33 - Hari pertama

4.5K 938 109
                                    

Seorang gadis berdiri di depan halte bus. Ia sengaja tidak pergi ke kampus bersama penghuni rumahnya yang lain karena sekarang jam baru menunjukkan pukul 6 pagi. Orang-orang di rumahnya, masih tidur, kecuali Wendy yang baru keluar dari kamarnya untuk minum dua gelas air putih.

Mereka sempat bertegur sapa sebentar, diakhiri dengan Jasmin berpamitan berangkat ke kampus.

Di hari pertama, biasanya mahasiswa baru akan melaksanakan PKKMB yang dilaksanakan di GSG (Gedung Serba Guna). Setelah menunggu cukup lama di halte. Jasmin pun berhenti di hadapannya.

Semangat juangnya karena masuk di salah satu fakultas yang terkenal karena senioritasnya. Membuat Jasmin cukup gugup, apalagi ia berada di kota orang, bukan kota di tempat ia tinggal. Walaupun, sebenarnya tidak ada yang perlu ditakuti.

Setelah perjalanan yang tidak terlalu lama, Jasmin berdiri di depan gedung serba guna yang ternyata sudah cukup ramai mahasiswa lain. Tidak sesuai dengan ekspetasi Jasmin. Siapapun tidak ingin mengalami keterlambatan di hari yang berbahagia ini.

Di depan GSG, terdapat beberapa tanda yang bertuliskan berbagai macam fakultas. Dengan segera Jasmin mencari fakultasnya. Semua mata tertuju padanya, tak hanya mahasiswa baru. Para senior pun menatap ke arahnya, tidak ada yang mengatahui latar belakang Jasmin, kecuali senior prodi tempat Jasmin mengais ilmu.

Netra Jasmin terbelalak ketika ia melihat Kaisar dan Sehun yang sudah duduk di antara kerumunan mahasiswa. Mereka melambaikan tangan, dan menepuk sebuah tempat kosong yang sudah mereka landmark dengan tas.

"Kalian kenapa udah di sini aja?" Jasmin sangat bingung. Padahal, ia yang berangkat mendahului mereka.

"Kamu sendiri kenapa berangkat pakai bus?" Kaisar menanyakan dengan nada sedikit kesal.

Sehun hanya tersenyum menatap ke arahnya. Dia jadi lebih dewasa. Marahnya nggak lama-lama. Padahal, semalem ngambek ninggalin gitu aja.

Jasmin memegang dadanya, mengambil napas dalam, kemudian membuangnya. Sehun mengusap pucuk kepala Jasmin. "Segugup itu ketemu orang baru?"

"Nggak cuma itu, fakultas kita ini dikenal keras. Papa pernah bilang, jangan macam-macam di kota orang, walaupun kamu mampu ngelawan." Pesan seorang ayah pada putrinya.

Jasmin mengalihkan matanya, ke arah teras aula. Ia melihat sesosok arwah berpakaian hitam putih seperti yang mahasiswa baru gunakan. Wajah pucatnya terlihat muram. Gadis itu mengenakan celana hitam.

Jasmin menyerngit. Celana? Udah berubah aturan ospeknya? Di website tertulis pakaian hitam putih, yang cewek pakai rok hitam.

Sehun menatap Jasmin yang kebingungan. "Sesak, ya di sini?"

"Hah? Nggak tuh, belum seberapa ramai juga." Kaisar menjawab.

"Iya," sela Jasmin.

Mereka ini ngomongin makhluk halus lagi, ya? Iya emang kerasa sih auranya. Aku aja merinding terus daritadi, batin Kaisar.

Di mata orang awam. Di sana masih belum ramai. Namun, di mata manusia sejenis Jasmin dan Sehun, halaman aula itu sangat ramai. Sampai rasanya sesak sekali. Seolah, makhluk tak kasat mata itu ikut serta dalam ospek.

Netra Jasmin tak henti-hentinya menatap ke seluruh sekitar aula. Di depan pintu masuk aula, di halaman aula, di dekat pohon palem aula, bahkan di tengah kerumunan mahasiswa baru dan senior. Seluruh makhluk tak kasat mata itu membaur di antara manusia.

Wujud mereka tidak sama. Tidak semuanya berpakaian sama seperti mereka. Bahkan, ada pula yang berbentuk hewan. Sebagai contoh, kepala banteng, tubuh laki-laki kekar. Sangat menyeramkan, padahal senja belum tiba. Namun, makhluk-makhluk itu sudah seramai ini.

Pertanyaan terbesit di kepala Jasmin. Apakah aula ini jarang dipakai. Apakah aula ini jarang digunakan? Apakah mereka pasukan setan yang berniat menghasut seluruh mahasiswa baru. Contohnya, dengan rasa kantuk? Nggak semuanya kelihatan seperti itu. Tapi, beberapa terlihat seperti jin yang menyerupai manusia yang telah mati.
Semakin dewasa, semakin luas pergaulanku. Semakin aku sering melihat makhluk-makhluk menyeramkan.

...

Setelah melaksanakan PKKMB. Ketiga orang yang selalu berjalan beriiringan itu keluar dari aula sembari berdesak-desakan. Tak dapat dipungkiri, di dalam aula, beberapa mahasiswa berbisik membicarakan ketiga. Bahkan beberapa dari mereka mengajak ketiga berkenalan.

Di depan aula, beberapa senior dari Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik atau disingkat BEM-FT berdiri memegang kertas yang diangkat ke atas dan menyuarakan untuk berkumpul. Tak hanya dari fakultas teknik, fakultas lain juga melakukan hal yang sama.

Ketiga orang tersebut, melangkah menuju ke tempat senior itu berada. Setelah berkumpul, mereka diajak menuju belakang aula untuk bertemu beberapa senior yang lain. Di sana sudah ramai mahasiswa baru yang lain.

Beberapa senior berbisik membicarakan ketiganya. Beberapa senior perempuan membicarakan Jasmin. Jasmin hanya membalas dengan lirikan. Maba laki-laki berada di sisi kanan, sedangkan maba perempuan berada di sisi kiri. Tidak seperti biasanya, mereka tidak bisa duduk berdekatan.

"Satu komando, ya. Jadi gini, karena kalian udah selesai ngejalanin ospek dari universitas. Mulai besok kalian ngejalanin ospek dari fakultas selama seminggu. Besok kalian harus ada di halaman depan laboratorium tanah jam 7 pagi. Nggak boleh ada yang terlambat.

Untuk pakaian, kalian tetap pakai kemaja putih, yang perempuan pakai celana panjang. Saya nggak mau ngelihat cewek-cewek pakai rok. Bisa dipahami?"

Salah satu senior laki-laki berbicara. Rambut berponi, memakai almamater dengan kulit kuning langsat, terlihat enak dipandang. Namun, yang mengalihkan Jasmin merupakan sosok yang melayang di sisi kirinya. Ukurannya sedang, memiliki tanduk dan bersayap seperti kelalawar.

Hmm, serem.

Seluruh mahasiswa baru serentak membalas. "Paham!"

"Kalian bisa panggil senior laki-laki abang, terus yang perempuan mbak, ya."

"Siap, Bang." Mereka menjawab dengan serentak lagi.

Setelah menjawab, mereka diperintahkan untuk bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Kaisar, Jasmin dan Sehun kembali berkumpul dan berjalan menuju parkiran karena Pak Agung sudah menunggu sedari tadi. Beliau berdiri di antara pilar aula, sembari mengamati ketiganya.

"Jasmin." Seseorang memanggil Jasmin dari balik tubuhnya. Seorang gadis berlari kecil menghampirinya. Itu adalah Sabrina. Ia tampil sedikit berbeda, ia tidak mengepang rambutnya, dan memakai kontak lensa untuk mengganti kacamata besarnya. Rambutnya yang lurus, terlihat ikal bawahnya.

"Eh! Sab, kamu juga kuliah di sini?" Jasmin menyambut Sabrina dengan hangat.

Sabrina manggut-manggut. "Iya, aku masuk jurusan hukum sesuai dengan jurusan di sekolah."

"He, nggak nyangka bisa ketemu di sini. Kapan-kapan aku mampir ke fakultas kamu, ya. Fakultas hukum sama teknikan sebelahan." Jasmin mengatakan.

Sabrina tersenyum. Ia menganggukkan, kemudian melirik Sehun yang menatap datar ke arahnya. "Eh, Kaisar sama Sehun satu fakultas dengan kamu, ya."

"Yah! Kayak yang kamu liat. Mereka ini stalker. Obsesif. Herman sendiri dengan dua-duanya." Jasmin melirik sinis ke arah keduanya.

Sabrina tersenyum mendengar perkataan Jasmin. Kemudian, berpamitan untuk pulang ke rumah. Di sisi lain, senior yang tertarik pada ketiganya memperhatikan ketiga.

"Nai, itu maba tiga orang bakalan populer kayaknya di kampus." Seorang senior perempuan berbicara dengan senior laki-laki yang tadi berbicara di depan maba.

"Yah, siapapun juga bakalan tertarik dengan mereka. Tapi, kehidupan kampus kan beda dengan kehidupan sekolah. Nggak cuma ganteng, cantik yang diliat." Rian yang biasa disapa Nai itu melangkah pergi menjauhi aula.

INDIGO 3 ; percaya untuk matiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang