16 ─ ignore you

544 128 2
                                    

"Aku bosan, biarkan aku pergi sebentar." ucap Jisung, sedari tadi ia sedang bersama Chenle.

"Kau akan pergi kemana?"

"Hanya ingin membeli kopi ke caffe."

"Aku ingin ikut!"

Jisung menghela nafas kasar, "Kau seperti penguntit, Chenle. Selalu mengikuti kemana pun aku pergi."

"Itu bagus, daripada aku harus kesepian."lirih nya.

Jisung tak menghiraukan ucapan Chenle, ia segera berlari ke arah kamar tidur nya untuk bersiap. Chenle pun tak mau kalah, ia segera bersiap lalu menghampiri Jisung.

Sampai di sebuah caffe yang jarak nya tak terlalu jauh dari kediaman mereka, Jisung segera memesan kopi untuk dirinya dan Chenle.

"Lain kali aku harus pergi seorang diri kesini, kau dilarang ikut." Jisung bergumam.

"Baiklah, sekali saja. Kau memang jahat."

"Aku tak peduli."

Seorang barista, sekaligus pemilik caffe tersebut menghampiri Chenle dan Jisung. Ia meminta izin pada mereka saat akan bergabung duduk disana.

"Kalian yang bernama Chenle dan Jisung, benar?"

"Benar! Wah, mengapa kau dapat mengetahui kami?"ucap Chenle

"Perkenalkan, aku Mark. Jaemin adalah sepupu ku."

"Benarkah? Kak Jaemin tak pernah bercerita tentang mu."kini Jisung yang melontarkan pertanyaan.

"Benar. Mungkin ia mengira hal ini tidak penting." Mark terkekeh kecil.

"Kau terlihat lebih tampan dari Kak Jaemin." Chenle berucap, ia memperhatikan wajah Mark dengan seksama.

Sementara itu, Mark menanggapi hal itu dengan sedikit malu, ia dipuji Chenle! Hati nya menghangat.
Pemilik caffe ini mulai berbincang bersama Chenle dan Jisung, namun Jisung tak banyak melontarkan kata-kata, berbeda dengan Chenle yang terlihat sangat menikmati obrolan ini.

➽───────────────❥

Sore ini langit terlihat gelap, wajar saja karena sudah memasuki musim dingin. Jeno berjalan ditengah dingin nya udara, tak lupa ia mengenakan mantel tebal.

Kali ini Jeno tak berniat langsung kembali ke kediaman nya, ia sedang ingin mengunjungi suatu tempat. Wajah datar namun tampan tersebut berubah menjadi murung, saat ia mencoba ingin mengingat sesuatu. 

Setelah memakan waktu yang cukup lama, Jeno sampai di sebuah pemakaman. Kaki nya melangkah seraya mendekati sebuah batu nisan yang terletak di antara ribuan batu nisan disana.

Jeno mengamati batu nisan yang bertuliskan nama Lee Haechan di hadapan nya. Ia segera memposisikan tubuh nya agar sejajar dengan batu nisan ini.

"Haechan, aku datang. Maaf tidak mengunjungi mu untuk waktu yang cukup lama. Bagaimana kabar mu? Kau baik, bukan?"sebuah senyuman terulas di bibir pria Lee ini.

Namun sedetik kemudian senyuman tersebut hilang, pelupuk mata nya mulai penuh oleh air bening. Tak bisa menahan nya lagi, air bening tersebut akhirnya jatuh membasahi pipi nya.

"Maafkan aku, Haechan. Aku tak dapat memenuhi janji ku untuk mempertahankan pertemanan kita. Jaemin kini mulai menjauh, itu semua karena diriku. Karena perasaan yang aku simpan. Aku menyukai Jaemin, semua ini membuat pertemanan kita rusak, padahal kau ingin kita agar selalu bersama."

Flashback on

Haechan, Jeno, dan Jaemin adalah teman baik. Mereka terbilang sangat dekat, hingga mereka membuat sebuah Janji; diantara mereka, tidak ada yang diperbolehkan untuk merusak pertemanan. Mereka harus tetap berkawan, apapun yang terjadi.

Hingga suatu hari, Haechan meninggalkan mereka dan seluruh dunia beserta isinya. Pada saat itu, Jeno dan Jaemin berjanji akan menjaga hubungan pertemanan yang baik demi janji mereka bersama Haechan.

Namun semua itu hancur di kala perasaan cinta mulai muncul, dan keduanya mengetahui hal ini.

Flashback off

Jeno menyeka kedua air mata yang membasahi pipi nya, ia bangkit lalu berbalik dan mulai berjalan pergi menjauhi batu nisan tersebut. Namun di saat itu juga, ia berpapasan dengan Jaemin disana.

"Jaemin, apa yang kau lakukan disini?"

"Tentu saja mengunjungi Haechan, kau melontarkan pertanyaan bodoh."

"Maaf."

"Kau sudah selesai mengunjungi haechan, bukan? Segera lah menghilang dari sini."

"Aku pergi." Jeno segera berjalan menjauhi tempat ini, meninggalkan Jaemin yang masih diam terpaku disana.

Sedangkan Jaemin, ia mulai mendekat pada nisan Haechan. Ia mulai membuka suara, "Musim dingin sudah tiba. Seperti biasanya, aku merindukan mu, Haechan. Aku merindukan saat-saat dimana kita bersama, terlebih di musim dingin. Ternyata hidup tanpa seorang teman baik itu sulit, ya? Ah, dan aku akan memberitahu sesuatu pada mu. Kini aku dan Jeno bukan lagi teman, kau tak keberatan bukan? Maaf, memang kami mengingkari janji, namun kita benar-benar tak bisa berteman lagi. Kini hanya kau dan aku yang tersisa, kau teman baik ku sampai kapanpun, ingat ini."

➽───────────────❥

Jisung dan Chenle telah kembali ke kediaman nya. Seperti biasa, Jisung mengacuhkan Chenle kali ini. Namun ada hal yang berbeda, Chenle terlihat sangat acuh dengan hal ini, tidak seperti biasanya.

Biasanya ia akan mulai mengganggu Jisung ataupun merajuk karena Jisung yang selalu mengacuhkan dirinya.

Jisung mulai mencebik sebal dikala ia melihat Chenle fokus pada ponsel nya sejak tadi. Chenle dan Mark bertukar kontak agar dapat saling terhubung dan bisa berkomunikasi.

Sejak tadi, Chenle dan Mark begitu asyik berbincang sampai melupakan Jisung yang berada disana.

"Terlihat sangat norak. Seperti baru merasakan chatting-an bersama orang lain saja." Jisung mendengus.

Chenle tak menjawab sepatah kata pun, ia hanya merotasikan kedua bola mata nya yang cantik.

Merasa diabaikan, Jisung segera masuk ke kamar nya. Ia sengaja membanting pintu agar Chenle mendengar, namun lagi-lagi Chenle terlihat sangat tak peduli.

Sepertinya Park Jisung mulai menyadari bahwa diabaikan itu sangat tak nyaman, bukankah seharusnya ia merasa bersalah karena selama ini terlalu sering mengabaikan Chenle?

To be continue...
S

orry baru bisa update T__T
Akhir-akhir ini lagi sibuk, jadi yaaa update nya lama. Tapi di usahakan bakal update lancar lagiiii :3

music box | chenjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang