Chapter 3

9.6K 1K 70
                                    

HUJAN mengguyur kota selama hampir dua jam penuh hingga membuat Jaemin duduk terdiam di kantornya sampai menunggu hujan itu reda. Waktu sudah malam  — sudah saatnya ia pulang.  Namun hujan deras disertai guntur terus menghalanginya, ia lupa tak membawa kendaraan dan payung — mengingat tadi pagi saat berangkat kerja ia menumpang di kendaraan rekan sekantornya. 

Tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel miliknya, Jaemin hanya menatap datar layar handphone itu tanpa berniat untuk mengangkat panggilan itu, dia tidak mempedulikan bahwa ponselnya telah berdering beberapa kali. Jaemin terus mematikan dan mematikannya lagi.

Namun tak lama dari itu teman sekantornya masuk ke dalam ruangannya dan memberitahu bahwa suaminya nya tengah menunggunya dibawah dan mengajak untuk pulang bersama, mau tidak mau akhirnya Jaemin beringsut turun dengan wajah yang malas.

Di loby senyum cerah Jeno terpampang jelas ketika pasangan hidupnya tengah datang mendekat ke arahnya. "Aku tahu kau tidak membawa mobil jadi aku datang untuk menjemputmu. Mari pulang!" Ajak Jeno merangkul bahu sang istri. 

Jaemin menepis tangan Jeno secara kasar dan membalas tatapan sang suami dengan tampang benci. "Sejak kapan kau mulai peduli lagi? Kau tidak pernah sepeduli ini sebelumnya."

"Bahkan saat aku pulang dengan keadaan basah kuyup pun kau tidak pernah mau peduli—  saat di rumah aku hanya bisa menemukanmu yang sudah tertidur pulas di kasur tanpa pernah sekalipun kau mencoba menunggu kedatanganku."

"Sejak kapan kau menjadi seperti ini Lee JENO?"

Jeno tersentak ketika Jaemin meninggikan suaranya pada ujung kalimatnya. Bahkan beberapa orang disekitaran mereka langsung melirik ke arah mereka dengan tatapan penuh tanda tanya.

Dengan gelagat canggung Jeno secara cepat merangkul kembali Jaemin untuk segera dibawanya pergi. Lalu meyakinkan dengan raut wajahnya ke orang-orang sekitar bahwa tidak terjadi apapun di antara mereka. 

Jeno hanya tak ingin membuat image pernikahannya menjadi buruk di pandangan orang lain. Mereka sudah dikenal sebagai pasangan yang harmonis dari sejak awal pernikahan mereka dan tidak pernah terkena rumor buruk.  Sehingga banyak media juga yang menyoroti dan meliput kehidupan pernikahan mereka — akan menjadi sangat bahaya apabila sebuah rumor buruk tentang mereka muncul ke permukaan. Jeno harus hati-hati— reputasinya sebagai pengusaha muda yang sukses akan hancur.

Dengan sebuah payung ditangannya Jeno membawa masuk Jaemin ke dalam mobil miliknya. Keheningan kembali tercipta ketika mereka berdua sudah berada didalam mobil. Jaemin tetap tak mau bicara— wajahnya terus menunjukkan muka masam tanpa pernah mau melihat ke arah suaminya sedikitpun. Jeno mencoba untuk bersabar menghadapi sikap ketus Jaemin saat ini.

"Mama menelpon beliau mengundang kita makan malam di rumahnya. Jina sudah dibawa oleh Hyemi kesana jadi malam ini kita tidak pulang dan menginap di rumah mama semalam, tak apa kan?"

Jaemin memandang keluar jendela  sambil melihat derasnya hujan lebat di malam hari. Ia terdiam seolah tak mau menjawab perkataan Jeno namun pada akhirnya ia membuka suaranya. "Tak mau." Jawabnya singkat dan acuh.

Jeno menghembuskan napasnya untuk kesekian kali dan terus berusaha membujuk Jaemin.  "Mama bilang dia punya hadiah untukmu dan beliau ingin memberikan ucapan selamat atas kelancaran persidanganmu hari ini."

"Tentu kita harus datang untuk menghargainya."

Lantas Jaemin kembali memalingkan muka, menunduk lalu memainkan kuku-kuku jarinya. 

"Kau terus menyuruhku menghargai ibumu, tapi kau tak pernah sekalipun mencoba menghargai keberadaanku yang ada disampingmu." Jaemin berujar dengan tenang namun kalimat itu membuat hati Jeno tertusuk.

AFTER DIVORCE | NoMin 2022 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang