3. Blow, Good Job

11 2 0
                                    

Witta pulang kerumah membuka pintu, melewati meja makan yang berisi kakak sepupu nya Naely. Karena malas menyapa kakak sepupu, Witta terpaksa hanya bisa mengangkat satu telapak tangan saat Naely tak sengaja melirik nya.

"Udah pulang? dari mana?" tanya Naely menghampiri Witta.

"Rumah temen, gak usah!" Witta menepis kasar tangan Naely dari bahu nya.

"Kamu capek kan Wit? kakak-"

"Gak perlu, gue bisa mandi sendiri dan ambil makan sendiri. Urus aja anak lo," ujar Witta tersenyum remeh.

"Kenapa?" tanya Naely.

"Nggak papa, gue lagi gak mood jadi jangan ganggu dulu," jawab Witta berjalan ke tangga.

Baru dua langkah Witta menaiki tangga, dari atas anak tangga sudah ada Sanka yang menatap nya tajam. Huuh.. Witta hanya bisa membuang napas, Ia lanjutkan manaiki tangga dan melewati Sanka begitu saja. Naely yang masih berada di bawah melanjutkan aktifitas memasak nya di dapur, tidak terlalu memerdulikan hubungan antara dua orang tersebut.

"Dari mana?" tanya Sanka dengan suara datar, mencekal pergelangan tangan Witta.

Witta memberhentikan langkah nya, menoleh malas ke arah Sanka. "Main," jawab Witta.

"Sampai menginap?"

"Ya," jawab Witta.

"Mulai sekarang kamu gak boleh nginap apalagi pulang malam, hari ini juga kamu saya kurung di kamar seharian!" Sanka marah.

Sanka menarik Witta ke lantai atas, berjalan menggiring Witta ke kamar gadis itu. Sepertinya kemarahan Sanka sudah diujung tanduk, tapi karena apa? bahkan Witta sendiri bingung apa kesalahan nya.

"Ahkk!" pekik Witta saat Sanka menghempasnya ke dalam kamar, menutup pintu berwarna putih itu dengan keras.

"Lo!"

"Apa?" sahut Sanka dengan cepat.

"Berhenti kekang gue sialan!" ucap Witta melotot marah, memegangi pergelangan tangan nya yang memerah.

"Tidak bisa!" tolak Sanka.

"Kenapa? gue bukan siapa siapa lo! dan lo itu suami sah kakak gue!" teriak Witta.

"Saya tidak perduli Witta! Saya tidak pernah berhubungan badan ataupun kontak fisik dengan wanita itu setelah peristiwa malam gelap itu, saya tidak pernah menganggap sepupu mu itu istri saya!" balas Sanka berteriak tak kalah kencang.

"Sanka sadar! gue sama lo gak akan pernah bisa kayak dulu, lo bukan milik gue lagi!" Witta.

"Saya sadar sepenuh nya Witta, sebentar lagi surat perceraian kami akan segera di putuskan di pengadilan," sahut Sanka.

"Nggak! lo sama Naely punya anak, lo mau liat anak-"

"Anak itu bukan anak saya!" Sanka.

"Intinya lo gak boleh buat anak itu dewasa tanpa ayah!"

"Saya gak perduli tentang itu, saya hanya akan mengakui anak dari rahim orang yang saya cintai, yaitu kamu!" Sanka mencengkram kedua bahu Witta, menatap nya penuh damba.

Witta menggeleng sebagai jawaban, Ia tak mungkin menghancurkan rumah tangga kakak sepupu nya sendiri. Apalagi Ia sudah mati matian berusaha Move on dari keparat di depan nya ini, Ia tak mau terjebak dalam permainan Sanka lagi.

"Kenapa? apa yang kurang dari saya? bukan nya kamu mencintai saya? jawab Witta!" tanya Sanka dengan wajah sedih nya.

"Nggak Sanka, ini gak bener!" Witta menggeleng.

GOD-CCWhere stories live. Discover now