Hingga akhirnya dirinya sampai pada tempat tujuan.

Rumah sakit, tempat di mana Yeonjun di rawat.

Dia keluar dari mobilnya, tidak lupa membawa surat peninggalan sang Adik untuk dia berikan kepada para sahabat Beomgyu itu.

Saat hendak berjalan memasuki rumah sakit itu, dirinya melihat dua orang dari sahabat Beomgyu, yang tidak lain adalah Taehyun dan Hueningkai, nampak keluar dari dalam mobil.

Langkahnya dia belokkan, berjalan menghampiri keduanya.

"Bang Mark?" ujar kedua pemuda itu serentak.

Mark hanya tersenyum membalasnya.

"Jenguk Bang Jun?" tanya Hueningkai.

Mark mengangguk. "Iya, sekalian ada yang mau gue kasih tau. Ke kalian juga."

"Ya udah, bareng aja, Bang," ajak Taehyun, dan ketiganya berjalan bersama memasuki rumah sakit itu.

Hingga mereka hendak sampai ke ruang rawat Yeonjun. Tiba-tiba Mark memberhentikan langkahnya, membuat dua orang pemuda itu lantas ikut memberhentikan langkah, menatap lelaki itu bingung.

"Kalian duluan aja, gue mau ngambil barang yang ketinggalan di mobil. Ntar gue nyusul," pamitnya.

Taehyun serta Hueningkai saling melempar pandangan, bingung dengan tingkah Mark. Namun, akhirnya mengangguk dan berlenggang pergi meninggalkan Mark.

Mark menghela napasnya, dia memutar arahnya bukan menuju parkiran, melainkan menuju toilet yang berada di taman belakang rumah sakit itu.

Hingga dia memberhentikan langkahnya, membalikkan badan, menatap tiga pria yang berjalan menyebar dia area taman.

"Gak usah pura-pura. Gue tau itu kalian," ucapnya dingin.

"Sini!"

Mark menatap tajam tiga orang pria yang sebelumnya menguntitnya, kini berjalan menghampirinya.

"Bilang ke Pak tua itu. Gue dan dia udah gak ada urusan lagi. Jadi, lebih baik kalian pergi, dan jangan pernah ikutin gue lagi!" tegasnya, menekan setiap kata.

Setelahnya, dia berlenggang pergi dari sana. Meninggalkan tiga orang pria yang di ketahui suruhan Ayahnya—Jaehyun, yang salah satunya kini tengah menghubungi seseorang.

+×+

"Gimana kondisi lo, Bang?" tanya Taehyun, mendudukkan diri pada kursi di samping ranjang.

"Gue baik." Yeonjun tersenyum tipis, melirik sekilas ke arah Hueningkai yang berdiri di samping Taehyun.

Yeonjun belum pernah bertemu dengan Hueningkai lagi setelah kejadian waktu itu. Canggung tentu saja. Apalagi mengingat tingkah dan perlakuanya saat itu.

Taehyun yang mengetahui keadaan sekarang, beranjak bangkit. "Gue kayaknya mau nyusul Bang Mark dulu. Tadi katanya mau ke sini tapi ada ketinggalan. Takut nanti dia gak tau jalan, ntar malah nyasar," pamitnya, sedikit beralibi.

Yeonjun mengangguk, dan Taehyun segera berlalu dari sana. Menyisakan dua orang sahabat itu.

Taehyun memang sengaja, membiarkan dua orang itu untuk saling bicara. Mengingat hubungan keduanya yang kini tengah merenggang.

"Gue—"

"Maaf."

Hueningkai terdiam, lalu sekon setelahnya dia tersenyum. "Gue maafin kok, Bang," balasnya seraya duduk di tempat Taehyun tadi.

"Thanks."

"Yoi santai aja. Tapi, kalau lo mau kasih gue molang keluaran terbaru mah, gue lebih ikhlas lahir batin maafin lo, Bang."

"Heh!"

Lalu setelahnya hanya tawa keduanya yang memenuhi ruangan itu.

+×+

Taehyun duduk pada kursi tunggu depan ruang rawat Yeonjun. Dia merogoh saki celananya, mengambil benda berbentuk persegi panjang itu dan menyalakannya.

Memencet aplikasi pesan, dan langsung masuk ke dalam roomchatnya dengan Soobin.

Sejak tiga hari lalu, dia terus menghubungi Soobin, tak lupa juga memberitahu kabar bahwa Beomgyu telah tiada. Namun, sampai saat ini dia masih belum mendapat balasan. Jangankan balasan, pesannya saja tidak di baca sama sekali.

Pemuda itu bahkan tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi sejak kejadian itu. Sebagai sahabat, tentu saja dirinya khawatir.

"Taehyun?"

Yang di merasa namanya di panggil menoleh, menatap Mark yang kini berjalan menghampiri lalu duduk di sampingnya.

Lelaki itu mengangkat satu alisnya, seolah bertanya 'kenapa?' pada Taehyun.

Yang di tanya seperti itu, menunjukkan layar ponselnya yang tengah memperlihatkan roomchat pemuda itu dengan Soobin pada Mark.

Helaian napas berat terdengar dari lelaki itu. "Gue kira apa." Dia nampak tersenyum tipis, yang tampak samar. Lalu merogoh saku jaketnya, mengeluarkan dua buah lipatan kertas.

"Gue niatnya mau nanya lo tentang keberadaan Soobin, mungkin aja lo tau. Tapi ternyata …?"

Dia menatap lipatan kertas yang berada di tangannya. "Gue nemuin ini di sofa kamar gue. Satu lagi, gue gak tau ini sengaja atau apa. Gue nemuin ini di kotak album foto kalian. Surat yang paling menonjol, yang ternyata di tulis dari jauh hari," beritahunya.

Mengingat saat di mana orang suruhannya yang malah membawa kotak berisi album serta foto kenangan Beomgyu dengan para sahabat, dan bukannya boneka rajut kesayangan Adiknya itu.

"Dan surat ini … di khususkan untuk Soobin."




To Be Continued …

[√] Can't You See Me? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang