Seokjin memulai ceritanya, kemudian seokjin menarik nafas pelan.

"Ketika Bangtan memulai debut, dari sana aku sadar namjoon, tubuhku sulit diajak kerja sama, tarianku amat kaku, bahkan aku melakukan latihan diluar batas kewajaran ku sebagai manusia, dan Hoseok menjadi satu-satunya orang yang menyaksikan seberapa gilanya aku berlatih, sampai jam 5 subuh.."

"Bahkan aku tidak luput dari Bullyan publik, yang menyatakan bahwa aku hanya bermodal tampang ganteng, tanpa bakat spesifik apapun...".
Seokjin memejamkan matanya.
Seokjin menatap Jungkook yang masih tertidur.

"Lalu...?"
Namjoon bertanya, menunggu Hyung-nya itu bercerita.

"Aku berlatih dari hari ke hari, sampai pagi, begitu terus setiap hari, itulah sebabnya aku bisa tepat waktu menyiapkan sarapan pagi untuk kalian sebelum kalian bangun..."
Seokjin tersenyum mengingat hal itu, masih segar diingatan ya ketika adiknya berebut makanan yang di masak seokjin setiap pagi-pagi subuh waktu itu.

Deg......!
Namjoon tertampar.
Air matanya meleleh, dia yang kerap sulit dibangunkan hanya untuk memakan masakan hyungnya itu, hanya memakan, tanpa ikut memasak, dia tidak mengetahui bahkan Seokjin mati-matian berlatih sampai pagi, dan masih memikirkan perut ke'6 adiknya yang kadang tak tau diri seperti dirinya ini.
.
.
.
.
.
"Bahkan ketika konser wings, aku pernah berdebat dengan Taehyung mengenai koreo di konser bukan?"
Seokjin menghela nafas.
.
.
.

Namjoon mengangguk.

"Saat itu, kondisi ku sangat lelah, aku berlatih mati-matian sebelum konser terlaksana, bahkan sangkin lelahnya, ketika itu subuh pukul 04.00 dini hari, aku terjatuh di tangga agensi, hingga mengalami cedera punggung parah...."

Deg....!!
Tertampar, lagi-lagi namjoon tertampar kenyataan.

"Aku memilih pulang, tanpa menceritakan hal itu pada kalian semua, karena jika aku cerita, tentu konser kita akan ditunda, dan tentu saja Army akan kecewa, dan kalian semua juga akan kecewa, aku tak mau itu terjadi Namjoon'ie..."

"Dan maaf, untuk pagi itu karena tidak bisa memasak sarapan pagi untuk kalian, sehingga aku hanya memesankan makanan siap saji dan dikirim ke Dorm pagi itu.."
Seokjin tersenyum. Lalu menatap Namjoon yang saat ini tampak menyalahkan dirinya sendiri.

Seokjin menyentuh bahu kekar Namjoon.

"Hyung tak ingin kalian sedih..."
Timpal seokjin lagi yang kembali ke mode hyungnya.

Namjoon menangis, hatinya hancur, bagaimana seorang Kim seokjin yang selalu tertawa, yang selalu menunjukan sikap positif dan penyayang itu menyimpan ribuan kesakitan didalam dirinya.

"Kenpa Hyung tidak pernah menangis, aku tidak pernah melihat Hyung bersedih, bagaiman caranya Hyung menyembunyikan itu semua dari kami ber'6..."
Kali ini namjoon menginterupsi hyungnya itu.

Mata Namjoon terus menangis, airmatanya menetes deras. Dia tidak menyangka Hyung nya ini berkorban sampai sejauh itu.

"Aku pernah menangis Namjoon'ie, bahkan tangisanku sangat deras, didepan kalian, aku juga pernah menangis.."
Seokjin menatap namjoon, dan Namjoon menatap mata seokjin sangat dalam, mencari jawaban atas ribuan kebingungan dihatinya saat ini.

"Kapan Hyung menangis?"
Tanya namjoon yang masih belum mengerti.

"Ketika aku menonton drama dan anime..."
Seokjin melepaskan pandangan berkaca-kaca miliknya ke langit-langit ruangan ini, manik matanya bergetar, airmata menggelitik nakal berjatuhan dipipinya.

Namjoon baru ingat, beberapa kali hyungnya itu menangis, saat ditanya, dia hanya menjawab menangis karena menonton anieme, anime itu memang sedang di scene yang sedih, namun kali ini, namjoon merasa otak nya lambat bekerja, bagaimana seseorang bisa menangis sesenggukan hanya karena menonton anime, air mata namjoon menetes...Lagi..!
.
.
.
"Lalu bagaimana dengan pungungmu Hyung ...kau ...kau... Huhuhuhu..."
Namjoon menangis. Hatinya hancur, bagaimana bisa hyungnya itu menyimpan kesakitan dibalik tawanya itu.

JEON JUNGKOOK✓  END.Where stories live. Discover now