2. Surat Paksaan.

10 4 0
                                    

1 tahun kemudian, waktu berlalu begitu cepat. tepat pada 1 minggu sebelum kelulusan Witta Cecilla, tepat pada hari ini tanggal kelahirannya teringatkan.

"Happy birtday my baby..semoga mulai saat ini hari lo bakalan terus menyenangkan, ayok tiup lilin!" seru Natael, teman sekelas Witta.

'Hwuh'

Witta tersenyum senang, meniup lilin kue ulang tahun dengan segera. "Makasi Nat," sahut Witta setelahnya.

Natael, gadis cantik seumuran dengan Witta, menjadi teman sebaya pengertian dan selalu ada untuk Witta dikala sedih. hari hari begitu suram untuk seorang Witta, namun hadirnya Natael membuat hati Witta sedikit merasa tenang.

"Yeay! sama sama Wit, kita kan temen, udah wajib bagi gue nyenengin lo. lagian ini cumin suprice kecil, gue yakin kakak sepupu lo itu udah nyiapin pesta besar dirumah lo tuh," kekeh Natael menyindir halus.

"Chist, males banget gue tahu!" sahut Witta berdecak sebal.

Kini mereka berdua sedang berada dirumah Natael, Natael sendiri merupakan anak perempuan Yatim piatu, bedanya ia merupakan gadis yang terlahir di keluarga kaya. meskipun ia tidak bekerja, tapi uang akan tetap mengalir untuk nya, begitulah keturunan sultan.

"Iya iya sorry deh, btw ini kita cuman diem dirumah? gak kemana mana gitu? hari ini kan hari special lo, ke luar aja gimana? lumayan kan siapa tahu bisa ketemu cuan," tanya Naatael diselingi canda.

"Cuan cuan..mata mu ijo itu cuan, yaudah lah kuy!" sahut Witta beringsut bangun, mengiyakan ajakan teman perempuan nya.

Sampai lah mereka di sebuah taman, aura malam yang gelap begitu pekat, menemani indah nya pasangan teman dua orang itu. lampu kelap kelip berjajar rapi di setiap jalan trotoar. Witta menunggu disebuah kursi taman, sahabat nya Natael tengah pergi mencari coffee hangat, ia sendiri ditaman ini sekarang.

Suara bising tersamarkan dengkur jangkrik bertabrakan, pukul 2 pagi memang sangat sepi di taman kota ini. Witta menghela napas nya pelan, mengeluarkan asap panas dari mulut nya. hoodie yang ia pakai sudah sangat tebal, tak menghalangi niat Witta berjalan jalan di area taman kota ini.

"Lama banget deh itu orang, beli coffee dimana si dia? huuhh..tahu gini tadi mending nongki di caffe aja sekalian," gumam Fosa menggigil.

'Dreett..dreett'

Getaran suara terasa menggelitik dipaha nya, segera ia ambil hp itu disaku dan 'Klik' mengangkat nya. "Hallo!" sapa Witta pertama kali.

"...."

"Aku lagi di taman kak sama Natael, kenapa?" jawab Witta.

"...."

"Ntar aja deh pulang nya, males!"

'Klik'

Witta mematikan telepon secara sepihak, barusan ini Naeli menelpon menyuruh nya pulang. "Mau ngapain juga gue pulang? biar bisa nyaksiin kemesraan lo sama si brengsek itu gitu?" monolog Witta kesal, menatap layar handphone nya sendiri yang mati.

"Woy, ngapain lo cemberut ha?" tanya tiba tiba Natael berdiri di depannya, membawa dua cup berisi coffee hangat.

Witta tersentak, untung saja ia tidak jantungan. ia lihat Natael duduk di sebelahnya, menyodorkan satu cup ke arah nya. "Nih buat lo," ujar nya.

"Makasih," sahut Witta tersenyum.

"Kenapa?" tanya Natael sambal menyeruput coffee nya.

"Biasa lah," sahut Witta tersenyum tipis.

Natael mengangguk saja, acuh tak mau lebih tahu masalah pribadi sahabat nya itu. bukan karena tak percaya untuk peduli, tapi memang Witta sendiri yang menyuruh nya diam saja jika menyangkut perihal keluarga nya.

GOD-CCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang