1. Unexpectable husband

200 3 0
                                    

Seminggu lagi aku tiba-tiba akan menikah, calon suami yang belum pernah kutemui apa mungkin akan menerimaku? Ah.. aku tahu sebenarnya aku sangat beruntung, pria itu sangat tampan di fotonya. Tante Airin juga banyak cerita tentang prestasinya dan pekerjaannya sekarang, rasanya seperti mimpi.

Semua ini karena kejadian dua minggu yang lalu, saat itu aku mengembalikan dompet seseorang sampai harus mencari ke alamat rumahnya. Melihat rumah mewah membuatku tidak menyangka akan bisa menginjakkan kaki ke dalam tempat seperti itu, wanita itu sangat ramah dan senang karena kembali mendapatkan dompetnya, tentunya selain uang banyak kartu-kartu yang jauh lebih penting.

"Rumah kamu dimana? Pasti sangat sulit harus mencari sampai kemari"

"Ah.. tidak apa tante, saya pernah ke daerah sini jadi tidak terlalu sulit"

"Ah.. begitu, oh iya namanya siapa?"

"Nina tante"

"Em.. Nama tante Airin, makasih banyak ya.. tante cemas sekali waktu sadar kehilangan dompet. Nina tinggalnya dimana?"

"Saya kos di deket univ Arjuna"

"Loh mahasiswa Arjuna,, itu yayasan yang Om Alex kelola, suami tante"

"Ah.. maaf saya nggak tahu ternyata keluarga tante yang mimpin yayasan Arjuna"

"Duuh.. apasih, itu kan urusan Om, tante nggak ikutan kog. Udah Nina nggak usah sungkan gitu sama tante"

Kami mengobrol panjang hari itu, sampai bertukar nomor hp dan akhirnya beberapa kali diajak makan bersama diluar, mana mungkin aku bisa menolak, sesibuk apapun pasti  tidak sopan jika sampai menolaknya.

Dua kali pertemuan itu tante Airin selalu cerita tentang keluarganya dan putra pertamanya, sepertinya tante Airin benar-benar cemas karena anak tertua mereka tidak kunjung punya calon, bahkan dekat dengan wanita saja tidak pernah. Hem.. wajar saja kalau sampai pusing begitu.

Puncak obrolan beberapa hari itu akhirnya disampaikan juga padaku, malam itu tante mengundangku makan bersama di rumahnya bersama keluarganya, awalnya aku beranikan diri untuk menolak, aah.. mana berani aku bertemu dengan keluar terpandang begitu, siapalah aku?! Huhu..

Sampai akhirnya tante memaksa dan aku harus benar-benar pergi ke sana. Dan ya, aku hanya memakai pakaian terbaik ku seadanya, hanya blouse panjang dan rok yang kupinjam dari teman kos.

"Ninaa.. sini sini,, duduk depan tante, nah ini pah anaknya yang kemarin mama cerita" Tante Airin berbicara dengan laki-laki di sampingnya.

"Hi Nina kenalkan saya Alex suami tante Airin" ah jadi ini pimpinan Arjuna, rasanya seperti mimpi bertemu seperti ini.

"I-iya Om, eh pak Alex, saya Nina"

"Mahasiswi Arjuna ya?" Tanyanya, sepertinya tante Airin sudah cerita.

"Iya pak.."

"Wah.. kamu jadi canggung ya, pasti tante sudah cerita jelek-jelek ya"

"Ih apasih pah, mama kedalem bentar deh"

"Eh enggak kog pak, sama sekali nggak cerita yang aneh-aneh"

"Hahaha.. sudah sudah, panggil om saja, biasa saja kalau ketemu begini, lagian kamu sudah sangat akrab sama tante, jangan sungkan sama saya. Dari dulu tante selalu ingin punya anak perempuan, anak saya yang pertama nggak nikah-nikah sampek stress mamahnya"

Akhirnya kami semua selesai makan, hanya anak kedua mereka yang datang, ternyata orangnya juga ramah. Namanya kak Rio, sepertinya semua keluarganya sangat ramah.

Tante tiba-tiba menahan putranya yang selesai makan dan hendak pergi, "tunggu sebentar duduk dulu" dan kak Rio menurut dan kembali duduk di sampingku.

"Em.. Nina, maaf ya anak tante yang tua nggak bisa datang, memang agak sibuk belakangan"

"Nggak papa tante, lagian Nina malah yang nggak enak ikutan ganggu acara keluarga tante sama om"

"Ih kamu ngomong apa, malah kamu itu tamu kita hari ini, tente mau bilang sesuatu"

"Mau bilang apa tante?"

"Serius banget ma, ada apa si?" Sahut kak Rio

"Eh,, jadi gini, Alan yang sering tante cerita itu, tante pengen dia segera menikah. Kebetulan tante suka banget sama Nina, lagian udah semester enam kan? Bentar lagi juga lulus"

"Maksudnya gimana tante? Nina nggak paham"

"Yaa.. tante sangat berharap kamu mau menikah sama Alan"

Uhuk,, kak Rio sampek keselek pas lagi minum, dan aku cuman bengong dan berusaha mencerna kalimat tante barusan.

Nggak salah ini tiba-tiba mau dinikahin sama anaknya, mimpi apa semalem,, kepalaku sampai menggeleng karna pikiranku barusan.

"Mah.. mama serius! Bang Alan bakalan murka mamah nggak bilang sama dia mah"

"Tenang aja, mamah udah cerita kog sama abang kamu. Jadi gimana Nina, usia kalian juga nggak jauh-jauh banget, Nina sudah dua puluh tiga ya? Udah pantes kog"

Eh? Hehe.. aku cuman bisa nyengir sambil malingin muka, sumpah malu, panik, kaget, dan yah.. apalah itu pokoknya akward banget.

"Wah.. pah, liat Nina nya nggak nolak kog, udah bagus banget itu"

"Ee.. maaf tante, aduh saya nggak bisa, saya belum siap menikah. Itu, saya juga harus izin dulu sama tante om saya di rumah"

"Kalo gitu kapan kita bisa ketemu mereka, biar tante yang bilang, pasti mereka setuju"

"Emh.. saya bingung, lagi pula kak Alan juga mungkin tidak setuju menikah dengan saya, kalaupun mau pasti hanya terpaksa, saya nggak berani tante"

"Mah.. mamah serius udah bilang sama abang? Beneran dia nggak ngamuk ma?" Kak Rio yang masih kaget kembali memotong.

"Iya.. mama udah cerita sama Alan kemarin, tenang aja Alan juga udah liat foto kamu kog Nina. Dia cuman nggak bisa dateng hari ini."

"Rio kebelakang dulu deh" Laki-laki itu pergi.

Akhirnya aku pamit pulang dan diantar sama kak Rio, kayaknya dia tahu kalo aku jadi cemas banget gara-gara obrolan tadi.

"Nin.. kamu sendiri gimana? Kamu berhak kog buat nolak ataupun nerima permintaan mama, jangan sampai terbebani dengan menerima karena terpaksa"

"Kak Rio sendiri gimana dengar ucapan tante tadi?"

"Ya kan nggak ada hubungannya sama aku, tadi aku cuman khawatir bang Alan nggak tahu soal ini dan malah ngamuk ke kamu nantinya"

"Huum.. aku juga nggak tahu kak, dari smp ayah sama ibu meninggal dan yang ngurus Nina om tante di rumah, rasanya aku juga nggak mau lebih lama lagi jadi beban mereka. Tapi aku pengennya bisa selesai kuliah dan segera dapet kerja yang bagus supaya bisa mandiri"

"Nggak semudah itu juga keluar dari rumah tanpa karir yang mapan. Kamu juga harus sadar kalau rencana kita kadang nggak sesuai sama takdir kita nanti. Mungkin ini bisa jadi jalan lain untuk kamu segera mandiri, bang Alan pasti bawa kamu keluar dari sana nanti"

"Aku masih nggak berharap lepas dari beban om tante malah jadi beban orang lain"

"Loh kog ngomongnya gitu, kalau sudah menikah seorang istri itu ya udah tanggung jawab suami, bukan bebanlah Nin"

"Itu kan pasangan sungguhan, nah aku sama kak Alan cuman orang asing"

"Hem.. aku nggak ngerti lagi sama kamu. Yah.. intinya aku seneng abangku menikah, apalagi calonnya kamu, perempuan sederhana, baik, dan sopan. Pesenku, banyakin sabar nanti sama bang Alan, dia itu kepala batu"

"Nggak taulah kak"

See you next chapt...

Pria Yang Jatuh CintaWhere stories live. Discover now