D-1

664 51 4
                                    

Hari minggu yang cerah, sehari sebelum keberangkatan ke Rusia, Jay meminta Heeseung menemaninya membeli baju tebal untuk dipakai di sana. Heeseung menurut saja. Oleh karenanya sekarang mereka sedang di mobil, perjalanan ke mall.

"Cerah ya," komentar Heeseung saat melihat keluar jendela mobil.

"Hm. Minggu cerah begini enaknya ke pantai sih," balas Jay setelah melirik kekasihnya sekilas.

"Sayangnya, dua minggu ke depan aku tidak bisa bertemu denganmu," kata Heeseung dengan lesu.

Jay terkekeh pelan. Tangannya pada persneling mobil bergerak meraih tangan Heeseung dan menggenggamnya erat.

"Kau bilang begitu seolah aku akan pindah ke Rusia, haha. Hanya dua minggu saja, Sayang. Kita pasti akan bertemu lagi setelah itu."

Heeseung menghela napas. Entah mengapa ucapan Jay sama sekali tidak membuatnya lebih lega. Isi pikirannya cukup gelap. Dia menghawatirkan banyak hal. Termasuk ... kemungkinan tidak bisa melihat Jay lagi.

"Sudah, jangan terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi. Fokus ke saat ini saja, hm? Kau mau hari ini hanya dilalui dengan saling diam saja?"

Heeseung lantas menggeleng. Dia melepaskan genggaman tangan Jay hanya untuk merangkul lengannya dan menaruh kepalanya di bahu tegap sang kekasih.

"Maaf..."

Jay mengelus lembut lengan Heeseung, dan mendaratkan kecupan singkat di puncak kepalanya.

"It's okay, honey."

🍯🍯🍯

Pulang dari berbelanja, Heeseung menjadi lebih clingy dari biasanya. Jay sedang sibuk packing, tapi Heeseung terus mengambil kesempatan untuk bergelayut manja di lengannya. Saat ditanya kenapa, dia selalu jawab tidak apa-apa. Akhirnya Jay membiarkan saja sampai kegiatannya selesai.

"Sudah selesai kan?" Celetuk Heeseung yang langsung naik ke pangkuan Jay tanpa perlu menunggu jawaban dari pria tersebut.

Jay merangkul pinggang ramping itu dengan erat supaya tidak jatuh.

"Manjanya."

Heeseung hanya mengerang sambil ndusal ke leher Jay. Menciumi aroma tubuh Jay yang begitu khas namun sangat dia sukai. Seolah dia sedang berusaha mengingat aroma tubuh sang kekasih sebelum pergi.

"Aku habis berkeringat, Sayang," kata Jay sembari mengelus punggung Heeseung dengan lembut.

"Kau tetap wangi kok."

Jay terkekeh. "Lihatlah dirimu, sebelumnya kau terus menolakku, sekarang jadi semanja ini."

Heeseung pun menarik diri, menatap Jay dengan wajah cemberut menggemaskan. "Kau tidak suka aku manja padamu?"

"No, baby~ i like it so much," jawab Jay sambil mencium gemas pipi Heeseung yang menggembung.

"Kalau begitu diamlah, jangan banyak komentar."

Jay tersenyum miring. "Oke."

Mereka bertahan dalam posisi itu selama beberapa saat. Jay bahkan sampai mengayun-ayunkan tubuhnya seperti sedang menimang bayi. Heeseung bukannya risih, justru makin dempet nduselnya.

"Hahh.."

"Kenapa?" tanya Jay dengan lembut.

"Ya itu kenapa. Kenapa aku tidak rela sekali kau pergi ya? Apa karena nanti aku tidak akan bisa menitipkan Sunoo padamu lagi?"

Jay tergelak. "Wah... jadi kau sesedih ini karena takut tidak punya babysitter pribadi huh? Teganya."

Heeseung terkekeh pelan. "Ya, salah satunya."

"Oh? Ada yang lain lagi? Apa itu?"

"Aku tidak bisa lagi minta makan padamu."

"Oke, jadi aku juga koki pribadimu. Lalu?"

"Tidak ada yang akan menggendongku waktu aku mabuk."

"Hmm ... ternyata aku juga tukang gendong orang mabuk, baru tau."

Heeseung tersenyum tipis. "Tidak ada yang bisa kupeluk saat tidur."

"Oh sekarang jadi guling juga."

"Tidak ada lagi yang akan mendengarkan keluh kesahku. Tidak ada yang akan memberikan kata-kata menenangkan saat aku overthinking. Tidak ada yang akan menghapus air mataku. Tidak ada yang akan menciumku setiap waktu. Tidak ada yang—"

Ucapan Heeseung tertahan saat Jay tiba-tiba memagut bibirnya. Tidak lama. Hanya beberapa detik untuk membungkam Heeseung saja.

"Kau berbicara seolah aku akan pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi, Hyung."

Heeseung terdiam sembari menatap lekat yang lebih muda. Sejujurnya ya, dia memang overthinking dengan kepergian Jay besok. Entah kenapa perasaannya terus gundah. Kenapa susah sekali mengabaikannya?

"Apapun yang kau pikirkan itu tidak akan terjadi, oke? Aku pasti akan kembali, camkan itu. Dalam dua minggu dari sekarang, aku akan kembali dalam keadaan sehat tanpa kurang sedikitpun. Memanggil namamu dengan senyum lebar hingga ujung bibirku menyentuh telinga. Memelukmu erat, menciummu mesra dan kita akan kembali mengasuh Sunoo bersama-sama. Aku akan kembali padamu, mengerti?"

Heeseung mengangguk pelan.

"Tidak apa berharap untuk hal yang positif, Hyung. Mari kita terapkan law of attractions bersama. Kita pikirkan hal-hal yang menyenangkan saja, 'kay?"

"Oke."

Jay tersenyum puas sembari mengusak lembut rambut panjang Heeseung.

"Jadi kau mau melakukan apa lagi sekarang? Nonton netflix bersama?"

"Kalau mandi bersama?"

Jay sempat susah berkata-kata sampai akhirnya dia tertawa, lantas mencubit gemas pipi Heeseung yang masih memasang wajah polosnya.

"So needy huh? Alright, akan kuturuti semua keinginanmu malam ini, Sayang."

Tbc

a normal day of Jay ParkWhere stories live. Discover now