45 - Eight a.m

1.3K 200 9
                                    

"Kamu yakin ingin masuk sendiri?" tanya Jenshen untuk ke sekian kalinya pada Naruto, mereka masih di dalam mobil.

"Ya, itu tidak akan lama, tunggulah disini." Naruto melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil, tak lupa ia membawa teh susu yang disukai gadis bernama Sayaka ini.

"Sayaka, aku datang," Naruto tersenyum saat menatap ke arah depan, ia berjongkok dan senyumnya menjadi lebih tulus.

"Aku membawakanmu teh susu, bukankah kamu suka?" Naruto tak menunggu jawaban dan membuka kemasan teh susu, lalu menancapkan sedotan ke dalamnya.

"Aku akan meminumnya untukmu," Naruto menyesap teh susu itu, di lidahnya, itu sedikit tidak enak, ia memang tak pernah menyukai rasanya, tapi Naruto selalu meminumnya saat merindukan Sayaka.

Naruto minum sedikit lagi, dan tangannya terulur ke depan, membelai.

"Sayaka, aku merindukanmu." Bisiknya.

"Aku masih tidak percaya kita terpisah sejauh ini, dunia tidak adil untuk kita," Naruto membuka plastik lain yang berisi air putih, ia membukanya dan menuangkan air itu ke hadapannya, yaitu sebuah pohon pinus.

Itu adalah monumen untuk Sayaka, gadis yang sempat merenggut kesadarannya, cinta pertamanya.

Sampai saat ini jasad Sayaka masih tidak di temukan bersama bangkai pesawatnya.

"Sayaka, maaf aku tidak pernah melihatmu, aku terlalu takut pada bayangan gelap di mimpi yang menyerupaimu, beberapa bulan ini pun, aku tidak di Perancis." Naruto mengulas senyum.

"Aku tidak tau ekspresi apa yang akan kamu keluarkan, tapi sebenarnya aku sudah menikah," air mata Naruto menggenang, siap untuk tumpah.

"Aku menikah dengan lelaki yang tidak ku kenal sebelumnya, ini terlalu konyol. Aku memainkan permainan bersamanya ...." suara Naruto tercekat, "dan tak bisa keluar."

Naruto berbicara sendirian, semakin lama, suaranya semakin bergetar dan air matanya meleleh membasahi tanah di bawahnya, ia tak pernah menangis untuk siapapun sebelumnya, namun di depan gadis ini, ia rapuh.

Naruto mengusap air matanya dan hendak berpamitan, saat merasakan adanya orang lain di belakangnya.

Ia berbalik dan melihat Jenshen berdiri mematung di belakang.

"Jenshen, apa yang–" suara Naruto terpotong saat ia melihat satu butir lolos dari mata Jenshen, ia tak salah lihat, pria ini menangis.

"Jenshen?" Naruto memanggil.

"Naruto," Jenshen meliriknya, "bisakah kamu kembali ke mobil dulu?"

Naruto mengangguk dan kembali ke dalam mobil, ia tak mengerti kenapa Jenshen menangis di makam Sayaka, pria itu tidak mengenalnya.

Naruto membuka ponsel dan melihat-lihat media sosialnya, banyak notifikasi yang masuk, sebagian besar adalah penggemarnya dan beberapa rekan bisnis, ia mengernyitkan dahi saat menyadari sesuatu.

"Ah, beberapa hari lagi ternyata ulang tahunku."

"Bagaimana bisa perusahaan Presiden kecurian data?" Sasuke mengernyitkan dahi, baru saja ia di panggil ayahnya untuk menangani masalah ini.

"Aku juga tidak mengerti kenapa, perusahaan Uchiha termasuk ketat dalam keamanan, bisa jadi itu orang dalam," jawab Fugaku yang masih sibuk menghubungi pusat keamanan perusahaan.

"Data apa yang di curi?" tanya Sasuke pada akhirnya.

"Penthouse, proyek besar mu, jika pemegang saham tau, kita akan mengalami kerugian besar, lebih dari lima persen," Fugaku memijat kepalanya yang pening, ia hampir tak tidur saat mengetahui masalah ini.

Sasuke kasihan melihat ayahnya yang berubah lebih tua daripada usianya, itu karna beliau adalah work holic, dan sampai sekarang kebiasaan ayahnya ini masih Sasuke benci.

"Lakukan audit internal dan rapat dengan dewan direksi, kita harus menyakinkan pemegang saham dulu sebelum menangani masalah ini." Sasuke menyandarkan punggungnya di kepala kursi, ikut lelah dengan hal ini karena proyek gedung itu di danai besar-besaran.

Sasuke keluar dari ruangan Fugaku dengan wajah kusut, ia mendorong pintu ruangannya dan duduk di kursi sofa dengan sikap malas, semenjak Naruto pergi, badannya selalu cepat lelah, seperti pria itu mencuri semangatnya.

Sasuke melihat-lihat notifikasi ponselnya, Minato sudah mengingatkan agar meminimalisir interaksinya dengan Naruto, Sasuke tak tau mengapa, tapi ia masih melakukannya.

Ia melihat akun media sosial milik Naruto, tak ada apa-apa disana, postingan terakhir pria itu adalah fotonya bersama kedua teman di kampusnya, Kiba dan Shikamaru.

Sasuke menarik sedikit sudut mulutnya, bahkan ia tak pernah berfoto dengan Naruto, satu-satunya kenangan itu adalah saat mereka naik kapal di sekitar Seine. Setelah menggulir layar sebentar, Sasuke melihat postingan penggemar Naruto yang menandai akun pria itu, ia mengernyitkan dahi saat melihat banyak akun gadis-gadis yang mulai mengirim hadiah ulang tahun, entah itu berbentuk kue atau kalimat yang manis.

Sasuke keluar dari media sosial dan mencari sesuatu di galerinya, itu adalah akta nikah mereka, ia ingat pernah memotret benda itu untuk di kirim ke ayahnya.

Sasuke menemukannya dan melihat tanggal lahir Naruto, itu tinggal beberapa hari lagi. Ia menghela nafas, belum terlambat untuk menunjukkan keseriusannya untuk kali ini.

Di sebuah lorong rumah sakit, Naruto berjalan pelan, ada buket bunga mawar di tangannya, ia berhenti sebentar di pintu ber angka 1108 sebelum membuka pelan pintunya, ia melongok dan menemukan sosok yang Naruto cari, Kushina.

"Bu," sapa Naruto, Kushina saat ini sedang duduk bersandar kepala ranjang, dengn buku kecil di tangannya.

"Naruto," Kushina tersenyum dan merentangkan tangannya, Naruto balas senyum dan meletakkan buketnya sebelum menghambur ke pelukan ibunya.

"Bagaimana kamu bisa datang kemari nak," Kushina melepaskan pelukannya dan melihat Naruto dari atas ke bawah.

"Kamu sedikit gemuk dan bertambah tinggi," Kushina terus tersenyum sembari meraba tubuh Naruto, "dimana Sasuke?"

Senyum Naruto memudar saat nama itu di sebut.

"Ah, Sasuke?"

"Mm, mana dia?" Kushina bertanya lagi.

"Ahh, itu, dia tidak bisa datang hari ini, yaa ..."

Kushina mengernyitkan dahinya bingung.

"Apa yang–" perkataan Kushina terpotong saat pintu terbuka lagi, dan Minato masuk ke dalamnya.

"Oh, kamu disini?" Minato melihat putra semata wayangnya.

"Mm, Naruto sudah merasa baikkan, dan memutuskan untuk menjenguk Ibu."

Naruto mengambil lagi buket
yang tergeletak di sofa, lalu berjalan menuju vas kecil di samping nakas,mengisinya dengan bunga mawar.

Suasana hening saat itu, Naruto berdiri memunggungi orangtuanya, dan saat tangkai terakhir telah mengisi keseluruhan vas, ia berbalik untuk melihat Minato dan Kushina saling mengabaikan.

"Naruto ingin keluar sebentar."

Naruto menutup pintu di belakangnya, ia tak benar-benar pergi, Naruto menyandarkan punggungnya di tembok, dan menantikan ada apa di dalam sana.

"Hentikan, berapa lama lagi kamu ingin membohonginya, Kushina?"





22/09/2021

-Lunarica-

TIME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang