kemah

1.4K 194 21
                                    

vote dan comment ya!

•••

"Sultan!"

tungkai kaki yang berjalan itu berhenti, Kaisar dari belakang tiba tiba menepuk bahunya, membuat Sultan terkejut. Sultan memang sudah tau itu suara Kaisar namun Kaisar tetap saja mengejutkannya, anak itu hampir saja tersedak, Sultan tidak bisa di kejutkan tiba tiba hal itu membuat pertahanan dirinya melemah begitu saja.

"Sultan, Sultan".

"Iya, iya kenapa? lo jangan ngagetin dong gue kaget"

Kaisar tersenyum lima jari, sebelah tangannya terangkat memberikan sebuah amplop putih dengan logo sekolah mereka, Sultan kebingungan tentunya, di kira itu adalah surat teguran dari guru untuknya, tapi Sultan tidak tau apa kesalahannya.

Kaisar tertawa kecil, melihat raut wajah Sultan yang ragu antara ingin mengambil atau tidak, pasti di pikiran anak itu amplop ini adalah amplop berisi teguran pada murid, tanpa sengaja Kaisar mengusap rambut Sultan gemas, Sultan kembali seperti sedia kala, memberinya tatapan polos tidak mengerti, jika saja anak itu tidak menolak akan perlakuannya yang berlebihan mungkin Kaisar akan memeluk hangat tubuh mungil itu, memberikannya kecupan kupu kupu yang akan menciptakan gelakan geli dari bibir tipis tersebut.

Kepalanya menggeleng, sudahi halu ini dan pandang realita, jangan terlalu terlena dan berangan angan, Kaisar hanya takut jatuh sehingga tak bisa bangkit lagi, dia akan selamanya terpuruk jika nantinya apa yang dia inginkan tidak sesuai ekspektasi.

"Ini surat izin, sekolah ngadain camping. karna bentar lagi kita lulus mau buat kenang kenangan" ujarnya, menyadarkan lamunan Sultan, Sultan mengangguk lucu mengerti sekarang, lantas jari jemarinya mengambil amplop putih itu dari tangan Kaisar.

membolak balik, amplop putih tersebut tidak ada tulisan apa apa hanya logo saja.

"Oh thanks ya"

Kaisar mengangguk, sebelum Sultan berbalik dan melanjutkan langkahnya, lebih dulu Kaisar menahan tangan itu, menggengam cukup erat walau terlihat aneh. namun aliran darahnya mendesir dengan hebat seperti tersengat listrik, Kaisar meneguk ludahnya. tiba tiba saja lidahnya kelu tidak bisa mengeluarkan kalimat apapun saat Sultan menatap tangannya yang menggengam telapak tangan mungil itu.

Sultan melirik tangan dan wajah Kaisar bergantian.

"Maaf, ada apalagi Kaisar?"

Kaisar melepaskan tautan tangannya dan di sembunyikan kebelakang, merasa bodoh karna sudah gegabah berbuat berlebihan.

"E-eum, i-itu kita bikin kelompok ya, satu kelompok 6 orang"

"boleh milih sendiri?"

"iya, 6 orang lo mau kan se regu sama gue" ujar Kaisar harap harap cemas, berharap kalau Sultan mengiyakannya namun cemas jika lantaran Sultan tidak ingin, sementara yang di tatap masih diam tidak membuka mulut sama sekali, Sultan kebingungan walaupun mereka satu kelas, mungkin menurut Sultan, Kaisar sudah memiliki kelompok sendiri padahal tidak ada sama sekali, pria itu selalu menghindari teman temannya yang mengajak untuk satu kelompok.

sebab alasan Kaisar menghindar adalah dia menunggu jawaban anak manis di hadapannya ini.

"gimana?" tanya Kaisar lagi mencari kepastian.

senyuman semanis madu itu terpancar, dengan semangat Sultan menganggukan kepalanya, tidak menolak.

"eum, Sultan mau sama Kaisar, nanti kita satu tenda bareng yeay!" soraknya, bagaimana bisa Sultan secara gamblang mengatakan kegembiraannya begitu saja benar kata Djuna, Sultan itu cuma anak lelaki polos yang kelewat riang, sementara Kaisar bahkan untuk tersenyum lebar di hadapan Sultan saja dia segan.

tanpa sadar tangan Kaisar terangkat untuk mengusap surai sekelam jelaga tersebut dengan bibirnya yang menyunggingkan senyuman.

•••

"hari ini panas banget ya, keringetku bercucuran mulu" keluh Sultan, sembari membantu teman temannya mendirikan tenda.

setelah diadakannya upacara pembukaan tadi, seluruh peserta camping di wajibkan mendirikan tenda kelompoknya masing masing dan hal itu pun akan di nilai nantinya, tenda mana yang paling rapi akan menjadi juara lalu di umumkan saat upacara penutupan.

Djuna melirik sinis kearah Sultan, lengan anak itu dia senggol, sepertinya Sultan lupa sesuatu.

"ekhem, katanya udah gak mau ngeluh ngeluh lagi udah berubah menjadi gentle" sindir Djuna, mata bulat Sultan mengerjap, dia baru ingat sekarang, anak itu tergelak sendiri sepertinya Sultan memiliki kepribadian ganda.

Kaisar dan yang lain hanya menggelengkan kepala mereka melihat kedua sahabat itu terus saja saling menyindir, lalu Kaisar berjalan kearah Sultan.

"di buka aja jaketnya, kan lagi panas, kalo pake jaket malah tambah panas, muka lo merah merah tuh" Ujar Kaisar, menunjuk wajah Sultan memerah semua apalagi keringat sebesar biji jagung mengalir turun terus menerus.

Sultan menatap manik mata kelam milik Kaisar menatap pantulan dirinya disana, terlihat tidak jelas tapi Sultan juga yakin kalau tubuhnya sudah memerah terbakar apalagi wajahnya, anak itu lantas membuka jaketnya dan menghirup udara "eum iya, gak pengap lagi lumayan adem" katanya tersenyum merekah, lalu melipat jaketnya dan di letakkan diatas tas.

"ini pake tisu lap wajahnya, jangan cuci muka, kalau cuci muka waktu panas panas sama keringetan nanti ada panunya"

dahi Sultan mengerut "pa-panu? panu apa?"

Kaisar terkekeh wajar saja anak orang kaya tidak paham penyakit seperti itu, karna penyakitnya orang kaya tidak jauh dari serangan jantung "ada deh, nanti cari internet aja"

"oke!"

Djuna yang melihat Kaisar perhatian sekali dengan Sultan, melirik sinis lalu membuang muka, bisa tidak sih kalau sedang uwu uwuan menjauh dari dirinya, sudah tau siang ini panas, tapi di sebelahnya ini 2 anak adam tengah umbar kemesraan, kan Djuna jadi pengen ketemu Hendra.

"panas banget bestie, agaknya kita harus cepetan bangun tenda, bukannya uwu uwuan di depan publik" ujar Djuna ketus, membenarkan toya sambil di hentak hentak kesal, Kaisar dan Sultan melirik lelaki tersebut dan tersenyum tipis.

"iya iya, Djuna kenapa sih ketus amat" Sultan langsung memeluk temannya erat.

Djuna mendecih.

•••

hai bestie udah lama gak update, berdebu banget, abisnya dikit yang vote males sekali bestie, giliran book yang hot hot banyak sekali.

berdosa kalian hehehe

Raja, Sultan dan Jajaranya [NoMark]Where stories live. Discover now