feels like home

1.5K 221 9
                                    

Masih juga di hari yang sama.

Malam hari, Jay akhirnya mendapatkan ketenangan di rumahnya sendiri. Dua bocah SD trouble maker sudah diangkut pulang oleh orangtuanya, sedangkan si anak SMP masih di rumahnya karena Heeseung masih belum menjemput.

Tidak masalah sih, lagipula Sunoo bukan tipe anak berisik macam Jungwon dan Riki. Setelah adik-adiknya pulang dia langsung sibuk kerjakan PR nya, dan sekarang sudah tidur lelap di kamar tamu.

Baguslah, suasana rumahnya jadi tenang. Dia bisa melakukan trading di laptop sambil duduk di meja makan. Ditemani secangkir kopi hitam yang isinya mulai habis, ditambah dengan sekotak pizza yang tadi dibawakan oleh Jake.

Pukul 12 lebih 10 menit saat Jay mendengar bel dari pintu apartemennya. Tidak perlu berpikir dua kali mengenai siapa yang datang, memangnya siapa lagi yang akan datang tengah malam begini kalau bukan...

"Hei pak dokter," sapa Jay dengan senyum di wajahnya. Dari kacamata minus dua yang dia kenakan, dia bisa melihat sosok dokter duda yang nyengir padanya dengan tampilan sedikit berantakan daripada saat berangkat tadi.

"Aku kemalaman ya?" tanyanya sembari melangkah masuk setelah dipersilahkan si pemilik rumah. Dia melepas sepatunya, lalu memakai sandal rumah karakter kelinci yang selalu dia pakai ketika datang ke rumah Jay.

"Sunoo sudah tidur," jawab Jay sambil menutup pintu dan membuntuti Heeseung menuju ruang TV.

"Jungwon Riki sudah pulang?"

"Hm, pukul 7 mereka sudah pulang."

Heeseung pun menyerahkan kantong plastik yang dia bawa. "Seperti kataku tadi sore, bir untukmu."

Jay menatap pria itu sebentar, lantas mendengus geli sembari menerima pemberiannya.

"Padahal aku sudah bilang kalau kau pulang dengan selamat saja aku sudah bersyukur."

Heeseung terkekeh. "Aku memang ingin berikan sesuatu padamu. Ah, aku mau lihat Sunoo dulu."

Setelah mendapat anggukan dari Jay, Heeseung segera menuju kamar tamu yang sengaja disiapkan Jay untuk anak-anak saat dititipkan padanya. Ruangan itu cukup luas, tempat tidurnya besar sehingga cukup untuk menampung tiga anak. Ada meja belajar, lemari berisi bermacam-macam mainan ditambah beberapa setel onesie untuk anak-anak, serta kamar mandi di dalam. Tidak heran anak-anak betah sekali main ke rumah Jay. Pria lajang itu juga menaruh banyak boneka dengan berbagai ukuran di rak khusus, ditambah bertumpuk-tumpuk CD film serta buku-buku bacaan untuk anak-anak.

Memang surganya anak-anak rumah ini. Heeseung sampai tidak percaya kalau Jay masih lajang dilihat dari bagaimana pria itu mendesain dan mengatur kamar ini khusus untuk anak-anak.

Daddy-able banget tidak sih?

Dari sekian banyak hal yang ada di kamar tersebut, Heeseung dapat menemukan putra semata wayangnya sedang tidur dengan lelap di atas ranjang. Tubuhnya terlihat kecil mungil saat berbaring sendirian di ranjang besar tersebut. Tidur menyamping dengan tubuh dibalut selimut tebal, sambil memeluk boneka teddy seukuran badannya.

Fluffy sekali.

Heeseung tersenyum geli melihatnya, saking tidak tahan dengan pemandangan anaknya yang begitu menggemaskan.

Dokter itu mendekat dengan langkah penuh kehati-hatian, berusaha sebisa mungkin tidak membuat suara apapun. Kemudian duduk di tepi ranjang, menatap putranya lekat sambil mengelus surai hitamnya.

Sunoo sempat bergerak tidak nyaman, tapi Heeseung dengan segera  menepuk-nepuk lembut punggungnya sembari membisikkan kata penenang untuk putranya.

a normal day of Jay ParkHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin