74. Baikan?

6.2K 690 65
                                    

"But,.. i'm afraid Sara ga bisa maafin aku terus! I'm so confused, aku ga tenang Sara dingin ke aku!" Ujar Yuda tak bisa menahan nada suaranya untuk sedikit lebih tenang seiring berucap pada kakaknya yang sedia mendengarkan di balik telfon. Tubuhnya berjalan mondar-mandir di dalam kamar mandinya yang luas ini.

Gerakan Sara membenarkan posisi guci diatas meja yang kebetulan berada di dekat kamar mandi seketika terhenti. Suaminya terdengar begitu risau, frustasi, tak sabaran.

"Kamu ga sengaja, kan, kasar ke Sara?"

"Aku bahkan ga berani bicara banyak ke dia, takut bikin dia terpaksa respon aku dalam keadaan dia yang lagi kecewa. Jelas! Jelas aku ga sengaja kasar ke Sara sampe tangan dia ungu-ungu!" Ucap Yuda membentak tiba-tiba, menolak tebakan kakaknya dari balik telfon.

Sara tidak berucap satu patah katapun sejak semalam dirinya selesai menangis. Rasanya begitu berat dan semakin berat lagi kala hatinya berfikir jikalau dirinya ini terlalu jahat. Tapi Sara juga butuh ruang untuk marah, Sara tidak bisa selalu mengorbankan perasaannya. Selain itu, Sara juga ingin suaminya paham jikalau dirinya juga punya batas, meskipun maaf akan selalu ia berikan. Sara tidak ingin pasangannya akan merasa bebas berbuat apapun. Justru pasangan adalah tempat untuk saling menghargai, menyayangi, melindungi, juga mensupport satu sama lain.

"Aku takut, takut istri aku susah ngemaafin. Aku nyesel. Aku takut Sara hilang kepercayaan sama suaminya sendiri. Padahal aku emang ga sengaja. Dan Sara sendiri juga ga sengaja terus desak aku buat jawab pertanyaan yang dia mau tahu."

"Kamu tu yaa, Yudaa! Ck! Apalagi istri kamu lagi hamil, kan? Makanya, kamu tu harus sadar lagi berkomunikasi sama siapa. Jangan sampe main kasar sama istri kamu."

Yuda semalam bahkan tidak berani tidur didekat istrinya. Sara terus begitu hening, banyak melamun, menangis tiba-tiba, lalu reda sendiri dan menangis lagi, terus saja begitu. Yuda merasa dosanya terlalu besar pada sang istri. Menatap mata istrinya sendiri pun Yuda tak berani.

"Ohok! Ohok! Hoek! Hoek! Hoek!"

"Sara! Sara kamu kenapa?!" Tanya Yuda setengah berteriak seiring kakinya berlari keluar dari dalam kamar mandi.

Yuda keluar dalam keadaan hanya handuk yang ia pakai, menutupi bagian bawah tubuhnya. Mata Yuda begitu lebar tak tenang kala menelisik seisi kamar mereka yang luas nan mewah ini. Sesaat Yuda terkejut melihat istrinya yang berjalan terseok-seok dengan sisi dinding kamar mandi yang istrinya jadikan alat bantu menahan. Istrinya sudah membungungkuk dengan tenaga yang hilang. Terlihat Sara yang mencoba berjalan cepat.

"Hoek! Hoek! Aakh!" Suara ringisan seketika keluar dari bibir Sara dikala ada rasa sakit yang terasa dari dalam perutnya. Tanpa pikir panjang, Sara hampir berlari untuk memasuki kamar mandi.

Yuda yang melihat itu pun seketika berlari segera. Yuda tak mau istri dan calon anak mereka kenapa-napa. Tanpa ragu, Yuda memasuki kamar mandi, segera mendekat pada sang istri yang masih begitu kesulitan untuk bisa sampai menuju wastafel.

"Hoek! Hoek!" Suara muntahan itu diakhiri munculnya cairan putih mengenai pada perut Yuda. Sara sudah tidak bisa mengontrolnya.

"Ssut! Ga papa! Ga papa! Kamu keluarin dulu, ayo." Yuda dengan segera memapah sang istri yang sempat membeku beberapa saat. Mata istrinya sudah sangat berkaca-kaca.

"Hoek! Hoek! Ssst! Sakiit, maas!" Ringis Sara menggeliat tak karuan. Cengkeramannya pada sang suami begitu erat. Kepala Sara menengadah begitu kalap.

"Mau ke rumah sakit? Hmm? Kita telfon dokter kesini? Iya?" Ucap Yuda dengan penuh perhatian mengepal rambut istrinya menjadi satu.

"Sst! Hoek! Hoek! Eergg!" Kini hanya geraman yang bisa Sara berikan. Tubuhnya membungkuk seiring mengeluarkan cairan bening dari mulutnya. Sesekali Sara terpejam meresapi pijatan Yuda di tengkuknya yang begitu nyaman itu.

My Sweet CELINE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang