⚘10--hidden anxiety

85 43 7
                                    

───────────────

up : october 24th, 21

°°°

Di tempat ini, tepatnya taman kota Seoul. Jihan lagi ngelurusin pikirannya yang sedikit terusik belakangan ini. Entah masalah perjodohan, Wonyoung, ataupun Jaemin semua jadi satu.

Gadis itu menghela nafasnya sekilas lalu ngedarin pandangannya ke pelosok taman disekitarnya. Suasana disana mendukung karena saat ini malam minggu. Suara sentuhan daun di sekitarnya begitu menyejukkan indra pendengaran Jihan. Kendaraan yang lalu lalang namun tak bising membuat suasana makin nyaman.

Belum lagi banyak sejoli yang lalu lalang dihadapannya. Entah itu membuatnya senang atau sedih. Dari semuanya, Jihan ngeliat sepasang kekasih ga jauh dari tempat dia duduk.

Sang laki-laki merendahkan badannya lalu ngasi sepucuk bunga mawar kepada perempuan dihadapannya. Jihan bisa ngeliat betapa bahagianya dua kekasih yang lagi dimabuk asmara itu.

Tiba-tiba potongan memori terlesat gitu aja di pikiran Jihan.

Tentang lelaki yang memberi sepucuk bunga aster padanya di koridor sekolah. Lelaki yang menenangi gadis itu kala sedih ga lulus Suneung (SBMPTN Korea). Lelaki sama yang selalu merangkul tubuh mungilnya kemanapun ia pergi. Pemilik bahu yang tak lelah menjadi sandaran kala Jihan dalam masa sulit.

Tenggorokan Jihan tercekat, rasanya sulit bernafas barang satu tarikan aja. Tubuhnya ini emang mendukung banget saat situasi lagi gini-gini nya. Ingin sekali rasanya ia tertawa.

Tapi ga lama Jihan sadar, dia mengingat sesuatu pas merhatiin bunga yang sekarang udah digenggam perempuan itu.

"Ah iya mawar juliet itu"

Gadis itu langsung beranjak dari kursi taman yang ia diami setidaknya satu jam lalu itu. Jihan juga udah mulai merasa aneh karena dikelilingi sejoli disana, jujur dia merasa iri sekarang.

°°°

"Jadi apa yang mau kamu tanya?" tanya Jungwoo yang setia di meja kerjanya. Mata pria itu masih terikat pada laptop dihadapannya.

"Mawar juliet"

Jungwoo ngangkat sebelah alisnya masih dengan atensinya pada layar terang di depannya, "Mawar mahal yang ada di taman itu? Tumben kamu nanya soal ini ke paman"

"Intinya paman, kenapa ga ada yang boleh nyentuh bunga itu?"

Atensi Jungwoo sekarang berpindah ke Jihan. Pria itu nampak bingung untuk menjelaskan darimana sekarang.

"Bunga itu punya seseorang, seseorang yang istimewa di mata paman" sergahnya final.

Hening, wajah Jungwoo berubah sendu, sekilas pria itu mengulum sisi bibirnya.

"Maaf paman" gumam Jihan pelan.

Jungwoo menggeleng lalu tersenyum tipis, "Tenang, ga perlu minta maaf Jihan"

Jungwoo menunjuk ke sofa di ruangan itu, "Duduk Jihan"

Jihan lalu duduk di sofa ruangan itu diikuti oleh pamannya yang juga duduk bersebelahan dengannya. Mereka saling berhadapan sekarang.

"Paman sebelumnya ga pernah cerita apa-apa soal ini ke kamu. Sebenarnya, bunga itu punya adik perempuan paman yang udah meninggal puluhan tahun lalu"

Kata-kata itu terjeda, sampai akhirnya Jihan membuka suara.

"Kenapa bibi bisa meninggal?"

Jungwoo tersenyum simpul dan sekilas menghembuskan nafasnya lagi, "Bibi kamu kena kanker, dia ga bisa tertolong. Dan kamu tau? Bibi kamu lagi mengandung keponakan paman waktu itu"

AwareOnde histórias criam vida. Descubra agora