10 ─ beautiful

714 156 12
                                    

"Kak Jeno, aku lihat Jisung tampan ya!" ucap Chenle asal. Mata nya terfokus pada televisi yang sedang menayangkan sebuah drama.

"Memang, seperti ku."ucap Jeno dengan nada bicara yang percaya diri.

"Tapi menurut ku, Jisung lebih tampan. Kau memang tampan tapi Jisung lebih tampan."

"Kami tampan."

"Bagaimana dengan ku? Aku juga tampan, kan?"

"Tidak."

Seketika wajah Chenle berubah menjadi kesal. Ia memincingkan kedua netra nya pada Jeno, "Lalu?! Aku juga tampan, tahu!"

"Menurut ku kau bukan tampan tapi cantik."

Sedetik kemudian, wajah Chenle tiba-tiba bersemu, "jika begitu, apakah aku terlihat serasi dengan Jisung?"

Jeno merasa terkejut, pasal nya mengapa Chenle mengatakan ini? Apakah ia menyukai Jisung?

"Kau menyukai Jisung?"

"Tidak! Aku hanya berbicara saja."

Chenle mengatakan bahwa ia hanya sekedar berbicara, namun wajah nya kembali bersemu.

"Kau bohong, Chenle."

"Lagi pula kak, aku adalah seseorang yang hanya memuja ketampanan banyak orang. Termasuk Jisung, maka dari itu aku tak sungguh sungguh menyukai Jisung."

Tak lama kemudian, Jisung tiba di sana. "Ada apa? Mengapa menyebut nama ku?"

Chenle bangkit dari duduk nya, ia segera berjalan menghampiri Jisung. Tentu saja Jisung bingung. Lengan nya yang lentik perlahan menangkup wajah Jisung, menatap nya lekat.

Seperdetik kemudian Chenle menghadap pada Jeno

"Lihat, apa yang kukatakan adalah fakta, Kak. Jisung sangat tampan. Astaga! Jisung, mengapa kau begitu tampan?" ucap Chenle dengan kehebohan yang dibuat-buat.

"Chenle kau tak tahu malu, ya? Lepaskan tangan mu dari wajah ku." Jisung segera menepis lengan Chenle, namun ia tak bersikap kasar walaupun sebenarnya ia merasa risih.

"Chenle mengatakan bahwa kau tampan, Jisung. Bahkan menurut nya kau lebih tampan daripada diri ku."

"Memang seperti itu bukan?" Jisung tertawa.

"Aku benar! Aku benar! Jisung secara tidak langsung mengatakan bahwa ucapan ku adalah benar! Senang nya melihat Jisung berada di pihak ku." Chenle tersenyum, lengan nya kembali menangkup wajah Jisung.

"Chenle hentikan, sudah lah aku akan segera pergi keluar untuk mencari udara segar." Jisung segera berjalan ke luar.

"Ingin ikut dengan mu!" Chenle mengejar Jisung yang dengan cepat keluar dari dalam rumah.

➽───────────────❥

Jisung berniat untuk bersepeda pagi ini, ia kemudian masuk ke garasi untuk mengambil sepeda nya. Setelah selesai, ia perlahan mengayuh sepeda lalu keluar dari garasi. Ayuhan nya terhenti kala melihat Chenle yang menghadang nya.

"Ada apa?!"

"Ingin ikut dengan mu...."

"Tidak, ah. Jika ingin bersepeda, kau bisa meminta ditemani Kak Jeno saja. Aku ingin bersepeda seorang diri."

"Ingin ikut dengan mu, bukan Kak Jeno."

Jisung menghela nafas, jika sudah begini lebih baik ia mengalah. Ia tahu Chenle akan banyak berbicara bila ia melarang Chenle ikut, ia malas mendengarkan celotehan di pagi hari.

"Ambil sepeda Kak Jeno di dalam garasi. Aku menunggu mu disini."

Chenle kemudian berjalan menuju garasi, ia mulai memakai sepeda milik Jeno. "Beep beep, minggir aku akan menabrak mu!" ujar Chenle pada Jisung sesaat setelah menaiki sepeda.

Mereka pun mulai bersepeda di pagi hari yang cerah ini. Jisung maju terlebih dahulu, memimpin perjalanan.

"Jisung tampan!" Chenle berteriak, itu sedikit membuat Jisung malu. Pasalnya banyak pesepeda lainnya disana, atensi mereka tertuju pada Chenle yang berteriak.

Jisung berhenti, "Chenle mari lakukan lima putaran. Yang kalah harus membayar denda!"

"Lima putaran? Tidak! Aku akan lelah."

"Kau harus, jika tidak aku anggap kau kalah."

"Baiklah, menyebalkan!"

Chenle dan Jisung kembali bersepeda di sana. Jisung fokus di putaran pertama. Ia tertawa, pasalnya ia tahu Chenle akan kalah. Ia tahu bahwa Chenle tidak sekuat diri nya. Namun di putaran pertama Chenle masih terlihat semangat.

Sampai di putaran ke empat, Chenle merasa lelah. Energi nya saat mengayuh berkurang. Berbeda dengan Jisung yang masih kuat terlihat seperti semula.

"Jisung, aku lelah!" chenle kembali berteriak.

"Menyerahlah, berhenti."

"Tidak!" Namun kata-kata Chenle tidak sinkron dengan apa yang ia lakukan, Chenle justru berhenti dan menepi di sana. Chenle terlihat sibuk memburu nafas.

Jisung masih melanjutkan putaran terakhirnya, sebelum ia menghampiri Chenle yang terduduk di tepi sana. Jisung tertawa melihat Chenle yang lelah.

"Lihatlah wajah mu! konyol sekali."Jisung terkekeh.

"Tentu saja karena aku lelah!"di tengah kesibukan nya mengambil nafas, Chenle masih sempat menjawab Jisung.

"Kau kalah."

"Memang! Kau sengaja."

"Baiklah, karena kau kalah kau harus melakukan sesuatu yang berat."

"Kau gila!"ia mengepalkan lengan nya, lalu memukul Jisung.

"Sebentar, aku harus berpikir dulu... Apa hal berat yang harus kau lakukan."

Chenle tak menjawab, ia merotasikan kedua bola mata nya. Jisung ternyata menyebalkan, pikir Chenle.

"Chenle, aku sudah menemukan hal yang harus kau lakukan."

"Apakah itu?"

"Kau harus push up seratus kali."

"Memang gila! Kau memang gila. Aku menyesal ikut pada mu."

"Tidak ada yang menyuruh kau mengikuti ku. Itu kemauan mu, bukan?"

"Ya!"

Kemudian mereka pulang, Chenle akan melakukan push up  di rumah rencana nya.

➽───────────────❥

Sesampai nya di rumah, Chenle beristirahat sekejap. Ia melihat Jisung juga masuk ke dalam kamar tidur. Namun tak lama kemudian, Jisung mengetuk pintu kamar nya.

"Tidak dikunci." Jisung kemudian masuk ke dalam.

"Kau bilang kau akan menyelesaikan push up di rumah."

"Memang."

"Lalu?"

"Bisakah kau sedikit berempati pada ku? Aku lelah, Jisung."

"Baiklah, istirahat sepuluh menit."

Kemudian suasana menjadi hening, Jisung duduk di sofa yang terletak di sudut kamar Chenle. Sedangkan Chenle sesekali menatap Jisung.

"Jisung."ucap nya.

"Ada apa?"

"Kau tampan."

"Lalu?"

"Apakah aku cantik?"

To be continue....

music box | chenjiWhere stories live. Discover now