3

51 1 0
                                    

Hanya keheningan yang terjadi di dalam mobil. Tak ada satupun dari keduanya yang membuka pembicaraan. Revan sibuk menyetir sedangkan Sesil menatap jalanan malam di sampingnya.

"Nama lo siapa?" Akhirnya lama tak ada suara Revan membuka pembicaraan terlebih dahulu.

Sesil hanya menoleh tanpa menjawab sepata katapun. Setelahnya gadis itu kembali dengan aktifitas awalnya.

"Gue gak mau yah nantinya di tuduh nyulik anak orang." Ucapan tersebut sukses membuat Sesil menolehkan kepalanya kembali

"Gue Sesil." Sesil menjulurkan tangannya ke arah lelaki itu, bukan menerima jabatan tangannya lelaki itu justru mengangguk-ngangukan kepalanya

"Kalo gak niat kenalan gak usah nanya!" Sesil menarik tangannya kembali agak kesal dengan lelaki di sebelahnya

"Kalo di liat-liat nih cowo lebih tua dari gue. Terus gue harus panggil apa dong kakak, abang, om. Ahh, tau lah." Sesil sibuk dengan pikirannya sendiri

"Kata siapa?" Revan menaikkan sebelah alisnya

"Udahlahh, buktinya lo gak mau jabat tangan gue."

"Tangan lo banyak kumannya!" Kekeh Revan

Sesil menatap lelaki itu sengit. Enak saja berani mengatai dirinya. Jelas - jelas tangan ya bersih dan mulus.

"Bercanda gue. Tangan lo gak layak buat di sentuh sama lelaki."

"Lo pasti mau ngatain tangan gue burikkan kan. Lo liat gak tangan gue mulus gini!" Ujar Sesil yang tidak terima

"Justru itu karna tangan lo mulus, gak layak di sentuh sama lelaki laen, biarkan itu untuk yang jadi suami lo nanti."

Sesil melongo, terpanah dengan ucapan dan kata - kata lelaki di sampingnya itu. Baru kali ini ia menemukan sosok lelaki yang menghargai wanita

"Gak usah liatin gue gitu, ntar lo naksir." Revan tersenyum arah matanya masih fokus menyetir

"PD lo." Sesil jadi gugup sendiri lalu mengubah arah pandangnya ke arah jalan

Mobil memasuki halaman rumah yang bisa di bilang mewah dan megah, ini sih lebih besar dari rumah Sesil. Setelah mobil itu berhenti, Revan langsung menuruni mobilnya di ikuti juga oleh Sesil.

Revan berjalan ke arah teras rumahnya, ia membalikkan badannya saat menyadari gadis itu tidak mengikutinya. Sesil masih berdiam diri di samping mobil itu, sambil menatap datar Revan yang juga menatapnya.

"Kenapa?" Revan menaikkan alisnya

"Ng-nggak."

"Sini, lo gak bakal gue apa-apain tenang aja. Tadi kan gua udah bilang kalo gue bukan orang jahat."

"Antisipasi perlu." Ujar Sesil pelan tapi masih terdengar jelas oleh Revan

"Terserah lo mau percaya atau nggak." Revan meninggalkan Sesil lalu berjalan masuk ke dalam rumahnya

Untungnya Revan membawa kunci cadangan takut - takut kakaknya sudah tertidur. Karena saat ini yang sedang berada di rumah hanya kakak nya dan keponakannya. Bunda dan ayahnya sedang berada di surabaya mengunjungi neneknya di sana. Sedangkan Rafa suami kakaknya sedang bertugas keluar kota.

"Dari mana jam segini baru pulang?"

"Ya ampun kak ngagetin aja." Revan mengelus dada nya pelan

"Dari mana?" Tanya Tania

"Rumah Jody."

"Gak boong kan?" Tania menyelidik

"Nggak."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dear RevanWhere stories live. Discover now