Prolog

103 13 1
                                    

《Warning!》:
Genre: Fantasy, Bromance
Random Ships (Kalian bisa request mau kapal mana yang dilayarkan)
Bahasa semi baku
Semi long chapter (1k - 1.5k words)

Lastly, kalau gak suka, silahkan keluar! Thanks!

••••

Identitas Baru》
1383 Words

Krak...

Sesosok pemuda manis tampak terlonjak kaget karena kakinya menginjak sesuatu. Ia pun mundur satu langkah untuk mengecek benda apa yang barusan ia injak.

Sebuah batu kecil berwarna biru pekat. Sekilas terlihat seperti batu yang mahal.

Pemuda tersebut bergumam tidak jelas sambil memperhatikan batu di tangannya. Ia sedang mengingat ingat nama nama batu.

"Azurite?"

Batu tersebut seketika itu bercahaya. Warnanya putih pekat. Begitu menyilaukan, hingga membuat remaja laki laki itu menutup matanya dengan lengannya.

•••

Pemuda manis itu terbangun. Mendapati dirinya berada di dalam sebuah ruangan yang cukup aneh. Matanya pun bergulir pelan menatap tubuhnya yang kini terduduk di atas kursi dengan terbalut dengan baju seragam yang tampak tidak familier.

Sejak kapan dia punya seragam modelan begini?

"Ah, kamu sudah bangun, nak?" Suara lembut seorang lelaki mengejutkan pemuda tersebut. Bahkan yang lebih muda hampir nyungsep ke belakang gara gara gak siap dikagetkan oleh yang lebih tua.

"Selamat datang di Academy of Fantasy, nak. Kamu resmi menjadi siswa di sini," lanjutnya sambil duduk di kursi yang ukurannya lebih besar.

"A-academy of fantasy?" tanya yang lebih muda lagi, bingung.

"Mungkin sedikit tak masuk akal bagimu, tapi memang itu kenyataannya. Academy of Fantasy adalah sekolah asrama yang berada di dimensi berbeda dengan bumi. Sekolah ini mengajarkan tentang ilmu sihir dan lain sebagainya," jelasnya, sekalian promosi.

"Lalu, bagaimana saya bisa jadi siswa di sini? Padahal saya, kan tidak mendaftar," tanyanya lagi.

Pria tua yang diketahui merupakan salah satu dari sepuluh wakil kepala sekolah itu pun tersenyum sebelum menjelaskan kembali kepada calon siswanya.

"Di sini tidak ada yang namanya sistem pendaftaran, melainkan sistem pemilihan acak. Dimana kami akan menebar beberapa bebatuan langka di jalanan, dan siapa yang tidak sengaja menemukannya, otomatis akan menjadi siswa resmi di sekolah ini. Dan kamu merupakan salah satunya."

Pria paruh baya itu pun mengambil kacamatanya, lalu meraih selembar kertas dari laci meja kerjanya. Matanya melirik ke arah pemuda manis yang masih duduk di sana dengan wajah tercengang.

"Lee Felix. Siswa kelas 11 di Hanlim High School, Korea Selatan." Pria tersebut membaca dokumen yang baru saja ia dapatkan. "Benar?" tanyanya kepada Felix.

Yang ditanya hanya mengangguk kaku. Entah kenapa ngerasa takut dengan pria itu.

Menyadari kalau sosok manis itu ketakutan, lantas sosok yang diketahui bernama Lee Minhyuk--atau kerap disapa dengan nama Marvel--itu pun tersenyum tipis. "Tenang, jangan takut. Saya tidak ada maksud buruk terhadapmu," ucapnya sambil mengambil benda lain dari dalam laci.

Felix mengernyitkan keningnya saat melihat sebuah batu yang familier diletakkan di atas meja kerja Minhyuk.

Benar. Ini batu yang beberapa waktu lalu ia temukan di pinggir jalan.

The Decendants [Stray Kids]Where stories live. Discover now