Prolog

287 6 6
                                    

Hai. Back lagi sama cerita nya El. Yg lain di unpub.

Ini juga kalau sepoy di unpub.

Okey. Cerita kali ini tentang Keluarga. Siap ga?

Langsung aja yak.

***

POV JESSY.

Hai. Nama ku Jesslyn Natalie. Aku masih duduk di bangku sekolah SMA kelas 2.

Aku tinggal bersama bibi dan Anak nya bibi ku. Mama dan papa? Mereka sibuk. Uang. Uang. Uang.

Hanya itu. Aku tau uang penting. Tapi apa aku tidak penting? Ah sudah lah. Lelah sekali hidup ini.

Prang!

"KAMU AJA YG KELUAR! KERJA! TIDUR TERUS. BERKELIARAN. UDAH TUA KAMU! TAU DIRI!"

Lagi dan lagi. Teriakan dari bibi membuat telingaku sakit. Aku memanggil anak nya bibi Abang. Gatau gimana ceritanya tapi ya gitu.

Mereka berdebat dan akhirnya bibi melampiaskan kemarahan nya kepadaku. Ga adil kan? Dia bilang aku ga tau diri numpang dirumah nya. Padahal kan orangtua ku ngasih uang sama dia. Hilih.

Capek hati gini mah. Gimana kalau aku pergi dari rumah ini aja? Setidaknya aku sedikit menemukan ketenangan. Tapi aku mau kemana? Aku tidak punya tempat yg akan dituju.

Tapi bodo lah! Yg penting keluar dari sini aja secepatnya.

Aku mengemas barang-barang ku. Aku bawa lumayan banyak. Kira-kira dua buah koper dan beberapa tas. Entah bagaimana nanti aku akan membawanya. Intinya kemas semua.

Aku juga membawa semua uang-uang ku.

Aku bergegas keluar dari kamar. Meminta uang kepada bibi. Walau dikata tak tau diri dah kabur malah minta uang tapi ya bodo.

Aku mengetuk pintu kamarnya perlahan. Takut marah. Kayak singa.

Tok
Tok
Tok

Beberapa saat kemudian bibi keluar dari kamar dan melihat wajahku dengan tampang sinis.

"Apa?!" Ngegas bat dah.

"Bibi, Jessy mau keluar sebentar ada yang mau Jessy beli. Minta uang.. Boleh?" Tanya ku sopan.

Dia menatap dengan tatapan mengintimidasi. Serem cuy!

"Uang! Uang! Uang! Sama kayak orang tua kamu tu. Uang mulu" Omel nya.

Aku hanya diam. Toh bentar lagi pergi. Bodo amat lah.

Setelah berdebat, Akhirnya sang nenek lampir mengalah. Ia memberi lima lembar uang berwarna merah yang bergambarkan pahlawan.

Dengan wajah tak ikhlas ia memberi uang tersebut. Alasan ku sih mau beli buku wk.

"Buku apa sih mahal banget. Bohong kamu ya?!" Hadeh ngomel lagi. Dasar nek lampir!

Aku memasang wajah tersenyum yg ku paksa. "Jessy ngga orang yang kaya gitu bibi ..." Sebenarnya mau nunjukin kalau aku bukan orang yg polos. Tapi yaudah lah.

Cape juga bilang yaudah lah.

"Nih! Irit!" Setelah mengatakan dua kata tersebut ia masuk ke kamar nya.

Oh iya. Janda. Eh maksudnya bibi seorang janda.

Haha pantes sensitive astaga diri ku..

Aku melangkahkan kaki ku perlahan ke kamar. Bibi yg sibuk di kamarnya. Abang yang pergi keluar.

Situasi ini semakin melancarkan aksi ku. Dengan cepat aku mengeluarkan kedua koperku di balik tanaman bunga yg seolah-olah menyembunyikan koperku. Jaga-jaga. Siapa tau nanti bibi atau abang datang.

Kembali ke kamar. Aku memakai tas ransel besar berisi semua buku-buku ku. Lumayan banyak. Ada lagi tas selempang kecil di samping ku. Yang berisikan semua uang tabungan, Aksesoris, Make-up dan lain-lain.

Aku berjalan pelan. Sangat pelan. Sampai ...

"Mau kemana kamu?!" Astaga hampir aja jantung aku lepas dari tempatnya. Bibi!!!! Astaga.

Dengan perlahan aku membalikkan tubuhku menghadap bibi. Senyum kikuk terukir di wajah ku.

"Iya bi? Jessy kan mau beli buku"

"Ngapain pake segala bawa ransel besar sama tas selempang?" Tanya nya menajamkan tatapan matanya.

Plis sepertinya aku akan mati ditempat.
"J-jessy minjam banyak buku dan ini beberapa lagi punya teman sekelas Jessy yang mau Jessy temuin. Ini Make-up yang dititip temen jessy juga" Jelas ku seraya menunjuk ransel dan tas selempang ku yang lumayan besar.

"Halah temen-temen. Gada guna. Ga usah urus lagi. Berteman gada guna! Lebih baik belajar kamu! Biar jadi orang" Suka banget ngomel nenek tua ini dah.

Karna bibi aku ga punya temen. Dia membatasi relasi ku. Aku terkekang. Aku bukan org yg pinter juga ishh.

Sabar. Sabar. Senyum Jessy. Senyum!

"Iya bibi" Aku mengangguk dengan hiasan senyum paksa di pipi ku.

"Yaudah cepat pulang nanti. Udah jam Sepuluh malam. Nanti diculik baru tau rasa!" Bibi berbalik ke kamar dengan air minum di tangan nya.

Aku mendesah lega. Akhirnya.

Ransel yang berisi buku-buku sekolah. Tas selempang yang membawa isi seperti yang ku katakan tadi. Ditambah dua koper besar yang berisi baju-baju, Perlengkapan sekolah, Dan banyak hal lain nya ku bawa.

Banyak orang yang memperhatikan ku. Aku berjalan kaki keluar dari komplek kecil ini. Kalau membawa semua perlengkapan mah gakan kelar. Banyak soalnya. Ini aja sudah ku siapkan dari jauh-jauh hari.

Akhirnya. Aku keluar dari rumah penyiksaan itu. Senyuman terlukis indah di wajah ku. Aku sangat bahagia!!

Tapi, ... Aku mau kemana?!

***

Okey sekian prolog.
Maaf agak ngebosenin. Tapi ikutin terus ya ... Diusahain cerita yang berada di draft segera di Publish. Daripada tambah berlumut ye kan?

Ini lanjut pa kagak?

Salam manis Elle.

Family?!  Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt