- 09 -

21 6 9
                                    

- C I A R A -

"Woe, lagi apako?" tanya Erland dengan logat khasnya.

"Lo nggak liat?" sinis Aska bingung.

   Apakah temannya yang satu itu memang tidak bisa melihat bahwa dia sedang membaca buku? Atau memang sengaja berbasa-basi? Basi!

"Heh santaimo nah, bertanya ji," ucapnya semakin membuat kepala Aska pening.

"Lo gabut?"

"Ho'oh kok tempe?"

"Tahu bego!" kesal Aska.

    Erland merebahkan diri pada kasurnya, tatapannya tertuju pada Aska yang duduk sambil membaca di kasur sebelah.

   Yah, mereka berdua secara kebetulan menempati kamar asrama yang sama, tapi bisa saja itu semua berkat orangtua Erland, yasudahlah.

"Lo kenapa sih milih asrama, padahal rumah Lo kagak jauh-jauh amat." Pertanyaan itu sempat dilontarkan oleh Bian beberapa saat semenjak mereka mulai mengenal.

   Dan jawabannya, "karna mau" yah memang begitulah sosok Erland, melakukan sesuatu sesukanya saja.

"Woe!"

"Apaan sih Lan?! Ganggu!" ketus Aska, Erland hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari tersenyum lebar, selebar-lebarnya.

"Ka, Lo ngerasa Bian sekarang jadi makim sibuk nggak sih?" tanya Erland, kali ini logatnya tak dia ikut sertakan.

"Kan osis makanya sibuk," jawab Aska masih berkutat dengan buku penuh angka dihadapannya.

"Yah gue rasa sih karna ketua osisnya nggak becus, makanya malah Bian yang sibuk." Aska mengedikkan bahu tak peduli.

"Wanjir si Aska nggak peduli banget sama kesejahtraan temennya, gue yakin Bian pasti tertekan banget," seru Erland menggebu sembari menepuk bahu Aska kuat.

"Hufht, Land, gue rasa Bian nggak apa-apa. Dia bakal minta tolong kita kalau emang lagi kesusahan." Aska menutup bukunya lalu menatap Erland tajam.

"Tapi kan--

"Nggak papa, gue yakin Bian sanggup," ujar Aska memotong pembicaraan Erland.

   Sebenarnya dia pun khawatir tentang keadaan sahabatnya itu, namun Aska juga tahu betul perangai Bian, ketika cowok itu tak sanggup tentu saja dia akan meminta bantuan. 4 tahun bukan waktu singkat untuk saling mengenal satu sama lain.

"Lo nggak usah ribet masalah orang lain, mending buka buku dan belajar biar bisa banggain orang tua Lo!" sarkas Aska membuat Erland yang tadinya melongo seketika terbatuk.

"Aduh, diriku tertohok tepat di bagian hati." Kedua sahabat itu tertawa bersama.

-♥-

  Bunyi alarm tak hentinya berbunyi, memenuhi seluruh ruangan berornamen abu-abu itu.

"Kaaaak Biaaaaaaaan bangun!"

"Kaaaaak Biaaaaaaan!" sekali lagi teriakan itu bergema dari arah luar kamar.

"Udah." Sosok yang sedari tadi diteriakkan namanya akhirnya beranjak mematikan alarmnya lalu berjalan membuka pintu.

CIARA | EFEMERAL SERIES IIWhere stories live. Discover now