8

1.2K 143 0
                                    

Yuhhuuu, aku update lagii seperti biasa!

Happy reading

Langit masih belum cukup terang untuk mengusik tidur Grizelle, tapi bisa gadis itu dengar beberapa orang berbisik di ruangan Hospital wings mulai dari Harry dan seorang elf bernama Dobby yang terdengar sedikit bertengkar.

Dobby terus mengatakan hal aneh yang tidak Grizelle ketahui, tapi yang pasti elf itu terus berusaha menjauhkan Harry dari Hogwarts. Entah hal buruk apa yang akan terjadi nanti.

Tiba-tiba beberapa professor datang dan sepertinya ada seseorang yang dibekukan lagi malam ini setelah korban sebelumnya adalah kucing Mr. Filch, Mrs. Norris. Kali ini yang menjadi korban adalah seorang murid dari asrama Gryffindor yang sepertinya berada di tahun pertama.

"... para siswa dalam bahaya." Dumbledore, sang kepala sekolah Hogwarts, bersuara dengan nada parau. Nadanya sedikit bergetar mengisyaratkan kekhawatiran akan hal buruk yang mungkin saja terjadi.

"Kita bilang apa pada para staff?" tanya Prof. McGonagall.

"The truth. Tell them Hogwarts is no longer safe. It is as we afraid, Minerva. 'The Chamber Secrets' telah terbuka lagi."

Malam itu semuanya terasa tegang. Beberapa teka teki mulai tersusun satu persatu sehingga membentuk beberapa petunjuk yang terpikirkan di benak Harry Potter.

Angin dingin bertiup lebih kencang dan menyapu permukaan kulit dua pemuda pemudi yang kini tengah bergulat dengan pikiran mereka.

Begitu Dumbledore bersama Prof. McGonagall pergi, Grizelle tidur menyamping, menatap Harry yang terbaring di kirinya. Dengan suara pelan dan sedikit serak khas baru bangun tidur, Grizelle berkata. "Apa itu The Chamber of Secrets? Kau pasti tahu sesuatu 'kan Harry?"

Harry menggelengkan kepalanya dengan cepat sebelum Grizelle mencurigainya lebih dalam. "Tidak. Aku pun tak tahu."

"Sungguh?" Grizelle menatap manik kehijauan Harry lamat-lamat seolah tengah mencari kebenaran di matanya.

"Y-ya." Harry seketika merasa gugup. Entah kenapa dia seperti tengah diinterogasi karena tertangkap basah melakukan suatu kejahatan.

"Ya sudah. Night Harry!"

Grizelle tidur sambil memunggungi Harry. Beberapa hal merasuki pikirannya dan entah kenapa dia memiliki firasat buruk.

"Night Grizelle."

[◇]

Beberapa hari setelahnya. Harry dan Grizelle akhirnya sudah diperbolehkan untuk kembali ke asrama mereka oleh Madam Pomfrey.

Wanita tua itu tak henti-hentinya mengingatkan Grizelle untuk selalu meminum ramuannya agar dia cepat sembuh karena proses penyembuhannya cenderung berjalan lambat untuk ukuran seorang penyihir.

"Hm Grizz."

"Ya?"

Harry tersenyum kikuk ke arah Grizelle. Pemuda itu terlihat bingung harus berkata apa. "Kalau kau tak keberatan, aku akan menemui Hermione dan Ron dulu ...."

Grizelle mengangguk paham. "Pergilah. Aku bisa ke asrama sendiri."

Harry merasa tak enak. Kejadian antara Grizelle dan Parkinson membuat Si kembar Fred dan George serta Ron selalu waspada, jadi Harry merasa khawatir jika harus meninggalkan gadis itu, tapi disisi lain dia juga harus pergi.

"Tidak apa-apa Harry, pergi saja. Lagi pula asrama kita sudah tak begitu jauh dari sini," ujar Grizelle dengan suara lembut dan meyakinkan.

Harry mengangguk kecil. "Cepatlah kembali ke asrama Grizz," pintanya sebelum pemuda itu terlihat berlari tergesa-gesa meninggalkan Grizelle di koridor yang cukup sepi.

"Akhirnya keluar juga dari rumah sakit. Udah capek ya pura-pura sakit?"

Ya Tuhan cobaan apalagi ini. Belum samapi 5 menit sejak Grizelle berpisah dengan Harry, gadis itu kini sudah harus bertemu dengan Parkinson dan gengnya. Bahkan kali ini gadis Slytherin itu datang bersama beberapa anak laki-laki yang lebih besar darinya.

Grizelle memejamkan matanya untuk sesaat. Perlahan hidungnya menarik sebanyak-banyaknya oksigen sehingga memenuhi paru-parunya dan menghembuskannya keluar pelan-pelan. Sabar. Gadis itu harus sabar menghadapi ular mendesis.

"Minggir Parkinson!"

"Eits, mau kemana Weasley? Aku merindukanmu lho."

Parkinson mendorong pundak Grizelle dengan tangannya, memojokkan gadis itu ke tembok yang menyerupai sebuah pilar dibelakangnya. Punggungnya menabrak tembok dengan cukup keras. Rasa sakitnya kembali terasa karena ular itu.

Grizelle memejamkan matanya untuk sesaat. Mungkin tidak seharusnya dia kembali ke asrama sendiri. Sekarang ia merutuki kebodohannya sendiri. "Bisa tidak mengangguku hari ini saja, Parkinson? Lukaku belum sembuh."

Pansy tampak terkekeh pelan, diikuti oleh tawa teman-temannya. "Sadar tempatmu, b*tch! Kau tidak punya hak untuk meminta," ujar salah seorang teman Parkinson yang tidak Grizelle ketahui namanya.

Grizelle mengusap wajahnya gusar. Okay, dia sudah cukup muak bertindak sebagai anak baik-baik beberapa hari terakhir ini. Menanggapi Parkinson dan gengnya dengan tindakan dan kalimat lembut tak akan membuahkan hasil.

"Wigardium Leviosa!"

Setelah mengucapkan mantra itu, semua orang yang berdiri di depannya melayang di udara. "Sampai jumpa!" Grizelle melambaikan tangannya dan segera meninggalkan Pansy dan teman-temannya yang terus saja mengumpat dengan suara keras.

"Hei, mau pergi kemana kau?!"

"Lepaskan kami sialan!"

"WEASLEY!!"

Bla, bla, bla .... Grizelle menutup kedua telinganya rapat-rapat tanpa mempedulikan sekumpulan ular yang terus berceloteh, meneriakkan namanya dengan suara lantang.

Hari sudah semakin gelap. Langit kini berwarna merah jingga dan matahari sudah hampir terbenam.

Sepanjang lorong menuju asrama Gryffindor terasa begitu sepi. Hanya beberapa anak dan hantu yang berlalulalang membuat Grizelle bergidik ngeri.

Entah kenapa selama beberapa hari belakangan ini setelah kejadian Collin Creevey, salah seorang anak Gryffindor membeku, Grizelle selalu merasa ada yang mengawasinya dari jauh.

Bulu kuduknya seketika berdiri membayangkan ada stalker yang mungkin saja mengikutinya. Itu menyeramkan.

"Grizelle."

Grizelle tersentak kaget. Langkah kakinya langsung terhenti begitu mendengar suara yang menyebut namanya dengan suara yang halus dan sedikit lembut.

"Malfoy? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Grizelle dengan alis yang sebelah terangkat.

Draco melebarkan senyum menjengkelkannya di depan gadis itu. Tangannya bergerak menyentuh helaian rambut Grizelle dan mengecupnya sekilas. "Aku senang melihatmu sudah sehat Grizelle," bisiknya dengan nada seduktif. 

Grizelle membulatkan matanya. Hampir saja matanya berlari keluar karena ucapan Draco. Apa-apaan pria ini? Dan ada apa dengan jantungnya? Sepertinya ia sudah mulai tak waras karena berhadapan dengan Parkinson tadi. Pasti ada yang salah dengan jantung dan otaknya karena kini Grizelle mulai salah tingkah.

Oh ayolah, ini hanya Draco Malfoy. Orang yang selalu menganggu Harry dan teman-temannya dan selalu mengejek kakaknya, Ron. Dia adalah bocah tak tahu sopan santu yang seharusnya Grizelle musuhi.

Grizelle melangkah mundur saat Draco semakin mendekatinya. Napasnya tercekat begitu tubuh keduanya berhimpitan. "Ma-mau apa kau, Malfoy?" cicitnya seperti seekor tikus kecil dihadapan seekor kucing.

Draco terkekeh pelan. Rasanya menyenangkan menggangu Weasley cantik yang satu ini. Pemuda itu perlahan menjauh dari Grizelle tanpa melepaskan senyum yang merekah di wajahnya. "Bye Weasley."

To be continued

You're Only Mine (Draco Malfoy)Where stories live. Discover now