"baiklah, saya tidak ingin mendengar jawaban. Lebih baik kalian keliling lapangan ini lima kali putaran, sekarang!"sebelum siswa terlambat menjawab, lebih dulu pak jeon memerintahkan mereka untuk memutari lapangan dengan berlari sebanyak lima putaran.

Sedangkan yang diperintah mendengus berat, mereka meletakan tas mereka—tempat dimana mereka berdiri. Sora juga melakukan hal yang sama dan juga ikut memutari, menyusul siswa lain yang sudah lebih dulu berlari.

Satu putaran.

Dua putaran.

Tiga putaran.

Empat putaran.

Dan.

Lima putaran.

Mereka ber-sepuluh berhenti tepat didepan pak jeon, yang kini sudah mendudukan dirinya ditepi lapangan. Ketika mendengar suara peluitnya, terdengar nyaring sampai ketengah lapangan, sampai ketelinga mereka semua.

"sudah?"

"sudah!"jawab mereka serempak, dengan nafas tersengal.

"baik, hukuman kalian tidak berakhir disini."pak jeon membenarkan letak peluit dilehernya"saya sudah menyiapkan hukuman lain untuk kalian."

"pak~"rengek mereka dengan wajah memelas, termasuk sora.

"tidak, tidak. Sama saya peraturan tetap berjalan, tanpa ada kata belaskasih. Jika tidak ingin dihukum, jangan datang terlambat!"pak jeon menatap mata mereka satu-satu, sampai mereka—termasuk sora, dibuat bergidik.

"iya, pak."mereka kini pasrah, hadiah apa yang akan diberi guru tampan, namun kejam ini.

"kau dan kau sapu lapangan ini sampai bersih. Jadi bisa kerjakan sekarang "menujuk siswi perempuan yang berada dibarisan pertama, dengan berdiri disudut sebelah kanan pak jeon dan yang berdiri tepat dibelakangnya.

"baik, pak."dua siswi itu, pergi meninggalkan barisan.

"kau dan kau, bersihkan ruang olahraga yang menyimpan alat-alat olahraga."kini pak jeon menunjuk dua siswa laki-laki, yang berdiri setelah siswi perempuan tadi.

Setelah semua sudah dibagikan hukuman, kini tinggal sora dan siswi perempuan satu lagi yang belum. "kalian berdua, bersihkan toilet wanita dan gudang didekat ruang olahraga."

"sudah sana kerjakan, agar kalian cepat masuk kekelas."pak jeon mengipaskan tangannya, memberi tanda bahwa mereka harus bubar dari hadapan laki-laki, itu.

"iya, pak."shin sora dan siswi perempuan yang ditugaskan bersamanya, berjalan gontai menuju tengah lapangan. Mengambil tas ransel mereka.

"shin sora!"panggil seseorang yang tidak lain tidak bukan adalah pak jeon, tangannya memberitanda agar sang murid mendekat.

Sora yang merasa terpanggil menoleh, dan dengan sedikit terburu-buru mendekati gurunya itu"ada apa, pak?"tanya sora, ketika sudah berhenti tepat didepan pak jeon.

"kau kerjakan hukumanmu sepulang sekolah saja."

"kenapa tidak sekarang, pak?"tanya sora, tiba-tiba saja pak jeon berbicara seperti itu.

"saya barusan dihubungi pak kim, katanya dikelasmu ada ulangan penting. Jadi kau harus mengikutinya."

Ah, sora sampai melupakan ulangan matematika hari ini, pelajaran yang dipegang oleh kim namjoon, walikelasnya. "begitukah, pak?"

"iya, tapi sepulang sekolah langsung kau kerjakan. Setelah selesai, juga jangan lupa melapor. Bahwa kau sudah melaksanakannya, memgerti?"

"baiklah, pak. Tapi bagaimana dengan dia?"sora menoleh pada siswi perempuan yang mendapat tugas bersamanya.

MARRIAGE WITH ICE PRINCE -sunghoon[ENHYPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang