"Bunda ...," lirihnya dengan isakan.

"Bunda di sini, hm?"

Soobin menggeleng dalam pelukannya. "Soobin rindu, Bunda," tutur pemuda itu, sang Ibu yang mendengarnya semakin mengeratkan pelukannya.

"Bunda juga sangat-sangat merindukanmu."

Kedua Ibu dan anak itu saling meluapkan kerinduannya dengan sebuah pelukan hangat. Hingga melupakan si bungsu di keluarga mereka.

"Hiks, Sena juga mau di peluk!"

Si bungsu itu mengeluh, membuat kedua orang lainnya di sana terkekeh.

"Sini."

Moonbyul merentangkan satu tangannya, dan dengan cepat putri bungsunya itu berjalan mendekat lalu memeluknya serta Soobin.

+×+

Pria paruhbaya itu meneguk wine di gelasnya hingga tandas, hingga suara dering telepon mengalihkannya.

Tangan yang satunya terulur mengambil benda pipih berbentuk persegi panjang yang berada di pinggir meja kerjanya. Menggeser logo berwarna hijau dan panggilan langsung tersambung.

"Maaf, Bos, kita ketahuan oleh tuan Mark."

Jaehyun mengeraskan rahangnya, dia melempar gelas yang berada di tangannya kesembarang arah.

"Dasar tidak becus!"

"Kerja kalian tidak ada yang benar!"

"Sekarang, bawa anak itu menemuiku! Atau nyawa kalian yang akan jadi taruhannya!"

Panggilan itu terputus. Jaehyun langsung membanting benda tersebut ke sembarang arah.

Pria paruhbaya itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya. Mengusap wajahnya kasar, lalu menyibakkan rambutnya ke belakang.

Pikirannya melayang pada kejadian tempo hari, di mana salah satu teman lamanya bertemu dengannya di sebuah cafe.

Seorang yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah di sekolah anaknya. Yang memberitahu bahwa tingkah dan perilaku berbeda yang berbeda. Temannya itu bilang, bahwa anaknya itu menjadi sedikit pemurung akhir-akhir ini.

Jaehyun hanya diam, sepulangnya dia langsung bertanya pada si putra bungsu. Menanyakan kebenaran langsung dari sang empu.

Dan lihat jawaban apa yang dia dapat?

"Gyu tidak pernah menunjukkan persaan seperti itu di sekolah. Dan Gyu tidak pernah memberitau apa yang sudah terjadi kepada yang lain …."

"Lalu jika begitu mengapa bisa ada orang yang mengetahuinya?!"

Gelengan agak kuat di sertai tempo cepat itu dia dapatkan. "Gyu tidak tau, Dad."

Jaehyun berdesis. "Mulai sekarang, jaga sikapmu! Jangan sampai rencana ini gagal hanya karena keteledoranmu itu!"

Mengingat percakapan itu membuatnya naik pitam saat itu. Bagaimana putra bungsunya itu berkata bahwa dia tidak pernah melakukan apapun yang melenceng dari ucapannya. Namun, anak itu dengan berani membohongi dirinya.

Dan lihat? Rencana yang di susun sejak alam kini bagai hancur lebur bagai tak berbekas.

Semenjak kejadian di mana putra bungsunya tiada serta si sulung yang memutuskan untuk tidak bertemu dengannya lagi. Perasaannya akhir-akhir ini menjadi benar-benar kacau. Sangat mudah tersulut emosi dan perasaan gundah gelisah yang menyelimuti.

[√] Can't You See Me? [END]Where stories live. Discover now