60. Berakhir dengan Baik

4.6K 905 133
                                    

Jasmin, Kaisar dan Rachel bersedia membeli makanan dan minuman untuk menutupi stok yang sudah habis. Karena belum waktunya belanja bulanan, mereka membeli di mini market terdekat. Lagi pula, di sekitar vila terdapat mini market untuk seluruh warga.

Ketika menuju ke sana, di tengah jalan Jasmin melihat boneka besar yang tergeletak di jalanan. Namun ia hanya memandanginya, tak berniat mengambilnya. Kaisar dan Rachel tidak merasakan apapun ketika melihatnya. Tidak ada kecurigaan, mungkin boneka salah satu anak di perumahan.

Setelah berbelanja, mereka kembali ke rumah. Di perjalanan, Rachel dan Kaisar bertengkar karena perbedaan pendapat memilih beberapa sayur. Jasmin hanya memandangi mereka tak melerai.

Jasmin yang sudah tertarik dengan boneka yang tergeletak berhenti di tengah jalan untuk mengambil boneka itu. Ketika ia membalik badan boneka itu, di belakangnya terdapat secarik surat. Kemudian seseorang membekap mulutnya dan menariknya ke tempat gelap. Jasmin sengaja tak memberontak karena tangan seseorang yang membekapnya sangat kecil dan rapuh. Ia juga tidak terlalu memaksakan Jasmin ketika menyeretnya.

Ketika di sebuah taman, sang penarik menatap Jasmin dengan senyum. Sedangkan Jasmin agak terkejut melihatnya.

"Sabrina?"

Sabrina membalas dengan senyuman. Raut wajah Jasmin yang terkejut tiba-tiba berubah serius dan mundur beberapa langkah. "Jangan bilang kamu juga?"

"Iya, aku salah satu antek Alesha."

Jasmin tersenyum miring. "Yah, nggak heran. Alesha selalu bisa kayak gitu, dia manfaatin siapa aja demi keuntungan sendiri."

"Omong-omong, Jasmin ... Alesha udah bunuh Mama-ku. Dia nyuruh Dokter Aksa untuk bunuh Mama-ku, biar Alex nggak ke seret masuk ke penjara." Sabrina mengatakan dengan raut datar. Ia sudah tidak bisa mengekspresikan raut wajahnya dengan benar.

Jasmin terdiam. Ia tidak ingin berkomentar apapun. Biasanya ia akan berkomentar menyemangati, namun kini dia hanya diam dan merasa kalau itulah balasan setimpal orang-orang yang terlibat dengan Alesha.

"Terus, apa tujuan kamu ngasih tau aku hal itu?" Jasmin memandangi Sabrina dengan pongah.

Sabrina terdiam. Ketika ia ingin bersuara, Alex datang dari belakang dan menutup kepala Jasmin dengan kain. Jasmin menyadari kalau dia akan dibawa ke tempat yang mereka kirim melalui pesan.

Sesampai di sana, Alesha berdiri tepat di hadapan Jasmin. Alesha terkejut karena Jasmin tidak memberontak bahkan tidak takut pada sosoknya. Alesha terkejut Jasmin terlihat berbeda dari sebelumnya. Namun itu tidak membuat Alesha gentar.

"Kamu mulai berani juga ya, Jasmin." Alesha mengatakan dengan raut wajah seriusnya.

Jasmin menggelengkan kepalanya. "Bukannya berani, tapi menerima kamu yang kayak gitu. Toh kalaupun aku melawan, aku kurang yakin aku bisa menang."

"Ho, itu juga bener sih." Alesha menganggukkan kepalanya.

"Alesha, omong-omong dimana Ghibran?" Jasmin menanyakan dengan raut mengejek.

Alesha mendekatkan wajahnya sembari mengamati raut Jasmin yang terlihat mengejek. "Ada orang yang ceroboh sampai ngebuat dia kabur."

Alesha melirik Sabrina. Entah bagaimana, melihat tatapan Alesha, menjawab semua pertanyaan yang ada di kepala Jasmin.

"Oh gitu, kalau gitu aku nanya satu hal lagi. Apa yang bakalan kamu lakuin ke orang-orang di sekitar ku setelah kamu bunuh aku?" Jasmin menatapnya dengan serius.

Alesha terdiam sejenak. "Yah itu entar aja mikirnya. Lagi pula, kalaupun aku jawab nggak akan merubah fakta kamu bakalan mati di sini."

Jasmin menganggukkan kepalanya. "Betul. Tapi kita nggak tau, yang bakalan mati di sini, aku atau kamu. Semua orang udah pasti meninggal, kalau emang di sini takdirku datang. Aku bakalan terima, tapi kalau kematian itu datang ke kamu? Apa kamu bisa terima Alesha?"

INDIGO 3 ; percaya untuk matiWhere stories live. Discover now