Tiga

22 5 12
                                    

Hari ini pelajaran olahraga dan Gwen paling suka dengan pelajaran ini. Apa lagi jika anak-anak dibebaskan untuk melakukan kegiatan olahraga apa saja yang disuka, termasuk hanya jalan-jalan di sekitar lapangan sekolah jika guru pengajar sedang tidak bisa memberi pelajaran.

Menurut guru pengajar olahraga, berjalan juga termasuk seni mengolak diri karena tubuh yang bergerak tetap akan melakukan pembakaran kalori. Dan inilah yang sedang Gwen lakukan, berjalan-jalan keliling lapangan sambil mengobrol dengan Lina.

Ketika melewati lapangan basket yang terletak di belakang deretan kelas XI, Gwen melihat beberapa teman sekelasnya yang sedang bertanding basket melawan kakak kelas mereka yang kebetulan memiliki jadwal olahraga yang sama dengannya. Beberapa cewek sekelas dan kakak kelasnya juga ada di sana untuk memberi dukungan kelas masing-masing atau sekadar menonton guna membunuh waktu.

"Nonton yuk!" ajak Gwen antusias sambil menarik tangan Lina.

Lina yang ditarik hanya bisa pasrah. Lagi pula dia juga sudah lelah karena Gwen dari tadi mengajaknya keliling hampir seluruh kawasan sekolah.

Lapangan sepak bola ada di tengah-tengah sekolah. Lapangan itu juga dijadikan sebagai lapangan upacara setiap hari senin atau kegiatan pramuka setiap hari jum'at sore. Lapangan voli ada di dekat kantin sebelah timur sekolah dan kawasan antara kelas X dan sebagian kelas XII. Sedangkan lapangan basket terletak di bagian barat sekolah di sekitar kawasan kelas XI dan dekat gudang sekolah.

Gwen terlihat sangat senang dan dia memilih duduk di tempat yang tidak terlalu ramai. Dia tahu, dua pemain baskat di lapangan itu adalah dua idola sekolah yang salah satunya juga Gwen idolakan. Wisaka, kakak kelas yang sangat disukainya sedang berlarian men-drible bola oren cukup besar di tangannya. Dua orang mencoba menghalanginya, yang salah satunya itu juga merupakan idola sebagian murid kelas X yang sangat Gwen kenal. Rion, mantan temannya yang paling menyebalkan.

Saka terlihat sangat tampan meski keringat membasahi wajahnya. Terlihat santai dalam mengamankan bola. Matanya tidak berhenti melirik ke kanan, ke kiri, bahkan ke depan di belakang Rion dan Zaki yang mencoba menghalanginya. Di dekat ring lawan sudah ada Tian yang menunggu operan darinya, tetapi dua adik kelasnya itu terlalu susah untuk dilewati.

Satu menit berlalu dan Saka melihat celah di sisi kanannya yang dijaga Zaki. Kakinya dengan gesit seakan ingin berbalik dan melemparkan bola pada timnya yang ada di belakangnya, tetapi sedetik kemudian dia kembali berlari ke arah ring lawan. Tanpa diduga, Rion ternyata bisa membaca strateginya dan langsung mundur berlari di belakang Zaki. Rupanya Zaki hanya pengecoh, karena yang sebenarnya akan mengambil bola adalah Rion.

Gerakan gesit Rion yang tidak terduga itu cukup mengejutkan Saka, dia tidak menyangka jika adik kelasnya itu tidak berlari maju melainkan berbalik ke arah ringnya sendiri dan berhasil mencuri bola yang hampir dileparkan Saka ke ring lawan.

"Sial!" seru saka pelan lalu tersenyum dan kembali mengejar bola yang kini dimainkan oleh Rion dan Zaki.

Permainan adik kelasnya itu terlihat bagus dan cukup halus. Saka belum pernah melihat permainan yang seperti itu dimainkan adik kelasnya yang kini sudah kelas XI. Mereka terlihat sangat kompak. Seperti sedang bermain dengan hewan peliharan kesayangan alih-alih sedang bertanding basket.

"Sok jago," ucap Gwen karena sebal melihat Rion.

"Dia kan emang jago main basket dari SMP, Gwen." Lina menimpali sambil sekilas melirik Gwen yang terlihat tidak puas dengan permainan di depannya.

"Kak Saka juga jago, kok. Mereka berdua jago. Gue yakin, deh, Rion pasti kepilih jadi tim inti basket nanti." Lina melanjutkan dan itu semakin membuat Gwen sebal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 10, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Soothing UmbrellaWhere stories live. Discover now