Ruang 2 : Cinta (bukan) Pertama

7 0 0
                                    

"Seolah dia menari di mataku
Melekat di kulitku, di hatiku"
-Tulus

Hari ini terbuat dari cokelat panas ditemani martabak cokelat dengan topping keju mozarela yang meleleh. Ya! Hari ini sungguh legit. Sudah lima kali lebih lagu TULUS yang berjudul "Jatuh Cinta" terngiang di kepala dan dinyanyikan pelan oleh Mehru.

Hari pertama Mehru berangkat ke sekolah terlewati dengan sangat menyenangkan setelah dua hari yang lalu ia izin kepada wali kelasnya untuk tidak berangkat dengan alasan sakit; bukan sakit palsu, ini lebih dari sakit demam, tepatnya ini adalah sakit hati dan sakit kepala mulai memikirkan nasib keluarganya yang tak tahu harus dibawa kemana alurnya.

Pukul 12.00 WIB

Jam Istirahat

"Ke kantin yuk, gue traktir deh!"

Safaira, satu-satunya teman sekolah Mehru yang selalu menganggap Mehru adalah sahabatnya. Meski Mehru tak pernah menganggap Safaira adalah sahabatnya. Sahabat bertepuk sebelah tangan, agaknya sebutan itu pantas disematkan untuk Safaira.

"Lo beneran ngga mau cerita ke gue, Ru?"

"Gue baik-baik aja, Saf. Cuma butuh tenang sama semangkok mie ayam baso buatan Mang Eja aja ini tuh.."


Aarav menghentikan langkah kecilnya, membalikkan badan seraya mengambil tisu di atas meja samping tangan kanannya. Aarav hanya terdiam menyimpulkan senyum manisnya pada kedua perempuan dihadapannya. Mehru dan Safaira saling menoleh tanpa merespon senyuman Aarav.

"Ganteng sih, tapi ya masa ngga punya sopan santun,"

Mehru menggelengkan kepala melihat seorang laki-laki tampan dihadapannya itu mengambil tisu tanpa meminta izin terlebih dahulu.

"Eh, sorry, aku ambil buru-buru tisunya, soalnya meja ini yang paling deket.."

Aarav kembali melanjutkan langkahnya keluar kantin tampak tergesa sambil membawa satu bungkus fried chicken beserta nasinya ditangan kanan dan satu botol jus jambu di tangan kiri.

Mehru mengenali Aarav sejak lama, dia adalah ketua di angkatannya. Salah satu manusia tersibuk di sekolah. Tak heran Mehru melihat Aarav tergesa, pasti dia ada jadwal rapat bersama anggota OSIS yang lainnya.

Safaira masih terheran, memandang Mehru dengan tatapan memelas. Sedangkan Mehru hanya menghela nafas bermuka biasa saja, tak sedang senang pun tak sedang sedih.

"Udah, gue nggapapa.. Saf, cuma sedikit bayangan ibu ada didepan gue, kangen.."

"itu namanya lagi ngga baik-baik aja, Mehru sayang.."

Mehru mulai mengalihkan pembicaraan, kembali pada topik Aarav. Mehru tak ingin mengingat ibunya untuk sementara ini. Ia hanya sedang tak ingin pilu.

Belum selesai ia menutup mulut, bel masuk berbunyi. Terpaksa ia menghentikan percakapannya dengan Safaira.

Mehru mempercepat langkahnya menuju kelas. Mata pelajaran Biologi dengan guru yang dikenal galak tengah menanti. Di depan kelasnya ia lihat Aarav tengah berdiri dengan membawa sebuah buku berwarna putih, lebih tepatnya notes kecil kesayangan Aarav.

Tiba-tiba Aarav menjulurkan notes milik Mehru, sambil berkata lirih,

"Buat Mehru"

Wajah Mehru kebingungan, matanya sedikit melotot, dahinya mengernyit, mulutnya hanya terdiam. Mehru tak mengerti apa maksut Aarav.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 06, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aku dan Prosa Dini HariWhere stories live. Discover now