Home, Pt. 1

22 17 5
                                    

Berjalan di koridor sekolah sendiri ketika mayoritas populasi sekolah telah menghilang ke ketiadaan cukup menyenangkan. Suara langkah kakiku menggema di koridor yang begitu kosong menjadi satu-satunya teman yang kumiliki.

Kubuka lokerku, lokerku terhias baknya kamar miniku, berisi beberapa buku filsafat pilihanku dan sebuah poster di belakangnya yang merupakan poster Marcus Aurelius. Kujalankan tanganku ke bawah buku-buku yang telah tersusun rapi dan menarik lima lembar uang sepuluh dollar.

Kututup lokerku sedikit membanting karena umurnya yang sudah tua membuatnya sulit untuk benar-benar tertutup. Ketika kututup, aku terkena jumpscare oleh Nolyn yang tanpa kusadari telah berdiri di sebelahku entah sejak kapan.

Wajahnya seperti tersenyum puas dan aku hanya bisa mengangkat sebelah alisku bingung apa yang membuatnya puas.

"Apa yang-"

"Aku menampar kepalanya," potongnya masih dengan senyumnya

"Sia-"

"Kimberly." Potongnya lagi

Aku hanya membuang nafas lelah dan terkekeh sedikit. Mereka sering berseteru namun entah kenapa, hubungan mereka tidak pernah buruk dan dia masih saja percaya apa yang Kimberly ceritakan kepadanya.

Aku berjalan keluar sekolah dengan Nolyn di sampingku. Ketika sampai ke persimpangan yang menuju keluar atau ke parkiran, Nolyn menghentikanku dan bertanya aku akan kemana.

"Aku ingin ke makam ibuku," jawabku.

"Ayo, naik mobilku saja!" ucapnya semangat, aku juga baru tahu kalau dia mempunyai mobil.

Kami berjalan ke hadapan mobil Nissan s15 200x keluaran tahun 2001 berwarna perak, aku tak bisa menutup mulutku karena kagum yang tak dapat kusembunyikan. Nolyn sendiri hanya tersenyum bangga.

***


Perjalanan mobil kami diisi oleh musik rap hype yang nge-hits, sebagai caucasian aku merasa tak bisa menyanyikan setengah dari lagu-lagu ini.

Aku meminta Nolyn untuk menghentikan mobilnya di depan Mister Flower yang berada di Broad River Boulevard.

Ini salah satu tempat yang sering kudatangi ketika ingin berziarah ke makam ibuku.

Suara bel berbunyi ketika kubuka pintu toko tersebut.

"Selamat datang!" aku disapa oleh salah satu pegawainya yang mengenakan apron berwarna hijau cerah dengan simbol Mister Flower di bagian dada sebelah kirinya.

"Bisa kau membuatkanku sebuket bunga mawar merah?" ucapku sopan dan pegawai itu tersenyum dan berkata, "Baik! segera tiba!" dan segera hilang ke belakang.

Aku berjalan mengelilingi toko itu, melihat-lihat bunga yang di tawarkan.

Aku berhenti di hadapan sebuah pot besar yang ditumbuhi bunga-bunga berwarna merah muda yang belum pernah kulihat sama sekali.

"Bunga itu bernama Chrysanthemum," Aku menoleh ke kanan, seorang pria tua yang telah sedikit membungkuk tengah memperhatikan bunga indah itu dengan matanya yang tampak lelah termakan usia.

"Bunga ini adalah bunga yang memiliki makna yang sangat unik," sambungnya dan aku kembali melihat ke arah bunga itu dengan tertarik.

"Di sini, di Amerika Serikat, bunga ini memiliki makna 'semoga cepat sembuh' namun," dia menggantung kalimatnya dan sedikit menggelengkan kepalanya

"Namun di Eropa, bunga ini memiliki makna 'kematian'. Sangat unik satu bunga memiliki makna yang saling berkebalikan tergantung persepsi tempat. Di satu tempat, bunga ini bermakna harapan akan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Di tempat lain, bunga ini bermakna akhir dari segala yang hidup. Menarik sekali," jelasnya dan aku hanya mendengar dengan tertarik.

Oh! Philosophy!, Oh! My Dear Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang