TSOMC 3

1.2K 24 9
                                    

"Ck, seharusnya kamu jujur kepadaku! Apakah sulit untuk mengatakan semuanya?" celetuk Liana.

"Sudah jelas Arlan memilihku daripada kamu! Bukankah kamu tadi mendengar sendiri kalau Arlan secepatnya akan menceraikan mu. Makanya hamil jangan mandul, dia akan mencari pengganti dan itu adalah aku!" sahut wanita itu dengan logat elegan tapi menjijikan.

"Baiklah kalau begitu. Aku ikhlaskan suamiku untukmu jaga dia agar tidak pergi atau mencari pengganti lain. Atau bahkan tidak mencari ku setelah cerai nanti." balas Liana begitu tenang.

"Apa maksudmu? Sudah jelas Arlan tidak akan mencari wanita sepertimu atau menyesali perbuatannya." wanita itu terus berkata kasar dengan Liana.

"Pergilah. Siapkan diri untuk di pengadilan nanti, kita akan bercerai." ucap Arlan.

Liana tersenyum miris. "Jika itu keputusanmu maka aku menerimanya dengan lapang dada. Tapi ingatlah. Keputusanmu itu akan membuatmu menyesal pada akhirnya." kata Liana.

"Terima kasih untuk 6 tahun hidup bersamaku. Aku akan mengenangnya, saatnya aku pergi." lanjutnya membalikkan tubuhnya berjalan dengan tenang tanpa mereka tahu hatinya begitu sakit. Liana bisa menahannya bahkan air mata tidak jatuh sedikitpun.

Ini sudah jalan takdir hidupnya. Liana tidak boleh menyesal karena telah mencintai seseorang yang akhirnya membuangnya seperti sampah. Ia harus ikhlas seperti perkataannya tadi pagi, lagi pula ia masih muda dan belum memiliki seorang anak. Tidak ada beban jika setelah bercerai dengan Arlan. Liana masih bisa mencari pengganti lagi nantinya serta memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi.

"Aku yakin. Tuhan akan memberi kebahagiaan yang lebih-lebih nantinya." gumamnya. Tangan Liana memerah akibat menahan tangan yang gatal ingin menonjok dan menampar Arlan. Satu lagi. Ia ingin melempar vas bunga ke kepala wanita itu agar mati sekalian di tempat.

Namun, Liana tidak mau mengotori tangannya untuk para bajingan itu. Yang ada nanti Liana bisa kena hukuman penjara, maka dia percayakan kepada Tuhan agar mereka mendapat balasan karma yang lebih menyakitkan darinya.

"Huft," helaan nafas panjang seraya menyandarkan tubuhnya di kursi kemudi mengejutkan Karina.

"Mereka benar-benar mengkhianatimu?" tanya Karina.

"Arlan benar-benar membuang ku seperti sampah di depan wanita itu." jawab Liana.

"Jadi ... Bisa saja Arlan menahan mu agar tidak pergi dari hidupnya? Bukankah begitu?" tanya Karina mencerna perkataan dari Liana.

"Benar. Aku yakin dia tidak akan membiarkanku pergi begitu saja. Terlihat dari matanya kalau dia masih mencintaiku, Arlan memang seperti itu. Tapi aku tidak bisa terus bersamanya, yakinlah hidupku akan lebih bahagia tanpa dirinya." ucap Liana.

"Sekarang turuti apa kata hatimu, aku sebagai sahabatmu ingin kamu memilih keputusan yang terbaik. Lakukan sesuai keinginanmu, selama ini kamu selalu terpojok dan menahan luka yang amat sakit. Jadikan ini pelajaran dalam hidupmu, aduh bukankah perkataan ku ini cerdas." ujung-ujungnya Karina melawak, Liana tersenyum. Benar juga apa yang dikatakan oleh sahabatnya 'Turuti apa kata hatimu'.

****

Sesampainya di rumah lebih tepatnya rumah Arlan. Liana membuka pintu yang sudah tidak terkunci, biasa ada sang mertua datang menemuinya. Seharusnya sebagai mertua tidak perlu ikut campur urusan rumah tangga sang anak. Tapi, tidak berlaku bagi Syafira yang selalu ingin mengatur semuanya.

"Darimana saja kamu?" suara nyaring itu masuk ke telinga Liana yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Menemui bajingan." jawab Liana.

"Maksudmu?" tanya Syafira.

"Sudahlah bu. Aku ingin istirahat dulu habis itu siap-siap menghadapi anakmu yang manja itu pulang." balas Liana begitu tenang.

"Jangan berharap dia akan tetap bersamamu. Kau tahu dia sudah memiliki pendamping hidup yang cocok. Jadi, bersiaplah untuk pergi dari rumah ini!" senyuman iblis itu terukir dari bibir Syafira seraya menatap remeh ke arah Liana.

Liana menyungging senyum. "Baiklah." balasnya lalu menaiki tangga dengan logat santainya. Seakan tidak terprovokasi dengan ucapan yang menyakitkan dari mulut mertuanya.

"Wanita itu benar-benar tidak terprovokasi dengan ucapan ku. Aku ingin sekali melihatnya menangis dan tersakiti dengan perkataan ku." gumam Syafira. Seharusnya dia bangga memiliki menantu yang baik dan hebat seperti Liana.

Baru saja Liana masuk ke dalam kamar mau melepaskan bajunya. Tiba-tiba Arlan datang langsung menghampiri Liana, benarkan laki-laki bertekuk lutut di depannya. "Liana. Aku tahu aku salah tapi aku mohon kita jangan bercerai, aku tidak ingin kamu pergi. Tapi, izinkan aku menikah lagi." ucap Arlan. Berbeda dengan ucapannya tadi di depan wanita murahan yang menjadi selingkuhannya selama ini.

"Bukankah kamu sendiri yang mengatakannya. Kamu membuang ku begitu saja, aku tidak masalah Arlan. Aku sudah muak hidup denganmu apalagi memiliki mertua yang tidak punya hati untuk seorang menantu sepertiku. Aku selalu salah, dan kamu tidak pernah membelaku. Sudah saatnya aku pergi. Maaf aku bukan wanita yang ingin dimadu walaupun kamu hanya ingin seorang anak. Lebih baik ceraikan aku dan biarkan aku pergi!" Liana menahan rahangnya yang mengeras tanpa menatap mata Arlan. Melihat wajahnya saja membuat Liana muak dan tak segan-segan melakukan hal kasar.

"Liana. Apa kamu yakin akan berpisah denganku? Kamu itu mencintaiku, siapa yang akan mencintaimu seperti aku mencintaimu? Tidak semudah itu hidup di luar sana tanpa aku!" sentak Arlan.

Liana tanpa dosa terkekeh kemudian menatap Arlan penuh kebencian. "Hidup tanpa dirimu akan sangat membuatku bahagia! Aku masih memiliki seorang kakak yang mencintaiku. Lihatlah, jika setelah bercerai nanti aku yang paling bahagia daripada dirimu! Camkan itu!?" celetuk Liana.

"Wanita tidak tahu diri. Seharusnya kamu introveksi diri kenapa suamimu ingin menikah lagi!" cela Syafira setelah menampar pipi Liana.

"Anakmu ini yang seharusnya introveksi diri. Oh iya, aku ingin memberimu ini ibu mertua." Liana melemparkan sebuah kertas hasil check up bulan lalu dan beberapa tahun yang lalu.

"Itu hasil check up kandunganku yang dinyatakan baik-baik saja. Tapi aku yakin, Tuhan yang belum memberikan kepercayaan kepada kami. Makanya aku tidak perlu memberitahu kalian. Lagipula, akan sia-sia kalian tetap mengatai ku wanita mandul!" celetuk Liana.

Syafira dan Arlan nampak terkejut.

"Ini akal-akal kamu saja. Sudahlah Arlan, ceraikan saja dia aku tidak sudi memiliki menantu sepertinya." cetus Syafira.

"Aku juga tidak sudi memiliki mertua sepertimu. Najis!" gumamnya sembari mengambil koper dibawah lemari.

"Aku akan membawa baju-baju yang ku beli dengan uangku sendiri. Tenang saja tidak ada ku bawa selain milikku." ucap Liana.

Arlan ingin sekali menahan Liana untuk tidak pergi dari rumah ini. Ia sendiri seperti pecundang menjadi laki-laki yang tidak becus, menodai pernikahannya yang sudah bertahun-tahun lamanya. "Lebih baik kamu tinggal di rumah ini saja, akan aku alihkan untukmu!" kata Arlan kepada Liana. Ketika Syafira akan membuka mulutnya, Arlan langsung mendorong ibunya keluar dan menutup pintu.

"Aku tidak menginginkan rumah ini. Sudahlah Arlan turuti saja apa kata ibumu, aku bisa menjalani hidupku sendiri." balas Liana.

Lanjut?

The Secret of My CEOWhere stories live. Discover now