#5 Akhir dari Semua

913 41 17
                                    


Setelah puluhan kali Salwa membujuk, kali ini Alara menyerah untuk memilih mengikuti apa yang wanita itu inginkan. Sebenarnya ada alasan mengapa Alara menolak Salwa untuk ikut menjadi bagian panitia dalam perkemahan di pondok. Dan yeah, Ustadz Imran dan Ustadzah Irma lah alasannya.

"Bundaaaa, Alara nya Salwa pinjem dulu yaa?"

Anggukannya terlihat dengar senyuman kecil yang terulas manis disana.

Udah siap?

Salwa mengangguk semangat, berbeda dengan Alara yang sudah menatap wanita itu malas. Tidak mengerti entah apa yang telah direncanakan wanita itu.

Kakinya mendekat,
Menyalimi tangan Mina yang tengah berkutat didapur sana. Alara hanya mengekori, pun dengan Dianna disana. Entah siapa yang anak tuan rumah disini, terlihat sangat terbalik dengan tingkah Salwa yang sangat bersemangat.

"Salwa, Alara, sama Dianna berangkat dulu ya Bunda.. Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam.. hati-hati kalian"

Ancungan jempol itu terlinhat dengan senyum lima jarinya, lantas ketika gelengan dengan kekehan itu diberikan sebagai balasan, dengan cepat Salwa menarik tangan kedua sahabatnya itu untuk segera masuk kedalam mobil.

"Penculikan ini namanya!"

Beo Dianna yang mulai beralih pada stir mobil. Berbeda dengan Salwa, wanita itu hanya terkekeh kecil sebagai balasan. Tidak menyangka jika wanita itu akan semakin aktif diusianya kini.

"Kita nanti tidur dimana?"

"Ditenda lah! Kan mau kemah"

Sungguh,
Bahkan Alara tidak ingat jika tujuan mereka kini adalah berkemah. Fikirannya masih fokus pada hal lain yang pada seseorang disana.

"Santai aja Raaa, engga bakalan ketemu Kang Imran kok!"

"Siapa juga yang mau ketemu.."

"Ciri-ciri orang munafik itu ada tiga lho Ra.. salah satunya, jika berbicara sering berbohong"

Alara mengerjap, lantas kalimat istighfar itu terucap dalam hati. Beralih menatap jalan untuk menghindari tatapan Salwa yang sedari tadi seolah tengah menyelidikinya.

"Bohong kan?"

Alara tidak menjawab,
Memilih untuk diam dengan pandangan yang sepenuhnya ia fokuskan kedua jendela mobil. Melihat jalan sore yang terlihat terang diluar sana.

Kembali pada fikirannya tentang bagaimana ia harus menyikapi diri jika nanti kembali bertemu dengan seseorang itu. Seseorang yang telah berhasil mengisi ruang hatinya, juga seseorang yang telah berhasil mematahkan semua.

Alara tidak ingin menyalahkan siapapun, ini hanya perihal takdir. Tugasnya hanya berdo'a dan menjalani semua kehidupannya sebagaimana yang telah Allah rancang di Lauhul Mahfudz.















































































































_____

"Assalamu'alaikum.."

Salam itu terbalas, lantas dengan cepat Alara beralih menyali tangan Ummi disana. Tersenyum kecil sebagai balasan dari senyuman yang terlihat lembut disana.

"MasyaAllah.. apa kabar nak?"

Senyuman Alara kembali terlihat,
"Alhamdulillah.. baik Ummi"

GATAWhere stories live. Discover now