Day Three - Warm Sand

96 13 11
                                    

Masih mengenakan piamanya, Kwon Joo duduk di tepi tempat tidur. Ia menatap dinding putih di depannya. Semakin dipikirkan, ia semakin bingung. Apa ia harus menerima permintaan Derek?

Kwon Joo mengeluarkan pakaian dari kotak yang terbuka di sebelahnya, memegangnya di bagian bahu. Midi dress lengan panjang berwarna hijau pastel yang sangat pucat. Kwon Joo langsung jatuh cinta saat melihat warnanya, tapi sejujurnya ia tidak suka gaun.

Ia memaksakan dirinya berdiri, menempelkan gaun itu di tubuhnya. Sambil mengamati dirinya sendiri di depan cermin seluruh tubuh yang ada di depan kamar mandi, Kwon Joo menghela napas. Gaunnya cantik, tapi...

Melemparkan gaun berbahan katun polos itu ke tempat tidur, Kwon Joo menjatuhkan diri ke sofa. Rasanya seperti ia akan pergi berkencan. Sebenarnya ia boleh saja memakai pakaian yang ia bawa sendiri, tapi mengingat nada suara berharap dari kata- kata yang diucapkan Derek kemarin, Kwon Joo merasa harus memakai gaun pemberiannya.

Akhirnya Kwon Joo memutuskan untuk memakai gaun itu. Ia memastikan rambutnya tidak tersangkut lagi di ritsleting belakang gaun sebelum menariknya ke atas. Ia menatap dirinya sendiri.

Leher gaun itu berbentuk lingkaran yang sedikit lebar, tapi lebar yang nyaman. Ia sama sekali tidak masalah dengan bagian leher, sampai matanya menatap pantulannya di cermin ke bagian pinggang. Bentuk pinggang gaun itu membuat siluet seperti ikat pinggang selebar 20cm dengan kancing- kancing jamur berwarna putih motif daun.

Meskipun tahu tubuhnya kurus, Kwon Joo tidak pernah melihat dirinya sendiri sekurus ini. Bagian pinggang di belakang gaun itu menggunakan karet, sehingga bisa membentuk siluetnya dengan sempurna, dan karena karet itu ia juga kelihatan semakin kurus.

Kwon Joo teringat berbagai macam makanan yang pernah dibelikan oleh anggota timnya. Ia selalu berada di call center hingga lupa makan, dan saat siapapun membawakannya makanan, biasanya ia makan di malam hari dan sisanya ia masukkan dalam lemari es. Mungkin setelah ini ia perlu menambah asupan gizi. Atau mungkin ditambah dengan vitamin? Sepertinya itu ide yang bagus.

Di bawah bagian yang seperti ikat pinggang, kain gaun itu berbentuk setengah lingkaran. Kwon Joo baru menyadari bahwa kain gaunnya ringan dan halus setelah ia memakainya. Ia berputar ke kanan kiri, melihat bagian bawah gaunnya mengembang dengan lembut.

Ia tidak tahu apakah seharusnya gaun itu sepanjang mata kaki atau tidak, tapi yang ia tahu ujung bawah gaun itu kira- kira 10cm di bawah lututnya. Tidak akan terlihat aneh, kan?

Kwon Joo mengambil mules putih dari kopernya. Ia sudah berpikir untuk pergi ke pantai, jadi ia sudah menyiapkan mules itu untuk hari ini. Karena gaun pemberian Derek berwarna hijau pastel yang sangat pucat hingga hampir putih, Kwon Joo tersenyum karena ia membawa mules yang tepat.

Ia memakai mantel musim gugurnya yang berwarna cokelat tawny, lalu memakai ranselnya. Untunglah ranselnya juga berwarna putih. Kwon Joo tersenyum menatap dirinya sendiri di cermin. Ia selalu menyukai warna netral; putih, hitam, cokelat. Dan sekarang Derek memberinya warna baru untuk disukai: hijau pastel.

Ponsel Kwon Joo bergetar di saku mantelnya saat ia memakai mules di depan cermin. Tanpa melihat siapa ponselnya, Kwon Joo langsung mengambil kesimpulan bahwa Derek yang mengirim pesan, memberitahu bahwa ia sudah menunggu di lobi.

Sepertinya kesimpulan Kwon Joo benar, karena Derek memang sudah duduk di sofa lobi sambil membaca koran. Ia mengenakan kaus polos berwarna hijau pinus, board shorts putih, dan slip on water shoes hitam. Dan yang paling penting, selain pakaiannya, ia terlihat sangat tampan.

Kwon Joo baru melangkah keluar dari lift mendekati Derek saat pria itu melipat korannya dengan cepat dan berdiri menyambutnya. Pria itu tersenyum lebar, menatap Kwon Joo dari atas ke bawah dengan mata berbinar- binar.

Travel LogWhere stories live. Discover now