42 - At five a.m ....

1.5K 240 85
                                    

"Your attention please, passengers of Airlines on flight number AL035 to Canada, please boarding from door B2, thank you."

Naruto melihat ke sekitar dan mengecek jam tangannya, pukul 04. 45, lima belas menit lagi penerbangannya menuju Perancis, ia membuka teleponnya dan mencoba membuat panggilan, itu tidak terjawab walaupun Naruto sudah berkali-kali melakukannya.

Kepergiannya menuju Perancis tiba-tiba diajukan dua hari sebelum hari H, itu karena Naruto mendapat kabar bahwa Kushina mengalami kecelakaan kerja saat membuat bir apel. Naruto sangat kalut, ia membereskan pakaiannya dengan cepat dan berlari kesini untuk mendapatkan seluruh paspor dan kelengkapan lain. Saat hendak pergi ke bandara, Naruto sudah mencoba menghubungi Sasuke berkali-kali, hanya saja panggilan itu tidak terjawab, sudah beberapa hari lelaki itu tidak pulang ke apartemen, pertemuan terakhir mereka adalah saat Sasuke bertengkar dengan ibunya.

Batin Naruto resah, ia bahkan melupakan phobianya pada pesawat, otaknya berkecamuk tentang Ibunya sekarang, Jenshen hanya berkata bahwa Kushina terluka parah.

"Your attention please, passengers of  Airlines on flight number AL221 to Franchise please boarding from door A11, thank you."

Naruto menghembuskan nafasnya, sudah waktunya ia pergi. Naruto mengeluarkan sebuah satu jaket hoodie yang familiar, itu milik Sasuke, bahkan bau parfumnya masih ada, hanya itu satu-satunya barang yang ia harap akan membantunya selama perjalanan.

"Jika kita di beri kesempatan untuk bertemu lagi, akan ku kembalikan milikmu ini."

Naruto berjalan dengan menyeret satu koper miliknya, walaupun langkahnya berat dan terseok-seok, itu adalah resiko yang harus diterimanya.

"Aku sudah membuatnya tertidur hari ini, tolong jangan menyakitinya lagi."

Disebuah ruangan temaram, ada dua orang lelaki yang tengah berbicara.

"Tidak masalah, Naruto sudah pergi dari Jepang, tugas mu hampir selesai," jawab yang lain, ia menyesap rokoknya dalam-dalam dan mengeluarkan ponselnya.

To: Big Boss

Naruto sudah dalam perjalanan menuju Perancis hari ini, tolong tahan dia agar tidak kembali ke Jepang lagi.

"Apa yang sekarang ingin kamu lakukan, Shawn?" pria itu mendekat dan terlihatlah wajah pucat Sai.

Shawn menjentik abu dari rokoknya terlebih dahulu sebelum menjawab.

"Aku akan pergi ke Perancis juga, walaupun kecil kemungkinan aku akan diterima oleh Naruto, yang penting dia tetap bersinar sendirian, dia bukan milik siapapun."

"Aku bisa pergi sekarang?" tanya Sai, dan Shawn mendekat lalu menyentuh dagu lawan bicaranya.

"Kamu tidak mau kembali pada brengsek itu lagi?" tanya Shawn, dan Sai menepis tangannya.

"Sudah terlambat untuk membahas hubungan kami, kamu tau sendiri alasannya."

"Terserah, apapun yang ingin kamu lakukan sekarang, lakukanlah, tapi ingat, jangan pernah biarkan Sasuke menyentuh Naruto lagi. Kamu tau seberapa tidak warasku, jangan main-main."

Disisi lain, Sasuke terbangun dari tidur panjangnya, kepalanya sangat sakit dan pengeliatannya buram, ia memeriksa ada dimana dia sekarang, dan sadar bahwa dirinya tertidur di kamar Sai.

Beberapa hari yang lalu, Sasuke kembali menemui Sai untuk memperjelas semua, Sasuke sadar bahwa tak akan ada yang baik bila ia tetap bersama pria itu, Sasuke tidak ingin semuanya semakin rumit, ia hanya ingin hidup dengan apa yang ia miliki sekarang. Ia tak tau pasti kenapa dirinya berakhir begini, mungkin Sai menambahkan obat tidur dalam minuman yang disajikannya.

Sasuke duduk perlahan dan mengambil ponsel, benda pipih itu mati kehabisan baterai, ia lalu mencuci muka di kamar mandi sebelum pulang ke apartemen, hari saat itu sudah sore, semburat matahari telah berubah ke oranye.

Sasuke tak tau harus menjelaskan apa pada Naruto, ia bertekad ingin jujur dan memberitau semuanya pada pasangannya itu, Sasuke tak ingin menyembunyikan apapun pada Naruto lagi, karna ia akan menyerahkan seluruh hatinya pada pria itu.

Sasuke mengunci mobilnya dan berjalan ke apartemen, di dalam sangat senyap, ia menghidupkan lampu, lalu pergi ke kamar untuk mengecas ponselnya, Sasuke berkeliling sebentar dan tak menemukan Naruto, mungkin pria itu kerja, itu yang terlintas di kepalanya.

Sasuke lalu pergi ke ruang kerjanya. Aneh, apakah akhir-akhir ini ia pikun? Sasuke selalu lupa mengunci pintunya.

Sasuke masuk dan mengamati interior ruangannya, lukisan abstrak, rak buku dengan tatanan aneh, dan sudut kamar yang pernah berisi piano, itu semua adalah kenangan yang ia miliki bersama Sai. Sekarang, ia ingin membakar semua ini.

Sasuke duduk di kursi kerjanya dan menumpukan dagu, lalu melihat sapu tangan berbeda warna, itu miliknya dan Sai, dan itu adalah simbol keterikatan mereka, Sasuke mencoba menarik sudut salah satu sapu tangan, dan sebuah kertas ikut tertarik, lalu jatuh ke lantai.

Sasuke berdiri dan mengitari meja untuk mendapatkan kertasnya, itu sepucuk surat yang memakai kertas berwarna putih bersih, ia membuka dan membaca apa isinya.

Aku menulis ini dengan terburu-buru, semoga kamu mengerti apa yang ingin ku katakan.

Sasuke, hari ini aku pergi ke Perancis, ibuku kecelakaan dan dirawat. Aku sudah berusaha menghubungimu, namun ponselmu mati sepertinya.

Naruto menggengam erat hoodie Sasuke, ia memejamkan mata dan memberitau otaknya untuk tidak panik, semua akan baik-baik saja, itu yang ia ulang saat pesawat terbang diatas awan.

Aku tidak tau apa yang kamu lakukan sebelum membaca ini, hanya saja, jangan menyakiti dirimu, aku tau tentang rahasia yang ingin kamu sembunyikan, tidak masalah, kamu bisa menceritakannya padaku suatu saat nanti.

Sasuke, aku tidak tau kapan akan kembali, lebih tepatnya, apakah aku harus kembali?
Aku memikirkannya selama ini, haruskah kita berhenti sampai disini?
Tidak baik untuk kita terus berpura-pura, aku akan membicarakannya pada ayahmu dan orangtuaku, lalu kita bisa menjalani hidup kita sendiri.

Naruto tidak tahan lagi, ia menyambar plastik dan mengeluarkan isi perutnya, seorang ibu-ibu yang duduk disebelahnya juga ikut membantu Naruto. Wajahnya tak berdarah lagi, dan seluruh tubuhnya berkeringat serta gemetaran, berkali-kali Naruto melawan phobianya ini agar tidak semakin memburuk, Naruto menyenderkan kepalanya di kursi, dan memejamkan mata, tubuhnya ringan, seperti dugaan, jiwanya seakan-akan ikut terbang dari raga.

"Bertahanlah sebentar lagi Naruto, demi ibu, bertahanlah." bisiknya pada diri sendiri.

Awalnya aku memang ingin bermain-main juga dengan trikmu, tapi ini sudah terlalu lama, aku lelah. Aku tidak bisa menemukan banyak hal yang kamu sembunyikan.

Semoga hari mu lebih menyenangkan, Sasuke.

"...."

Sasuke terdiam dan mencerna kata-kata itu dengan seksama, lalu berlari menuju kamar, ia menghidupkan ponselnya, dan mendapat notifikasi puluhan panggilan tak terjawab, Sasuke mencoba menghubungi balik, dan telepon Naruto di seberang sana sudah mati.

Sasuke membeku sebentar, otaknya terlalu rumit sekarang, dan ia di kejutkan oleh panggilan, Sasuke kira itu dari Naruto, namun ternyata ayahnya.

[Ayah ....]

Kalimat Sasuke terpotong oleh suara Fugaku yang dalam dan pelan.

[Sasuke, kamu menang, kamu memenangkan permainan ini, ayah mengaku kalah]

[Terserah apa yang ingin kamu lakukan sekarang, ayah tidak akan menghalangimu lagi]

Panggilan berakhir disana, bersamaan dengan cahaya terakhir yang menyinari mata Sasuke, mereka menghilang dalam kabut, dan pergi.






Dahlah
#2021SasunaruDivorce

05/09/2021

TIME [SASUNARU]Where stories live. Discover now