9. Mendekap

2.3K 354 68
                                    

『ImaushiWakasa』

「Sτสrτ」

▶ ●────────亗











Utahime memilih gaun berwarna peach dengan bahan adem. Ia mencocokkannya ke (name) yang kini berdiri di sebelahnya. Wanita itu juga sedang memegang gaun berwarna biru cerah, ia tampak antusias memilih pakaiannya.

Utahime hanya berdua bersama (name) disini, Nobara sedang bekerja di rumah sakit. Gadis itu terus mendumel selama Utahime mengantarkan nya ke rumah sakit subuh tadi. Panggilan mendadak ini meresahkan katanya. Ia juga kesal karena jadinya tak bisa menemani (name) berbelanja dan berfoya-foya.

"Nanti, kalau perutmu sudah semakin besar kau tinggal pakai gaun saja. Takutnya anakmu nanti sesak di dalam sana kalau kau pakai celana" Utahime memberi wejangan, (name) di sampingnya hanya mengangguk.

"Atau kalau mau pakai celana jangan celana yang ketat, bisa bahaya banget buat bayinya" Utahime kembali berbicara.

"aku waktu koas dulu sakit hati banget ngelihat satu ibu-ibu masih mudah sih cuman nggak punya otak banget. Masa dia lagi hamil makai celana jeans ketat, bodoh banget baru lah dia ngeluh perutnya sakit ada-ada aja" Utahime kini marah-marah, (name) disebelah nya cuman bisa geleng-geleng kepala.

Ia melirik sekitarnya, perasaan (name) tak nyaman. Kenapa ya? Ia merasa seperti di perhatikan, apa cuman perasaan nya saja?

"Hime-Chan, aku liat-liat perlengkapan bayi ya sebentar" (name) berjalan pergi sewaktu mendapat anggukan dari Utahime. Berjalan sambil mengelus pelan perutnya yang kian membesar. Di sudut lain toko terdapat perlengkapan khusus bayi. (name) tersenyum kecil, dapat di lihatnya barang-barang lucu itu.

"USG, nggak ya? Aku nggak mau USG deh, biar anak ku waktu lahir jadi surprise aja gitu" (name) mengangguk kecil. Menyentuh botol susu berwarna biru di tangannya.

"Tapi boleh deh USG, buat nge cek kesehatannya dedek. Nanti kita beli warna biru atau kuning ya sayang, warna netral aja buat kamu" (name) menyimpan botol susunya, sewaktu ingin melangkah sebuah tangan menghentikannya.

(name) menoleh, badannya menegang, tangannya langsung tremor. Wakasa ada di depannya, dengan mata sembab. Tapi bukan itu fokus (name) sekarang. Masalahnya Wakasa ada di depannya, (name) terdiam. Apakah pria itu akan marah? Apa (name) pergi kurang jauh? Seharusnya ia lari lebih jauh dulu, keluar negeri misalnya.

"(name), aku mau bicara sebentar" Wakasa bersuara lirih, (name) mengalihkan pandangannya. Matanya menatap liar sekelilingnya, memandang apa saja kecuali sosok Wakasa yang kini berdiri di hadapannya.

"Imaushi-san, maafkan aku.. Aku akan pergi lebih jauh lagi kok kau tak perlu risau" (name) mencoba melepas genggaman Wakasa yang kian mengencang. Ia panik, di tatapnya kini Wakasa yang menatapnya sendu. (name) tertegun, Wakasa kenapa?

"Tidak, bukan begitu (name) ada yang ingin ku bicarakan serius denganmu. Tentang kita juga bayi yang kau kandung" Wakasa menarik (name) pelan. Wanita itu terisak pelan, mencoba menghempaskan tangan Wakasa walau nihil.

"Imaushi-san, aku akan pergi lebih jauh tapi tolong jangan paksa aku untuk menggugurkan anak ini. Aku janji akan menjauh kok, sudah kubilang kau tak perlu risau" Wakasa meringis mendengarnya, bukan itu yang ingin dia katakan tetapi kenapa (name) bisa berpikir sejauh itu.

Married by Accident [Imaushi Wakasa][✅] Where stories live. Discover now