25. JAKARTA UNTIL SUNSET

1.3K 169 81
                                    

Jakarta masih sibuk, semoga kita masih bisa menikmati tiap jengkalnya, mari berkelana..

+++

p.s. better playing the playlist
p.s.s beware bcs its 4k++ words sksksksk sorry but so here is..
p.s.s.s CONTAIN BUTTERFLY EFFECTS SO READ AT YOUR OWN RISK JIAAKHH

enjoy!!

.

Satu bulan merupakan usia yang masih sangat muda untuk dibilang berpacaran. Dalam tiga puluh hari yang mereka lewati bersama banyak rangkaian kisah yang orang lain mana bisa ngerti. Satu bulan itu pula Aksara menemukan berbagai rasa yang sebelumnya ia tak pernah temukan dalam barisan para mantannya. Valeron yang memberinya rasa itu, rasa yang membuat dirinya memahami arti dari kata ‘mencintai’ itu sendiri. Vale tidak muluk, ia masih tetap seperti sahabatnya, bradernya, dan kakaknya yang dibumbui dengan efek bius love potion yang kapan saja bisa membuatnya tak berdaya. Aksa terkikik kecil menyadari bahasa hipernya itu lalu kembali mempoles pomade ke rambutnya, membuatnya menjadi hair up yang menampilkan jidat mulusnya; sawan kalau cewek-cewek lihat dan itu jelas mengundang protes seseorang yang berdiri di belakangnya,

“Apaan sih ngga cocok lo pake gaya begitu!”

Entah sejak kapan Vale selesai mandi, tiba-tiba cowok itu sudah berdiri di belakang Aksa dan memperhatikannya di cermin yang sedang menyisir rambutnya ke belakang.

Vale datang dengan wajah yang sedikit kesal membuat Aksa menyerngit heran, “Apanya?” tanya Aksa

Vale tak menjawab tapi malah merusak tatanan rambut Aksa yang sudah rapi menjadi awut-awutan kembali, “Gak cocok” ucapnya

“VALE!”

Vale tidak peduli, ia malah mengeringkan rambutnya yang masih basah sebagian, lalu mengambil pomadenya untuk dipoles ke rambutnya.

“Gue udah nata rambut anjer lo kenapa rusakiiinn???” ujar Aksa kesal

“Enggak cocok Sa.. lo pake gaya biasa aja sih,” ucap Vale masih sibuk menyisir rambutnya ke belakang

“Ck, ribet banget elah lo juga apaan pake gaya niru-niru gue gitu?!!” protes Aksa melihat tatanan rambut Vale yang dibuat sama seperti gayanya, meskipun sudah dirusak Vale.

“Beda, Asa. Lo nggak boleh pamer jidat ngerti?”

“Masalah jidat doang juga..”

Lantas Aksa merapikan rambutnya yang semula acak-acakan menjadi rapi dan tertata kembali seperti diawal yang tentu saja membuat Vale mendelik melihat Aksa yang bandel dan tidak mengindahkan ucapannya.

“Asa, tutupin jidat lo atau—”

“Atau apa?”

Aksa menyela ucapan Vale dan malah mendekatkan wajahnya ke arahnya yang membuat Vale menatap tak berkedip, “Lo ganteng banget Sa..” ucap Vale rendah

Vale tidak bohong, Aksa memang sangat tampan kalau jidatnya terekspos begitu. Aksa tersenyum senang lengkap dengan smirk andalannya, “Of course.”

“Tapi gue gasuka!” protes Vale

“Lo gasuka gue ganteng??!”

Vale mengusap wajahnya frustasi, bagaimana caranya menjelaskan kepada Aksa bahwa dia itu bisa berpotensi bahaya. Vale semakin mendelikkan matanya ketika melihat Aksa akan mempoles bibirnya dengan lipbalm.

Baru saja Vale ingin protes namun Aksa lebih dulu menginterupsi, “Apa? ini lipbalm, gausah protes, buat kesehatan bibir gue, tau!”

Astaga.. kesehatan bibir katanya? Lalu kenapa memakai lipbalm yang berwarna pink? bukan yang transparan seperti biasanya?

WISH YOU WERE GAY | NOHYUCKWhere stories live. Discover now