26. FINALLY

95 9 2
                                    

DUA PULUH ENAM

•••🍁•••

Gadis cantik dengan baju tidur yang melekat di tubuhnya, duduk bersila di atas kasur. Rambut yang hanya di jedai tanpa make up sekali pun, tidak mengurangi kecantikannya.

Zulfa melirik jam dinding yang ada di kamarnya sebentar. Menghitung mundur detik demi detik, hingga jam itu berdetak tepat jam tujuh malam. Empat kotak dengan warna berbeda sudah ada di hadapannya, berpikir kotak mana yang akan dibuka lebih dulu.

Tangan lentiknya bergerak mengambil kotak warna merah tua, membukanya dengan sangat penasaran, yang gadis itu temui hanyalah selembar kertas yang disobek, entah sisi bagian mana ini. Zulfa kembali membuka kotak demi kotak menemukan hal yang sama. Kertas yang disobek.

Kertas itu dibuat seperti kepingan pazel, terpotong empat bagian. Zulfa mulai menyusunnya hingga akhirnya tulisan dikertas itu dapat terbaca.

*Selamat anda mendapat undangan zoom dari Gavriel ganteng*

Kode undangan: Ulangtahun lo
Jam: 20:00 WIB

Catatan:
Lo masuk zoom ini, ada resikonya.
Lo gak masuk zoom ini, juga ada resikonya.

**Cari tau kalo lo pengen tau. Yang jelas kalo lo gak masuk zoom ini "GUE BERHENTI"**

Agak takut dengan ancaman terakhir dikertas itu saat membacanya. Ada rasa bingung juga, apa maksud dari kata berhenti. Berhenti soal apa juga.

Damian masuk ke kamar putrinya setelah mengetuk pintu beberapa kali.

"Anak Papa, lagi ngapain?"

"Lagi gila karna Gavriel," jujur Zulfa kelewat santai. Dia menunjukkan notes, puisi, kode undangan bahkan chat Gavriel di ponselnya kepada Papanya.

Damian tertawa gemas melihat putrinya yang sejak tadi menunggu reaksi apa yang ia keluarkan. Mengusap pelan rambut putrinya.

"Udah besar ya, sekarang."

"Iya dong. Buktinya banyak cowok yang suka sama Zulfa," ucap Zulfa bangga. Kembali menyimpan barang-barang yang ia tunjukkan pada Papanya tadi ke dalam tas.

"Jangan cepat besar, anak Papa." Tangan Zulfa langsung berhenti. Menatap Papanya yang sekarang menatapnya sendu, tidak tau kenapa suasana menjadi sedih sekarang.

Zulfa berusaha tertawa mencairkan suasana. "Papa, apaan sih. Kok jadi sedih gini." Zulfa memeluk Papanya erat. Dia merasakan ada hal yang tidak beres di sembunyikan darinya hingga Papanya berbicara ngelantur seperti sekarang.

"Papa gapapa sayang. Papa, cuma lagi pusing karna kerjaan."

"Jangan bohong, Pa."

*****

Setelah berbicara berdua dengan Papanya sambil makan malam di lantai bawah. Zulfa menaiki tangga menuju kamarnya, menyiapkan diri beserta laptopnya di kasur.

Jam sudah menunjukkan pukul 20:06, telat beberapa menit. Entah Gavriel menunggunya atau tidak. Zulfa mulai memasukkan kode undangan yang merupakan ulangtahun-nya sendiri.

ZGavrielDonde viven las historias. Descúbrelo ahora