12. Yoshi Aneh

94 15 0
                                    

Hari ini, di mata keluarga Yoshi, Yoshi dianggap aneh. Bayangkan, dari pulang sekolah sampai sekarang makan malam, Yoshi terus saja senyum-senyum tidak jelas.

Kalau ditanya kenapa, jawabnya,

"Gapapa, hehe."

"Makannya jangan sambil senyum-senyum gitu," tegur Jennie.

Suga mengangguk. "Udah cukup Oci. Sekarang cerita kamu kenapa, sebelum Papa bawa kamu ke rumah sakit jiwa."

Lia menahan tawa, sedangkan Yoshi terkejut. Senyumannya luntur.

"Eeeh jangan dong," katanya sambil menggelengkan kepala kuat. "Oci masih waras kok Pah, Mah."

Yoshi berdiri, senyum-senyum lagi. "Aku udah selesai, hehe."

Nah kan mulai lagi.

Seperti biasa, ia akan langsung mencuci piringnya. Diikuti Lia yang juga sudah selesai.

Melihat Yoshi akan pergi, Lia buru-buru menarik kaos Yoshi supaya menunggunya terlebih dahulu.

Dengan kecepatan super kilat, Lia selesai mencuci piringnya. Lalu ia menatap Yoshi serius. "Jawab jujur, lo kenapa?"

Yoshi langsung memeluk Lia erat dan memutar-mutarkannya. Mengungkap kebahagiaannya. Tadi udah meluk guling sih, bahkan udah guling-guling di kasur sampe jatoh ke lantai, tapi ga tau rasanya kurang puas aja.

"Mona suka sama gue!"

"WHAT THE--" batin Lia terkejut. Dia ga salah denger? Soalnya ini sambil diputer-puter, kan jadi pusing.

"Iya-iya Oci! Turunin gue!"

Yoshi menurunkan Lia. Ia tiba-tiba teringat sesuatu. "Oh pantes aja tadi lama banget ke parkirannya, ternyata ngikutin Mona toh. Eh btw, pusing anjir."

"Bodo ah, yang penting gue seneng," kata Yoshi lalu berlari ke arah kamarnya. Meninggalkan Jennie dan Suga yang bengong melihat tingkah Yoshi.

"Fix, besok aku masukin ke rsj beb."



"Duh goblok, pake jujur segala lagi! Gara-gara Yoshi, harga diri gue anjlok begitu aja!" kata Mona sambil menepuk-nepuk keningnya.

"Jujur apa?"

Shit, ia lupa kalau Juyeon ada di sini, sedang mengerjakan tugas kuliahnya di laptop Mona.

"Eeeh nggak kok nggak," kata Mona lalu menutup wajahnya dengan bantal.

Juyeon merebut bantal yang menutupi wajah Mona. Ia duduk di hadapan Mona. "Cerita, Yoshi siapa?"

Mona kesal. "Bukan siapa siapa Bang!"

"Kalo bukan siapa-siapa kenapa tadi bilang harga diri gue anjlok gara-gara Yoshi?"

Mona menghela napas. "Aku putus sama Jeno."

Juyeon sedikit terkejut, ia mengangkat satu alisnya. "Apa hubungannya sama Yoshi?"

Mona terdiam. Ia membatin, "Apa ini saatnya gue curhat tentang semuanya ke Abang? Soalnya gue pusing banget mikirin ini sendirian."

Melihat Mona yang tetap diam, Juyeon kembali berbicara, "Cerita dong, barangkali Abang bisa bantu."

Akhirnya Mona menceritakan semua kejadian di sekolah tadi. Mulai dari ia yang mendengar pengakuan dari Jeno sampai ia jujur tentang perasaannya pada Yoshi. Dan Mona juga cerita alasan ia menyukai Yoshi.

Di luar dugaan, Juyeon mengacungkan kedua jempolnya. "Bagus Dek! Hebat kamu!"

Mona mengernyit. "Hah? Bagus?"

"Iya, disaat cewek lain sibuk ngode cowok yang dia suka, kamu malah terang-terangan ngungkapin perasaanmu ke Yoshi."

"Oh hehe, tapi nyeselnya sekarang."

"Loh kenapa nyesel?"

"Ya malu lah Bang."

"Gapapa. Eh iya, terus kenapa kamu nerima Jeno kalo ga suka Jeno?"

"Abang tau kan kalo aku ga pernah pacaran? Dan abang juga tau kalo mamah ngelarang aku pacaran. Nah pas Jeno nembak, aku langsung terima aja, karena aku juga pengen lah ngerasain yang namanya pacaran, pengen menguwu dengan orang, bodo amat sama larangan mamah, aku bisa pacaran sembunyi-sembunyi, eh tapi taunya mamah malah setuju aku pacaran sama Jeno, malah keliatan seneng banget."

"Oalaah..." Juyeon manggut-manggut. "Suka sama Yoshi sejak kapan?"

"Sejak kelas sepuluh. Nah sekarang masalahnya Yoshi suka aku apa nggak huhuu maluu," kata Mona sambil kembali menutupi wajahnya dengan bantal.

"Gapapa ga usah malu," kata Juyeon sambil mengelus-elus kepala Mona. "Yang penting kamu udah berani ngungkapin perasaanmu gimana."

•~• •~• •~•

To be continue

Mau abang kek Juyeon:)

Salah Kirim • YoshiOnde histórias criam vida. Descubra agora