Part 26

123K 15.3K 389
                                    

Happy Reading💕

•••

"Jika Bibi ingin melihatnya sekarang. Bibi bisa bertanya kepadanya."

Sonia menoleh. Seluruh tubuhnya langsung gemetar. Sonia menggeleng dengan senyum paksa dan mata berkilat takut. "Ah, ti-dak perlu! Bibi tidak perlu melihatnya!"

Natha mengangguk mengerti. Ucapannya tidak bohong. Kalung itu memang ada di leher Abyan. Pria itu sendiri yang memintanya yang tidak Natha tolak. Lagipula, ia sudah mempercayainya dan tidak ada yang perlu di khawatirkan. Natha juga sudah menduga mereka akan menanyakan tentang peninggalan orang tuanya. Seberani apapun mereka, jika kalung itu berada di tangan Abyan mereka tidak akan pernah berani.

Sonia menjadi lebih emosional. Ketakutan dan kesabarannya menghilang. Wajahnya diliputi kekesalan. "Baiklah. Aku tidak akan peduli tentang itu! Yang terpenting, aku tidak akan pernah memberikan saham putriku kepadamu! Seharusnya, pada awalnya kakek tidak akan memberikan 30% saham kepadamu! Dia mengambil setengah dari saham dan memberikannya kepada Nhita. Dengan cara ini, saham Nhita tidak berubah! Kenapa kamu begitu serakah?! Sahammu tidaklah kecil. Dan sekarang ingin mengambil saham putriku?!"

"Heh." Natha tertawa dengan ironis seraya membuang muka ke arah lain. Lalu, tatapannya kembali pada Sonia dengan tenang. Natha memiringkan kepalanya dengan mencibir. "Serakah?"

Sonia tidak mengerti makna dari ekspresi Natha sekarang. Tapi di sisi lain, Abyan yang sempat melihatnya sangat tahu. Sepertinya wanita itu membuat istrinya marah.

Lalu, Abyan menoleh kembali ke depan seraya memberikan peringatan terakhir. Matanya sangat tajam dengan suara sedingin es. "Besok pagi sebelum jam 9, saham putrimu harus sudah kulihat atas nama Natha. Kalau tidak--"

"... kalian sendiri yang akan mendapatkan konsekuensinya."

Abyan menjalankan kursi rodanya meninggalkan kedua orang itu.

Andre beranjak berniat mengejarnya. Mulutnya ternganga ingin mengatakan sesuatu, namun ia tergagap sehingga tidak ada satu patah katapun yang keluar mulutnya.

"Maaf, Tuan Lumian. Tolong tetap di sini." Andre yang masih bersikeras mengajar, dihalangi oleh Briyan. Sikap Briyan sangatlah tidak ramah yang membuat Andre menyerah.

Mengambil kesempatan, Nhita pergi dari sana menghampiri Galen. Tidak peduli seberapa dingin wajah pria berstatus suaminya itu, Nhita menarik tangannya. "Ayo, pulang!"

Galen tetap diam di posisi duduknya. Sebenarnya ia juga sudah sangat ingin pulang sedari tadi. Keluarga Nhita yang terlihat memiliki masalah, serta dirinya yang terlibat pertukaran pengantin, sama sekali tidak bebas. Ia hanyalah anak haram yang mempermalukan keluarganya.

Melihat ekspresi ayahnya yang tidak bagus sedari tadi menatapnya, Galen tahu ia sudah kelewatan. Walaupun tidak tahu apa yang di pikirkan ayahnya itu.

Melihatnya tetap diam, Nhita semakin jengkel dan kasar. "Galen! Ayo pulang!"

Perilakunya serta teriakannya menarik perhatian sebagian orang. Mereka menatap aneh pada keduanya. Wajah Galen memerah karena malu dan marah. Keduanya langsung menundukan kepalanya.

"Apa masalahmu, hah?! Jangan membuatku malu!" marah Ginanjar menatap tajam keduanya. Sedari tadi ia menahan amarah, namun sekarang ia tidak bisa menahannya lagi.

Untuk pertama kalinya, Ginanjar menyesal membawa Galen ke rumahnya. Awalnya ia mengira Galen akan membawa keberuntungan dan membawa nama baik keluarganya. Namun, belum mencapai apapun, Galen sudah mempermalukan keluarganya.

Secara tidak sadar, Ginanjar meragukannya. Apakah Galen dengan sengaja melakukannya untuk membalas dendam ketidakpeduliannya terhadap ibu Galen?

"Ayah, maafkan aku!" Melihat mata sinis Ginanjar, Galen semakin malu. Apalagi tegurannya di depan umum.

Husband In Second Life ✓Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα