatan untung saja bukan belahannya.

"Kenapa Ayah merekomendasikan Noona untuk bekerja di sini ya? Padahal Noona sudah telat 1 jam yang lalu, tetapi bagi Ayah Noona sangat dibutuhkan untuk perusahaan ini. Tapi, tidak untuk kakakku. Sabar Noona jika mendapatkan omelan hangat haha." goda Vindra, terkekeh kecil sembari mengawasi wajah cantik Liana yang tidak pernah ada menua sedikitpun.

"Lagi pula, aku hanya sementara untuk bekerja di sini. Aku baru tahu kalau Ayahmu yang merekomendasikan ku, dan untuk kakakmu. Dia juga tidak akan mengenaliku lagi." ucap Liana tanpa ekspresi yang berlebihan, diakhiri dengan senyuman tipis.

"Mungkin. Kalian sangat cocok jika kembali menjalin hubungan. Ahaha," Vindra selalu saja seperti itu,

"Kau ini ada-ada saja. Bagaimana kuliahmu? Atau sekarang sudah bekerja di kantor?" tanya Liana, ada Vindra kegugupan wanita itu menjadi hilang dan mereka saling mengobrol satu sama lain.

Vindra jauh lebih muda dari Liana beda 2 tahun saja sebenarnya. Mereka telah mengenal dari masih sekolah menengah, Liana akui kalau Vindra adalah orang baik dan suka usil. "Eum, sekarang aku diminta Ayah untuk bekerja di kantor, ya semenjak Ayah sering sakit. Perusahaan kami sangat membutuhkan orang-orang hebat." jawab Vindra, menunggu lift sampai ke lantai atas cukup lama.

****

"Hari ini kita harus menuju ke proyek pembangunan hotel. Katanya ada beberapa halnya menghambat mereka." ujar Morgan kepada beberapa rekannya di ruang meeting khusus untuk tim.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Bukannya lancar-lancar saja ya?" sahut Shilla rekannya.

"Iya. Kemarin saya lihat baik-baik saja. Tapi, setelah saya perhatikan ada sesuatu terjadi." lanjut Erlan.

"Barang juga banyak yang hilang, ini sebenarnya ulah siapa? Atau para pekerja di sana? Atau pencuri?" timpal Leony.

Mereka sedang membicarakan tentang proyek yang memang sangat perlu didiskusikan. .

Setelah menemukan jawabannya, mereka bergegas menuju ke tempat pembangunan tersebut. Sayangnya sedang di guyur hujan deras di wilayah Jakarta. Akhirnya mereka menunda, percuma juga datang ke sana pasti sangat becek.

Mengurungkan niat pergi ke sana. Morgan kembali masuk sembari diikuti langkah kecil Liana. Gadis itu melihat ada pesan dari rekannya, kalau semuanya beres. Liana tersenyum tipis. Kemudian melanjutkan langkahnya menyusul Morgan.

"Kalau ada kabar dari Tuan Lee, kabari saya. Sekarang kembali lah bekerja, jangan ganggu saya." perintah Morgan.

'Lagi pula siapa yang akan mengganggumu.' batin Leony berkumandang kecil di hatinya. Namun, bibir tersenyum ramah sembari menundukkan kepalanya pelan. Menanggapi bos super cerewet ya begini.

"Baik pak," balas Leony.

Setelah Morgan masuk ke dalam ruangannya sendiri. Liana menghela nafasnya lega, sebuah alibi yang memungkinkan bagi diri Leony. Balas dendamnya berjalan dengan mulus. Tapi, saat di mobil pagi tadi. Morgan terus menanyai tentang Liana seperti interview.

Liana tidak tahu mengapa Morgan kepo padanya, padahal biasanya sama sekali tidak peduli dengan Liana. Masa bodoh, jangan sampai Morgan  mengetahui tujuan busuk Liana ke perusahaan ini. Bukan hanya itu tapi juga hidup Morgan yang akan Leony hancurkan.

The Secret of My CEOWhere stories live. Discover now