2. Two Families

112 1 0
                                    

Minggu ini tante Airin bersikeras mengajak ku untuk ketemu sama om tante di rumah, aku makin gugup karena kalau weekend pasti semua pada ngumpul di rumah. Kak Naufal anak pertama om tante dan Rangga anak ke dua mereka.

"Iya tante, Nina siap-siap dulu"

Baru setengah jam ternyata mobil mewah om Alex dan tante Airin sudah sampai depan kos, aku buru-buru turun dan berteriak pada teman kos ku kalau pamit pulang.

"Cantiknya.. sini duduk sama Rio ya di belakang" tante Airin bahkan sampek keluar mobil nyamperin aku, makin nggak enak deh rasanya.

"Nanti langsung balik kan bareng kita?" Kak Rio sekarang bersuara, "kayaknya gitu deh kak, aku masih banyak tugas soalnya jadi nggak bisa nginep di sana"

"Baguslah, pasti mereka bakal tanya macem-macem kalo kamu di sana, kan beritanya mendadak banget"

"Iya juga si kak" kataku sambil terus meremas-remas tangan karna gelisah.

Kurang lebih dua jam perjalanan dan kami sudah masuk ke daerah tempat tinggal ku, aku mulai memberikan arahan dan tak lama kami sampai, saat itu Rangga yang sedang main hp di luar sampai kaget melihat aku keluar dari sana, "mah.. mamah.. Nina pulang mah bawa tamu" dia berteriak sambil berlalu masuk ke dalam.

"Assalamu'alaikum.." aku masuk dan sudah ada tante yang menyambutku, wajahnya terlihat kaget dan bingung tapi berusaha tersenyum dan mempersilahkan para tamu masuk.

Tante Airin dengan ramah bersalaman dengan tanteku dan wajahnya terlihat senang, "akhirnya bisa bertemu, kenalkan saya Airin dan ini suami saya Alex, yang ini anak kami Rio"

Mereka semua saling bersalaman bersamaan juga dengan om, kak Naufal, dan Rangga ikut menyalami mereka. Kami semua duduk setelah aku dan tante menghidangkan teh hangat di meja.

Setelah om Alex basa-basi dengan omku dan kak Naufal akhirnya tante Airin memulai pembicaraan serius, "Maaf kalau kami tiba-tiba datang tanpa kabar, saya langsung saja pada tujuan kami kemari"

"Iya silahkan" tante sudah sangat bingung karena aku juga tidak bisa menjawab pertanyaannya saat di dapur tadi.

"Jadi kami kemari ingin meminta Nina untuk menikah dengan Putra pertama kami, dia masih ada keperluan di luar kota jadi tidak bisa hadir hari ini, tapi karena saya sudah ingin buru-buru kemari untuk membicarakan ini dengan keluarga Nina jadi kami tetap berangkat, mohon maaf kalau merepotkan" seketika ekspresi semua keluargaku berubah drastis, suasana menjadi hening dan masih belum ada yang bisa menanggapi kalimat itu selain tante yang hanya bisa tersenyum tipis, sampai kak Naufal yang tiba-tiba berdiri dan menggandengku untuk mengikutinya.

"Kakak kenapa?"

"Apa ini? Kamu becanda kan Nin!"

"Maaf kak, Nina juga bingung, sebenernya Nina juga nggak pengen cepet-cepet nikah tapi Nina juga nggak tahu kapan bakal dapet kerja bagus, kapan bisa balas budi ke kalian, kapan Nina bisa mandiri dan nggak jadi beban buat kalian"

"Maksud kamu apa Nin? Pernikahan itu bukan main-main. Lagipula siapa yang jadi beban? Kamu itu keluarga bukan beban kami. Nina kakak nggak mau tahu pokoknya kamu bilang ke mereka kalau nggak setuju. Kamu harus tolak sekarang!"

Aku mulai terpojok, pikiranku kalut, air mataku keluar dan mulai membuatku terisak, "Kak Naufal marah sama Nina? Aku juga bingung dan nggak ngerti musti apa"

"Kamu cuman perlu tolak mereka Nin. Kamu tahu nggak mamah selalu berharap kita bisa bersama, kakak udah selama ini nungguin kamu, kakak berencana lamar kamu pas lulus nanti, tapi apa? Sekarang kamu malah mau dilamar cowok lain. Aku nggak terima Nin, kakak nggak izinin!"

Aku mendengok mendengar penjelasan kak Naufal barusan, "maksudnya apa kak? Jadi selama ini kakak baik banget sama aku, kakak sayang sama aku karena kakak mau nikahin aku?! Aku nggak nyangka kakak gitu. Aku anggap om tante itu orang tua, dan kita saudara, kakak udah kayak kakak kandung buatku"

"Nin.. maafin kakak, kakak bener-bener sakit hati sekarang. Memang apa salahnya kalau kita nikah Nin, aku sayang sama kamu, kamu juga tahu sendiri kan"

"Nggak kak.. Nina nggak bisa, kenapa kakak berpikir sejauh itu. Semua yang kakak lakuin berarti nggak tulus sama aku kak, kakak sering cium keningku, bahkan kakak peluk aku lama banget tiap Nina pulang saat liburan. Kakak juga temenin aku tidur sebelum balik kos, semua itu maksudnya apa kak? Gimana kalo kak Naufal sampek lepas kontrol ke Nina"

Aku sangat kecewa dan tidak bisa berhenti menangis, kak Naufal berusaha memelukku meski aku terus memberontak dan berusaha mendorongnya, mana mungkin aku bisa menerima perasaan kak Naufal, aku bahkan sudah menganggap mereka semua keluarga kandungku.

"Maafin kakak Nin, kakak nggak bisa ngendaliin perasaan kakak ke kamu. Kakak mohon kamu ngertiin kakak, kamu belajar terima perasaan kakak."

Aku segera mengusap wajahku dan memebersihkan semua jejak tangisan barusan, setelah mendengar semuanya aku semakin yakin harus membuat keputusan apa. Aku berusaha tegar dan kembali ke ruang tamu, "saya tidak bisa mengatakan apa-apa, sebaiknya Nina yang memutuskannya sendiri, meslipun saya sebenarnya punya harapan agar Naufal bisa -"

"Saya mau tante, Nina terima pernikahan ini" aku memotong perkataan tanteku sebelum ia mengatakan hal yang paling tidak ingin kudengar.

Semua orang terkejut sampai om berdiri dan menghampiriku, "Nina kamu serius?" Aku hanya mengangguk, "om mau ngomong sebentar sama kamu"

"Maaf om Nina sudah buat keputusan,. Nina keluar duluan" aku sudah tidak tahan di dalam,emosiku berantakan, tiba Kak Rio sudah menggandengku dan mengajakku masuk ke mobil, tidak lama om Alex dan tante Airin menyusul dan kami segera kembali pulang.

###

Kak Rio menyempatkan untuk menelfonku, sepertinya aku memang membuat semua orang khawatir, "kamu udah makan belum?"

"Nggak nafsu, maaf ya kalo tadi aku agak nggak sopan"

"Udahlah nggak usah dipikirin, mama sama papa juga ngerti, pasti tadi kamu banyak ditanya-tanya sama kakak kamu"

"Aku nggak papa, aku udah putusin untuk terima keinginan tante Airin, kayak yang kak Rio bilang, mungkin ini jalannya"

"Oke,, aku harap kamu akan bahagia sama bang Alan, kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi aku ya"

"Eum.. iya kak"

"Cepet tidur, jangan banyak mikir nanti malah sakit" telingaku yang eror atau emang suara kak Rio jadi berat banget ya,, udah malem pasti dia juga ngantuk

"Iya kak.. kakak juga cepet istirahat, suaranya kayak ngantuk banget"

"Em.. night" panggilan langsung terputus.

Aku nggak pernah bayangin bakal ada cerita se ekstrim ini di hidupku,, aaah.. tau deh, rasanya capek banget hari ini pengen istirahat.

####

See you 😊

Pria Yang Jatuh CintaWhere stories live. Discover now