7

17 1 0
                                    


Owen berdiri menatap Quin yang sedang menikmati makan pagi nya selagi beberapa maid tengah mengobati luka pada salah satu kaki Quin dan juga mengganti perban nya. Setelah semalam Owen terkena marah oleh Quin karena tidak langsung menyelesaikan masalah kecil itu sendiri.

" Apa?" tanya Quin dingin kepada Owen yang masih berdiri di hadapan nya

" Maaf nona karena saya pikir nona ingin menghabiskan Mr. Anderson dengan tangan nona sendiri"

Quin memasukkan buah anggur ke dalam mulut nya sambil mengangguk dan tidak menghiraukan keberadaan Owen, lalu memilih untuk fokus dengan ponsel milik nya.

" Nona.." panggil Owen

" Hmm"

" Sementara nona harus beristirahat beberapa waktu, karena minggu depan nona akan berangkat ke Rusia"

Quin menaruh ponsel nya di atas meja lalu menatap Owen dan berkata, " Aku minta peluru yang sama seperti permintaan ku sebelum nya untuk kau siapkan"

" Baik Nona" sahut Owen yang kemudian pergi dari kamar Quin, meninggalkan Quin seorang diri.

Luka yang diberikan oleh salah satu lawan nya saat ini tidak seberapa bagi Quin bahkan ia seperti tidak merasakan sakit pada kaki nya, seperti pagi ini rasa sakit nya sudah menghilang begitu saja. Quin sudah pernah melawan yang lebih berat daripada hal yang terjadi kemarin malam, maka dari itu Quin sempat marah ketika mendapati Owen tidak menyelesaikan masalah itu sendiri. Menganggu waktu istirahat nya saja.

Quin berusaha untuk bangkit berdiri dari duduk nya dan melangkah ke arah balkon kamar nya yang sudah terbuka sedari tadi, angin pagi yang berasal dari luar mansion nya menyapu surai panjang milik Quin yang terurai. Sinar matahari pun juga turut menyapa wajah nya, ia selalu suka kehangatan sinar matahari pagi yang menembus kulit nya.

Sampai akhirnya ketenangan nya itu di pecahkan oleh kehadiran teman nya yang baru saja datang menghampiri Quin yang tengah berdiri di balkon kamar.

" Quin" panggil orang tersebut yang membuat Quin menyadari kehadiran nya.

" Ax?"

" Aku rasa aku akan mengirim orang lain ke Rusia , karena kau sedang sakit ya?"

Quin menggeleng, " Aku sanggup mengatasi nya Ax"

" Bukan begitu.. aku rasa ini adalah lawan yang sulin untuk kita bukan hanya kau Quin"

" Kita sudah bicara kan ini bulan lalu bukan? Dan keputusan untuk berangkat sudah kau berikan pada ku"

Axel melangkah mendekati Quin mengelus pelan surai milik Quin yang tertiup oleh angin, " Aku tau kamu mampu, kau yang terbaik.. namun dengan kondisi mu saat ini? Apa kau yakin bisa berlari kencang?"

Quin menyuapi buah anggur yang berada di genggaman nya ke dalam mulut Axel dan kemudian berkata, " Kau hanya perlu percaya pada ku"

" Aku percaya pada mu Quin kau wanita paling ahli mengeksekusi korban hanya dalam hitungan jam bahkan menit, tapi aku belum siap jika ada hal yang tidak di inginkan terjadi pada mu" pungkas Axel setelah menelan seluruh buah anggur di dalam mulut nya.

" Ah aku tau cara agak kau tak perlu mengkhawatirkan ku" ucap Quin kepada Axel sambil membisikkan suatu kalimat yang membuat Axel terkejut menatap perempuan berparas bak dewi yang ada di hadapan nya saat ini, namun memiliki sifat layak nya seperti utusan iblis dari neraka.

Quin melengkungkan senyum miring nya, " Bagaimana menarik bukan Ax?" tanya Quin kemudian.

💎💎💎

Beautiful MafiaWhere stories live. Discover now