Mereka yang ada disana hanya bisa diam saat mendengar suara teriakan permohonan milik Lusi.

Mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena disini mereka tidak memiliki hak apapun.

"Cih." Darwin berdecih, perasaannya sedang tidak baik sekarang.

Charles menatap para pelayan dan beberapa prajurit yang ada disana dengan tajam, "berani menyakiti adikku, kematian akan menghampiri kalian dengan cepat."

"Ini hanya peringatan kecil, kalian tidak perlu takut." Charles tersenyum tipis, lebih tepatnya seringai menyeramkan yang ia tunjukkan.

Mereka yang melihatnya tanpa sadar bergetar.

"Kalian semua bisa pergi." Ujarnya kembali seperti biasa

"Ah, b-baik yang mulia. Kalau begitu kami semua permisi undur diri." Salah satu dari mereka mewakili.

Charles mengangguk singkat.

Setelah memastikan semuanya pergi, Charles kembali menghampiri Darwin.

"Sekarang apa?" Darwin bertanya dengan nada tidak santai, sepertinya ia masih kesal.

Charles meraih salah satu tangan Darwin dan menariknya untuk mengikutinya.

"Eh, eh? Lo mau bawa gue kemana?!" Pekik Darwin

Charles tidak menjawab, mereka keluar dari dapur dengan Heri yang mengikuti dari belakang.

"Hei gue tanya?"

Charles sejenak menghentikan langkah kakinya, ia melirik Darwin sekilas, "mengobatimu." Balasnya singkat sebelum kembali menarik Darwin.

Kening Darwin mengernyit, "apa?"

" ... "

"Anjing." Darwin mengumpat dalam hatinya.

Hening.

Darwin menoleh ke belakang tubuhnya. Ia melihat ke arah Heri dengan tatapan meminta tolong, tapi sayangnya itu malah dibalas Heri dengan senyuman saja.

Darwin menatap Heri dengan datar sebelum kembali mengalihkan pandangannya kedepan sembari mendengus.

"Gue sebenarnya heran sama lo." Darwin membuka suaranya

"Apa?"

Darwin menghela nafasnya dengan kasar, "lo pasti tahulah, hidup gue ini sudah terlalu banyak masalah. Dengan lo nyebut gue sebagai adik lo tadi dihadapan mereka, itu justru malah semakin menambah masalah bagi gue." Ketusnya kesal

"Kenapa begitu? Bukankah kau memang adikku, sudah sepatutnya aku sebagai kakak harus melindungimu dari mereka."

Darwin berdecih, "itu dulu pas gue masih ngeharapin perhatian kalian, tapi sekarang tidak lagi. Gue udah gak butuh, yang ada malah buang-buang waktu saja."

Charles terdiam sebelum ia berbalik sehingga kini ia berhadapan dengan darwin, "itu tidak akan terjadi lagi." Ucapnya tenang namun ada sebuah kenyakinan didalamnya

Darwin terkekeh meremehkan, "oh iya, kata siapa itu?"

"Kalaupun iya, yang ada gue malah ragu." Tambahnya

Melihat dan mendengar perbincangan kedua tuannya, Heri hanya bisa diam dan tidak ikut campur.

Biarlah mereka menyelesaikan masalah yang selama ini sudah hadir.

"Akan ku buktikan."

"Hmm terserah." Balas Darwin dengan malas sebelum ia melepaskan tangannya dari Charlos.

"Ayo pergi Heri gue udah gak mood disini."

Beberapa langkah ia berjalan melewati tubuh Charles, Darwin sudah merasakan tangannya yang kembali di cekal.

"Sekarang apa LAGII!" Diakhir kata Darwin memekik.

Tubuhnya di angkat ala karung beras oleh Charles, "hei, apa yang lo lakuin? Lepasin tubuh gue."

"Heri tolongin gue!" Darwin berteriak meminta tolong.

"Eh, yang-"

"Kau bisa kembali ke pekerjaanmu yang lain, biar dia yang menjadi urusanku." Ujar Charles mengusir dengan halus.

"Ah baik yang mulia, kalau begitu saya permisi." Balas Heri sembari menundukkan kepalanya.

"Mn."

Darwin panik saat Heri berjalan menjauh darinya, "He-Heri, Heriii jangan tinggalin gue disini!"

Heri menolehkan kepalanya kebelakang untuk melihat Darwin, ia tersenyum tipis, "maaf yang mulia." Ucapnya tanpa suara

Mata Darwin melotot, "HERII LO-"

"Jangan berteriak nanti tenggorokanmu sakit." Potong Charles dengan cepat

Darwin mendengus, ia lalu memukul pundak Charles dengan sekuat tenaganya.

"Ini semua gara-gara lo, ini semua gara-gara lo." Ucapnya berulang kali

Charles memilih acuh dan kembali melanjutkan langkah kakinya.

"CHARLES JINGANN!!"

----

T.B.C

Dikit ya?

~Terimakasih sudah membaca~

' PRINCE BAD BOY ' (HIATUS) Where stories live. Discover now