4. Misteri Pembunuhan

Start from the beginning
                                    

“Memperhatikan dengan tenang.”

Deva menganga tidak percaya. Dia melihat Derren lekat-lekat seakan tidak pernah melihat manusia sebelumnya—khususnya manusia seperti Derren.

“Ayahmu sedang terancam nyawanya! Bisa-bisanya kau mengatakan ‘memperhatikan dengan tenang’! Kau sudah gila?”

“Panik juga tidak ada gunanya. Lebih baik aku melihat keadaan.”

Deva mendengus kesal. “Bagaimana, kalau misalnya, Ayahmu semakin terbukti bersalah?”

“Bukan aku yang akan bertindak,” kata Derren dengan mata menerawang. Deva mengerutkan dahinya. “Akan lebih bagus kalau Ayah semakin terancam dan berita sang Pemegang Saham yang belum muncul akan menambah kehebohan. Rasa cemas dan penasaran itu akan membuat dia datang dengan sendirinya dan menawarkan bantuan tanpa diminta. Sifat polosnya sangat mudah ditebak.”

Dia? Dia siapa?”

“Nanti juga kau tahu.”

***

Di Diaz Restaurant, Rai yang membawakan nampan berisi sup dan sphagetti meletakan nampan itu di atas meja bernomor lima.

“Terima kasih.”

“Kembali. Jika butuh sesuatu panggil saya saja,” kata Rai tersenyum ramah. Setelah berbasa-basi sedikit, Rai kembali ke meja pesanan.

“Akhir-akhir ini kau kelihatan lesu.” Alex menegur sambil mengelap gelas-gelas yang berkilat. “Kalau kau butuh uang katakan saja.”

“Aku memang butuh uang tapi aku tak mau meminjam darimu. Kapok,” gerutu Rai, dia segera kearah meja nomor tiga yang meminta bill dan kembali lagi ke arah Alex, menyerahkan beberapa lembar uang pada Alex.

“Kau menjual iPod, sepatu, jeket cuma membeli sepeda baru dan mengembalikan wujudmu? Sayang sekali. Padahal aku suka gayamu waktu itu. Soalnya kau kelihatan lebih keren,” kata Alex menyindirnya.

Rai menggertakan giginya. “Jangan urusi masalahku!”

“Wah, kau juga lebih galak.”

Rai berpaling pergi sambil menahan kesalnya. Dia segera membereskan piring-piring di meja nomor tiga dan dibawa ke dapur untuk dicuci. Rai lebih memilih untuk berlama-lama mencuci piring dan melayani pelanggan daripada mendengar komentar Alex seputar Derren. Akhirnya setelah jam dinding menunjukan pukul sepuluh, Rai cepat-cepat pulang.

“Melelahkan,” gumam Rai memijit-mijit lehernya yang pegal. Dia memarkirkan sepedanya dan membuka pintu rumah yang gelap. Ada pesan dari Sandra kalau hari ini dia lembur. Rai meminum air dalam kulkas yang menyegarkan dahaganya. Dia memutuskan untuk mandi lebih dahulu supaya lebih santai.

Selesai mandi, Rai segera makan malam. Hidangan malam sudah disediakan oleh Sandra lengkap dengan koran sore. Awalnya Rai benar-benar berkonsentrasi pada makanannya tapi saat dia melihat judul berita: “Tuduhan Ganda pada Daris: Tersangka Korupsi Crystal Pertama Group dan Pelaku Pembunuhan Nico””, dia melupakan semuanya.

Derren dan RaiWhere stories live. Discover now