18: Pengakuan Cinta

53 17 1
                                    

Semua bersorak-sorai setelah beredar pengumuman kalau Hening akan mewakili kelas di acara pembukaan festival olahraga sekolah Acara tahunan yang sangat dinanti-nanti, terutama oleh para pejuang keras akhir. Festival olahraga sekolah adalah tujuan akhir mereka. Acara puncak, yang mana setelahnya kegiatan-kegiatan di luar belajar akan dihentikan. Kelas akhir akan sibuk mempersiapkan diri untuk ujian masuk perguruan tinggi. Mendengar penjelasan panjang Yuni, Hening mendadak gugup dan ingin mengundurkan diri.

Gema menoleh padanya, tersenyum kemudian. Walau begitu singkat, Hening sempat bersitatap. Ah, lihatlah mata penuh harap itu. Bukan hanya Gema, tapi seluruh penghuni kelas ini. Semua serempak menoleh setelah wali kelas di depan sana melafalkan nama Hening dengan fasih. Hening ingin menyembunyikan wajahnya ke dalam lubang semut.

Sampai bel pulang berdenting, tak henti-hentinya ucapan penyemangat didengar. Teman sekelasnya mendadak suportif, Hening masih baru dalam hal ini. Ia banyak berinteraksi dengan orang lain hari ini. Acara belum mulai dan Hening sudah ingin menyerah.

Namun ketika Hening menyampaikan maksud kemundurannya, Yuni berkata dengan nada terdingin yang pernah ada, "Berhenti di tengah jalan begitu aja? Rundown acara udah setengah jadi, terus mendadak gak mau tampil dengan alasan gak logis? Sejak kapan lo setengah-setengah ngelakuin sesuatu?"

Kata-kata pedas itu sungguh menusuk hingga ke jantung. Jangan salah, Yuni mempelajari itu semua dari Hening sendiri.

_#_

Hening memejamkan mata lama, kemudian membuang napas perlahan. Ia menaruh gitar dalam rengkuhannya pada lantai. Sebotol air mineral sisa setengah, ia tenggak habis. Ruang musik yang kebetulan kosong jadi tempat latihannya setelah dapat izin Bu Hana. Untuk latihan, sebenarnya Hening bisa melakukannya di mana saja. Tidak mesti di sekolah, di rumah pun bisa walau harus sembunyi-sembunyi. Tapi siang ini panas sekali. Ruang musik yang kosong adalah rezeki yang tidak boleh ditolak.

Akibat rapat guru, kelas dipulangkan lebih dulu. Gema bilang, dia akan menemani Hening di ruang musik setelah menyelesaikan pengayaan nilai matematika. Sementara Hening menunggu sembari mengulang-ulang lagu yang telah dipilihnya untuk acara pembuka.

Lagu milik seorang wanita berkebangsaan Jepang yang akhir-akhir ini sering Hening putar. Suki Dakara. Because I Like You, oleh Yuika. Melodinya menenangkan, cukup untuk mengubah suasana haru setelah lagu mellow yang akan dinyanyikan adik kelasnya nanti. Bercerita tentang seseorang yang mengagumi pujaan hati dari jauh. Tiap kali mendengarnya, Hening selalu ingin mempunyai seorang kekasih hati.

Pintu mendadak dibuka. Hening langsung bangkit dari rebahnya. Harapan langsung pupus karena itu bukanlah Gema Akarsana. Andre di ujung pintu tampak terkejut mendapati Hening di dalam. Namun cewek itu memilih acuh. Ia kembali meraih gitar, mendadak rajin dalam latihan mandiri ini.

Gitar itu baru berusia dua minggu. Hadiah dari Gema dan Yuni. Motif mereka sama sekali tidak bisa Hening tebak. Yuni berkata sambil cengengesan bahwa itu adalah hadiah untuk ulang tahun Hening tahun depan. Sekarang Hening memeluk benda itu erat demi menghalau gugup ketika Andre berjalan mendekat.

"Lagi ngapain?" tanyanya basa-basi.

Hening mengangkat gitar, memberi jawaban lewat tatapan mata.

"Ooh ..." cowok itu menganggukkan kepala, "semangat, ya."

Hening sedang sangat berusaha untuk tersenyum. Takut senyum itu terlihat canggung, tapi ini adalah usaha terbaiknya untuk tersenyum.

"Makasih," Hening memberi jeda, "buat waktu itu juga."

Kepala Andre menyembul dari balik meja. Dahinya berlipat-lipat penuh tanya. "Apaan?"

Hening menghela napas. "Waktu itu. Gue tau lo sengaja buat bikin gue kesel biar bisa baikan sama Yuni," jelasnya singkat. "Makasih, walaupun lo ngeselin."

S [ayo ikut PO S!!!]Where stories live. Discover now