Bagian IV

225 21 1
                                    

Dunia entertainment dihebohkan kembali dengan hengkangnya Tay Tawan. Banyak spekulasi bermunculan lebih-lebih lagi setelah sebelumnya New Thitipoom yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak sama sekali.

Ia meneruskan perusahaan milik keluarganya.

Huh, setelah New sekarang Tay?

Pasti karena New.

Ia terus mendapat tekanan setelah menghilangnya New.

Gila gila gila!!!

Aku tidak punya idol lagiiiii!

Apa-apaan ini!? Tidak adil, pasti gara-gara New.

Komentar positif maupun negatif tidak lagi menjadi beban pikiran Tay. Ia sudah meneguhkan hatinya. Ia memilih jalan ini yang selain itu juga keinginan awal ayahnya. Dengan ia keluar dari dunia entertainment, maka ia juga akan lebih leluasa mencari keberadaan New. Walau iya mempunyai keyakinan New bersama kedua orang tuanya, namun nyatanya kedua orang tua New menutup segala akses untuknya mendekati New. Bahkan perusahaan ayahnya pun ditolak.

"Lusa kau akan berangkat ke cabang di Rorayya." Tay baru saja menjatuhkan dirinya di sofa setelah satu jam yang lalu ia sampai di rumah.

Ia mendelik tidak percaya dengan ucapan sang ayah.

"Yah, aku baru saja kembali dari Vietnam."

"Lalu?" Ayahnya ini keras dalam mendidik anak-anaknya tak terkecuali dia yang sedikit berbeda dengan dua saudaranya.

Ia yang memasuki dunia entertainment tidak sepenuhnya mendapat dukungan keluarganya, terutama sang ayah. Namun, ia adalah pemberontak kecil semasa remaja. Sang ayah luluh, tetapi balasan yang ia berikan adalah kekecewaan. Setelah semua terungkap tidak ada yang bisa ayahnya lakukan selain diam, beliau murka dengan kecerobohan Tay. Yang tidak Tay ketahui adalah jika sang ayah tidak marah dengan yang telah terjadi, namun ia marah dengan Tay yang gegabah mengambil tindakan bahkan menyakiti perasaan New. Tuan Vihokratana sempat beberapa kali bertemu dengan anak itu dan ia sudah terperangkap dalam pesona New yang mana tidak semua orang dapat menembus dinding tersebut. Like father like son. Sebagai 'hukuman' Tay tidak langsung diberi tanggung jawab atas perusahaan, ia harus meniti dari bawah sesuai perintah sang ayah. Ayahnya juga menolak untuk membantu Tay mencari New setelah permintaan mereka ke perusahaan Techa ditolak.

"Baiklah."

Hari itu tiba, ia tidak tahu jika sang ayah juga ikut bersamanya. Bukan hal yang harus dipertanyakan. Namun, ibunya yang sekarang duduk di samping sang ayah adalah kehadiran yang harus dipertanyakan. Ia ingin bertanya lebih sejujurnya ketika ibunya menjawab jika ia sedang ada reuni, namun ia tidak sedang dalam mood yang baik. Ia tidak pernah dalam mood yang baik setelah hilangnya New. Mobil yang membawa mereka berhenti di sebuah kafe untuk menurunkan ibunnya. Melihat sebuah kafe selalu mengingatkannya akan New yang senang sekali menyeretnya untuk berburu dessert, walau ia tahu Tay bukanlah pencinta hidangan penutup tersebut. Ia tidak tahu apa yang membuatnya nervous, ini tidak seperti ia tidak pernah melakukan kunjungan atau urusan ke luar. Mungkin keberadaan ayahnya lah yang mengintimidasi, karena perlakuan ayahnya menjadi lebih dingin padanya sejak semua ini dari pada ketika ia memutuskan untuk menjadi seorang aktor.

Tay hanya terus mengikuti langkah sang ayah dalam diam, hingga mereka berada di ruangan pimpinan. Ayahnya yang tidak memberi tahu maksud pertemuan ini membuatnya sangat risau ditambah sikap diamnya, Tay panik akan apa yang akan dibicarakan. Namun ia tidak bisa menunjukkan kepanikannya bukan? Ayahnya pasti tidak akan suka hal itu.

Menjadi Semestinya (TayNew)Where stories live. Discover now