Lusi bersedekap, "silahkan saja, saya tidak takut tuh jika Anda ingin melaporkan saya kepada yang mulia kaisar." Ucapnya menantang
Darwin menggeram di belakang tubuh Heri, "lo jadi orang jangan sok suci ya, jijik gue!" Teriaknya
"Gue pecat juga lo lama-lama."
"Heh, emangnya kamu berani?" Jawab Lusi meremehkan.
"Hei, dengar ini baik-baik ya. Diantara semua pelayan yang ada disini, saya ini termasuk salah satu pelayan kesayangannya yang mulia kaisar, jadi kamu jangan macam-macam ya sama saya."
Darwin menatap Lusi dengan datar, "gak ada yang nanya." Cibirnya yang mana itu sukses membuat wajah pelayan Lusi memerah padam karena malu.
"Pttf ...," Heri memalingkan wajahnya ke samping seraya menggigit bibir bawahnya.
Mencoba menahan suara tawanya yang ingin keluar.
Bahkan beberapa pelayan yang sedari tadi menyaksikan ada yang terang-terangan tertawa.
"Diam kalian semua, tidak ada yang lucu disini!" Bentak Lusi yang mana membuat mereka langsung menunduk takut mendengarnya.
Lusi langsung menatap Darwin nyalang dan tanpa disangka-sangka tangannya terayun menampar pipi Darwin dengan keras.
Plak
"YANG MULIA!!" Heri berteriak panik.
Segera ia membawa langkah kakinya dengan tergesa untuk menghampiri Darwin yang sekarang tengah memegang pipi kirinya yang nampak merah.
"Yang mulia Anda baik-baik saja?" Tanyanya khawatir.
Darwin meringis, "gue gak apa-apa Heri, cuma sedikit perih aja."
"Jangan khawatir, ini hanya luka kecil." Darwin memberikan senyum manisnya kepada Heri agar sang empu tenang.
"Yang mulia," lirihnya
Heri menggeram, ia lalu berbalik menghadap kepada Lusi seraya mengacungkan pedang miliknya yang ia ambil dari sarung yang ada pinggangnya.
"Saya sudah memperingatkan Anda untuk tidak bertindak sopan kepada yang mulia dengan menjaga sikap Anda."
"Tapi, sepertinya Anda tidak mendengarnya dengan baik ya. Kepala pelayan Lusi, saya sudah pernah berjanji kepada diri saya sendiri untuk selalu menjaga dan melindungi yang mulia dari siapa pun itu yang berani menyakitinya, karena, jika itu sampai terjadi maka saya akan langsung membunuh orangnya saat itu juga."
"Dan ternyata Anda termasuk salah satunya, Anda sudah berani menyakiti yang mulia pangeran dengan cara menamparnya. Anda pasti tahukan, bertindak kekerasan kepada salah satu anggota kerajaan akan mendapatkan hukuman yang sangat berat dari yang mulia kaisar." Jelas Heri dengan tegas.
Ekspresi wajahnya sekarang begitu dingin dengan tatapan tajamnya yang menyorot langsung kepada kedua bola mata milik Lusi.
"Saya tidak peduli, toh yang mulia juga tidak pernah mempedulikannya, jadi untuk apa saya takut?"
"Itu menurut perkiraan Anda sendiri, bagaimana jika Anda langsung bertemu dengannya saja? Dengan itu, Anda mungkin bisa mengetahui sifatnya dengan jelas."
"Tidak perlu, aku sudah pernah melihatnya. Yang mulia hanya terlalu cuek kepada sekitar, tapi di dalam hatinya ia pasti sangat manis. Lihat, bahkan dia sampai menjadikan saya kepala pelayan disini." Ujarnya sombong
"Yaelah cuma jadi kepala pelayan doang aja bangga," sempat-sempat Darwin mencibir
"Diam kamu!"
"Jangan membentak yang mulia atau saya akan melaporkan Anda kepada yang mulia kaisar." Ancam Heri
"Si Lusi baperan." Gumam Darwin
Lusi berdecih, "terserah, siapa yang peduli. Lagipula, sebentar lagi juga saya akan menjadi permaisurinya yang mulia." Tuturnya percaya diri sembari memilih rambut panjangnya yang hanya di ikat kuda pony.
Entah bagaimana caranya, tapi ... dapur utama istana saat ini banyak sekali para pelayan yang berkumpul hanya untuk menyaksikan perdebatan yang sedang berlangsung itu.
"Kau terlalu percaya diri nona, cepatlah bangun sebelum kau dilempar dengan keras dari kenyataan." Celetuk Darwin
"Kau--akh!" Lusi meringis saat ujung pedang milik Heri sedikit menembus kulit lehernya hingga berdarah.
"Jangan mendekat kepada yang mulia, saya bisa bertindak lebih dari ini." Ucap Heri saat Lusi ingin mendekat kepada Darwin
"Kau pikir kau siapa, menyingkir-"
"Ada apa ini?"
----
T.B.C
Maaf kalau chapter ini kurang kalian sukai.
~Terimakasih sudah membaca~
YOU ARE READING
' PRINCE BAD BOY ' (HIATUS)
Random^^^^ Darwin Wesley. Pemuda jenius yang sayangnya menutupi kejeniusannya dengan bersikap nakal dan pembangkang, selalu berpenampilan badboy dan selalu senang melanggar aturan. Hidup sendirian di kota besar, orang tuanya sudah meninggal saat dirinya m...
^ Chapter 7 ^
Start from the beginning
