17. Maaf

110 14 0
                                    

Selama di perjalanan menuju kelasnya, Mona memikirkan ucapan Haechan tadi. "Cieee Oci bawa bunga, mau nembak siapa tuuuch."

"Apa jangan-jangan dia mau nembak gue? Soalnya tadi dia kayanya abis cuci muka gitu, sama bawa-bawa parfum. Kayak orang yang mau--"

Plak!

"Heh!"

Mona terkejut. Ia menoleh ke samping.

"Kalo jalan jangan sambil bengong," tegur Yeji.

Mereka berdua baru saja kembali dari toilet dan saat ini sedang berjalan menuju kelas mereka.

"Eh engga kok."

"Oiya, tadi pas di dalem gue denger lo ngomong sama cowok di depan toilet, siapa?"

"Ooh ituu si Yoshi."

"Kok bisa?"

"Inget kan tadi gue nemu parfum? Nah ternyata itu parfumnya Yoshi."

Yeji manggut-manggut. "Oalaah."

"Gue heran deh sama lo," kata Yeji lagi. "Lo pacarnya Jeno tapi deket sama Yoshi. Kalian sahabatan apa gimana?"

"Eh? Oh iya, kan lo belum tau."

"Hah? Tau apa?"

"Gue putus sama Jeno."

Yeji refleks menghentikan langkahnya dan menatap Mona dengan ekspresi terkejut. "Heh?! Kok bisa?!"

"Yaa gitulah Ji."

"Apaaa gitu apaaa anjiiiir?" kata Yeji gemas sambil menggoyang-goyangkan lengan Mona.

Mona menghela napas. "Dia ga suka sama gue."

"Loh... Kok?"

Sebelum menjawab, Mona kembali duduk di tempatnya. Diikuti Yeji di sampingnya.

"Jadi sebenernya dia tuh punya cewek lain selain gue. Dia macarin gue karena cemburu ngeliat pacarnya selingkuh sama orang lain. Dia ga mau mutusin pacarnya gara-gara dia cinta banget sama pacarnya itu. Yaa bisa dibilang gue cuma pelampiasan dia kalo pacarnya lagi sama orang lain."

Yeji terkejut. Ternyata Jeno seperti itu. "Jadi pas dia nembak lo posisinya masih punya pacar dong?!"

"Iya, gue ga nyangka."

"Jadi lo pacar keduanya?!"

"Ga tau sih, bisa aja pacar kesekiannya."

"Jeno anjing! Bener-bener pengen gue tebas palanya! Ikutan kesel gue, masa sahabat gue digituin?!!"

Mona tersenyum. "Udah gapapa, masih ada Yo--"

Mona buru-buru menutup mulutnya. Hampir saja ia menyebut nama Yoshi.

Namun Yeji lebih dulu sadar Mona akan bicara apa. "Cieee iya deh iya masih ada Yoshi."



Bel pulang sekolah telah berbunyi, sesuai permintaan Yoshi, Mona segera menuju rooftop.

BRAKK!!!

"AAARGHHH!!! INI SEMUA GARA-GARA LO HYUNJIN!!!"

Mona menghentikan langkahnya karena terkejut dengan suara barusan.

Ia menoleh ke sumber suara, di dalam kelas terlihat Jeno yang sedang mengacak-acak rambutnya. Sendirian.

Mona cepat-cepat pergi dari sana, namun ternyata Jeno lebih dulu melihat kehadiran Mona.

"Mona tungguin!"

Jeno segera keluar kelas dan berlari mengejar Mona.

"Mona," kata Jeno sambil menahan tangan Mona.

Mona diam saja, bahkan tidak berbalik menghadap Jeno.

Jeno memegang pundak Mona lalu dihadapkan ke arahnya.

Detik itu juga Mona terkejut lagi. Mata dan hidung Jeno merah dan masih ada bekas ingus di bawah hidungnya, seperti habis menangis.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Jeno langsung memeluk Mona.

Mona melotot. Ia segera mencoba melepaskan pelukan Jeno.

"Diem, bentar aja kok," kata Jeno yang malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Ga tau kenapa, aku nyaman sama kamu."

Deg!

Mona terkejut.

"M-maksudnya?"

"Aku... Sayang sama kamu."

Mona semakin terkejut, Jeno kenapa? Kenapa tiba-tiba seperti ini?

Ketika merasa pelukan Jeno melonggar, Mona segera menjauhkan badannya. Tidak mau berlama-lama dengan Jeno apalagi posisi mereka sedang berpelukan.

Walaupun sekolah sudah lumayan sepi, Mona tetap takut jika ada yang melihat mereka berpelukan dan menimbulkan salah paham.

"Maaf, gue ada urusan."

Setelahnya Mona berlari menuju rooftop untuk menemui Yoshi.



"Maaf--" Mona memegangi lututnya dan mengatur napasnya terlebih dahulu. "--udah buat lo nunggu."

Yoshi memegang pundak Mona agar ia berdiri tegak. "Hey, lo harusnya ga usah buru-buru."

"Yaa takutnya lo marah."

"Ga tega gue marahin orang seimut lo hahaha."

Mona menyingkirkan tangan Yoshi di pundaknya dengan kasar. "Gombal terooos!"

Yoshi tertawa kecil. "Aku serius."

"Yaudah iya." Mona jalan ke arah tempat duduk yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Jadi lo mau ngomong apa?"

Dalam hati Yoshi sangat senang, karena Mona langsung ambil posisi duduk.

Tanpa banyak bicara lagi, Yoshi berjalan mendekati Mona dan jongkok di hadapan Mona. Lalu ia mengeluarkan bunga yang ia selipkan di ikat pinggang bagian belakang.

Mona terkejut, apakah dugaannya benar?

"Lo--"

"Mona Zemira, will you be my girlfriend?"

Deg!

Jantung Mona mendadak berdetak lebih kencang dari biasanya. Ah tidak, rasanya jantungnya ingin copot. Dugaannya benar, Yoshi akan menyatakan perasaannya padanya.

Melihat Mona diam saja, Yoshi kembali bertanya. "Mona? Will you--"

"Maaf."

Deg!

Kali ini Yoshi yang terkejut.

"Maaf, gue ga bisa Yoshi."

Setelah mengatakan itu, Mona segera pergi dari sana. Meninggalkan Yoshi yang menunduk dengan perasaan hancur yang luar biasa.

•~• •~• •~•

To be continue

Makasih yaa votenya

Salah Kirim • YoshiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt