d u a p u l u h t i g a

1.3K 124 10
                                    

Mark melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Mark melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Setelah sampai Mark sedikit berlari memasuki rumah sakit.

"Ma, gimana keadaan Oma?" tanya Mark cemas melihat Maya yang duduk dengan Manu sambil menangis.

"Kata Dokter Oma kritis, Mark. Dan sebelum ke rumah sakit tadi, Oma ngomongin lagi soal lo." balas Manu ketika Maya hanya diam sambil menangis, Maya amat sedih karena ibunya tercinta mengalami kritis akibat penyakit yang di deritanya.

"Tapi, Kak. Lo kan tau gue gak mungkin ngabulin permintaan Oma," Mark mengusap wajahnya kasar.

"Bukan permintaan, Mark. Ini kesepakatan Oma sama Mamanya tante Angel waktu dulu, gue tau itu gak mungkin terwujud. Tapi Mark, Oma taunya Alexa masih hidup. Lo udah punya pacar, harusnya lo tau cara apa buat wujudin permintaan terakhir Oma."

Mark menyenderkan badanya di tembok mencerna ucapan Manu. Haruskah dia melakukan rencana awal? Tapi itu tidak mungkin, Mark tidak mungkin jujur kepada Lana. Hari-hari dia lewati bersama Lana, dan cinta tumbuh dengan sendirinya tanpa Mark bisa cegah.

"Mam," Mark berjongkok di depan Maya duduk.

"Aku harus apa?" tanyanya. Maya hanya menggeleng sebagai jawaban, Maya pun tidak tau harus melakukan apa.

Jujur kepada Merry—mamanya pun sudah terlambat. Merry kritis, dan yang Merry tau Alexa masih hidup. Karena mereka semua tidak mungkin mengatakan sebenarnya dikala kondisi Merry yang sering drop, selain faktor umur. Merry juga menyidap penyakit jantung.

"Bawa pacar kamu temuin Oma disini besok."

Mereka bertiga menengok kearah suara, Marchel.

"Tapi Pah,"

"Dengar Mark, ini juga salah kamu sendiri yang lalai menjaga Alexa! Andai dulu kamu gak ikut balapan liar itu, pasti Alexa masih hidup." Marchel menujuk Mark dengan wajah penuh emosi.

Kejadian itu memang sudah 2 tahun berlalu, tapi ingatan Marchel tentang kelakuan Mark dulu tetap ada di otaknya.

Mark terdiam dengan mata menatap Marchel yang juga menatapnya dengan tajam.

"Pa, udah. Jangan ungkit kejadian itu, Mama sedang kritis. Please jangan buat kekacauan disini." mohon Maya kepada keduanya.

Manu mengusap punggung Maya menenangkan.

"Oke. Tapi anak kamu ini harus tanggung jawab atas apa yang udah dia perbuat, sampai membohongi Om Merry selama ini." putus Marchel, pria separuh baya itu juga sudah tidak tahu harus marah atau apa, tapi yang jelas anak keduanya ini harus menyelesaikan masalah yang diperbuat.

"Papa tenang aja. Mark bakal selesaiin ini, kalo Oma Merry tetap meminta permintaannya itu. Papa dan Mama harus ikut Mark ngomongin ini ke orang tua Lana."

"Itu pasti Mark, Mama sama Papa nemenin. Tapi tetap kamu yang harus bicara kepada mereka." jawab Marchel menepuk pundak Mark.

"Kalo gitu, Mark balik dulu." pamit Mark yang lebih dulu melenggang pergi.

𝐏𝐎𝐒𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐕𝐄 | 𝐌𝐚𝐫𝐤 𝐋𝐞𝐞Where stories live. Discover now