Chapter 5

724 163 44
                                    

Hai terimakasih utk vote dan komentar kalian
Hari libur gini aku mutusin buat update
Selamat membaca jangan lupa ya vote dan komentar kalian biar aku semangat utk update lagi^^

Apa yang terjadi sungguh di luar dugaan. Alec tidak tahu harus berbuat apa, ia mencoba mencari tahu dari ekspresi wajah Keenan yang penuh misteri. Mungkinkah Keenan tahu? Kalau itu benar, kemungkinannya tipis sekali.

“Terimakasih sudah menyingkirkannya. Aku harus kembali.” Seloroh Alexandra. Ia diliputi keinginan untuk cepat-cepat menyingkir dari sana. Gadis itu berjalan secepat yang ia bisa. Ia bahkan tidak repot-repot menoleh ke belakang lagi.

Alexandra baru bisa bernapas lega ketika ia sampai di area pondok-pondok MacLean. Alec memperlambat jalannya, ia menarik napas panjang.

“Darimana saja kau?” untuk yang ke sekian malam itu Alexandra terlonjak. Royce McQuinn muncul dari serambi pondok.

“Sial Royce kau membuat jantungku nyaris copot.”

Royce memandangnya ingin tahu. “Kau seperti melihat hantu.”

Bukan hantu. Orang yang ditemuinya lebih menakutkan dari hantu. Alexandra tidak menjawab  Royce, ia melangkah melewati Royce masuk ke dalam pondok. “Aku mau ganti baju. Bisakah kau keluar sebentar?”

“Baiklah. Sebenarnya aku mau pergi ke pondok Byrne. Dia punya ale yang enak. kau mau ikut?”

“Kau saja yang pergi.” Alec tidak suka meminum minuman keras. Royce mengangkat bahu lalu meninggalkan Alec seorang diri di dalam pondok.

Gadis itu lantas menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur jerami yang tidak empuk. Ia mengangkat tangan dan meletakkannya menutupi wajah. Jantung di dada gadis itu masih berdetak tidak menentu. Wajahnya memanas saat ia mengingat lagi kejadian yang hampir membuat penyamarannya terbongkar.

Sial sekali, ia tidak tahu Keenan akan berada di sungai itu, gara-gara kejadian tadi Alec tidak jadi mandi dan sekarang ia harus tidur tanpa membersihkan badannya. Ia tidak mau kembali ke sungai dengan mengambil resiko bertemu dengan pria itu lagi. mungkin untuk beberapa waktu ia tidak akan ke sungai dan ia berdoa semoga ia tidak bertemu Keenan lagi walau itu nyaris mustahil. Yeah,pokoknya ia harap jika mereka bertemu Keenan sudah lupa tentang kejadian tadi meski ia sangsi.

Sepertinya doa Alexandra terkabul. Beberapa hari berselang dan berlangsung seperti biasanya. Rutinitasnya kembali menjadi pengurus kuda. Sesekali Alec dan Royce menonton para apasukan MacLean yang sedang berlatih di halaman. Ia dan Royce biasanya duduk-duduk di atas tumpukan jerami sembari memandang mereka dari kejauhan.

“Sepertinya Cecil punya kedudukan penting di sini.” Alec mengerti maksud Royce. Cecil selalu ada ketika pasukan MacLean berlatih. Sahabat Iain itu mengawasi mereka dan sesekali memberikan contoh gerakan-gerakan yang benar.

“Sudah kukatakan Cecil, Keenan, dan Iain berteman. Jadi tidak aneh kalau Cecil jadiorang kepercayaan Keenan.”

“Tetap saja itu aneh karena dia bukan MacLean.” Protes Royce.

Itu memang kecenderungan aneh Keenan. Ia tidak mengerti jalan pikiran Keenan, tidak banyak Laird yang akan memberikan posisi penting kepada orang yang awalnya berasal dari klan lain. Alexandra juga heran bagaimana orang-orang MacLean sepertinya tidak keberatan akan fakta itu.

“Alec..”

“Royce,”

Royce termangu sejenak lalu menoleh menghadapnya, “Aku sudah berpikir tentang rencana kita,” katanya kemudian melanjutkan, “..Mengapa kita tidak melupakannya saja dan tinggal di sini?” tanya Royce.

Steal The Heart Of HighlanderDonde viven las historias. Descúbrelo ahora