8. Another Try

1K 51 10
                                    

Halo, readers-ku yang baik nan budiman.

Budayakan vote and comment yaa. Thanks :)

Kami tidak membuang waktu untuk melewati perjalanan jauh dari Distrik Sungai-Sungai Jauh ke Kota Tishri.

ILY mampu melakukan lompatan yang dapat membuat kami langsung sampai di depan suatu gedung megah yang tak asing lagi bagiku.

Aku pun turun mengikuti Ali yang telah turun terlebih dahulu.

Pandangan Ali fokus, tidak slengekan seperti biasanya. Ah, seperti bukan Ali saja. Membuatku mengurungkan niat untuk bertanya-tanya sedang apa kita ke gedung ini.

Ali tidak menoleh sedikit pun ke arahku. Namun aku sama sekali enggan untuk menyangsikannya. Langkahnya mantap tanpa keraguan, tahu betul harus ke mana mengarahkan kedua kakinya.

Sepertinya aku tahu apa tujuannya di gedung ini.

"Selamat pagi, Av." Sapa Ali.

"Wahai, Ali dan Raib. Sedang apa kalian kemari sepagi ini? Bukankah kalian sedang ada di klan Nebula menemui Mata? Bagaimana? Apakah ia memang secantik Raib, Ali?"

Ali mengangguk. Aku hanya diam, berusaha berada di luar pembicaraan ini meski aku dan mereka berada di satu ruangan yang sama.

"Namun kami kemari bukan untuk membicarakan itu, Av. Lebih tepatnya, aku, kemari karena membutuhkan bantuanmu. Ada yang ingin aku tanyakan."

Belum sempat Av menanggapi, Ali sudah menlanjutkan kalimatnya.

"Bisakah kau mengartikan kalimat ini?"

...

"Wahai!!! Aku tidak pernah mendengar bahasa itu. Bahkan tidak ada satupun buku di perpustakaan ini yang menggunakan atau bahkan menyebutkan bahasa itu. Maafkan aku, Anak Muda."

Ali merunduk lalu mengangguk pelan.

"Ali..." Aku menyentuh pundak kanan Ali, berusaha mengalirkan energi penenang kepada Ali.

Ali kembali menegakkan kepala, menoleh ke arahku, dan tersenyum. Tangan kirinya memegang tanganku yang ada di pundaknya. "Terimakasih, Ra. Aku tak apa."

"Sebenarnya dari mana kau dapat kalimat-kalimat itu, Ali?" Tanya Av yang masih memandangi kami.

"Dari suatu alat yang... Maaf, aku tidak bisa menceritakannya, Av."

Av mengangguk paham. "Baiklah. Semoga kalian mendapatkan jawaban yang lebih baik di tempat lain."

"Terimakasih, Av. Kami pamit dulu."

Aku dan Ali segera memasuki ILY yang diparkir di depan perpustakaan.

Kami duduk di kursi masing-masing.

Kini Ali tidak melakukan lompatan. Ia menentukan titik koordinat selanjutnya lalu mengaktifkan mode autopilot.

Setelah itu Ali tidur di kasur belakang tanpa mengajakku bicara sepatah kata pun.

Tentu saja aku tidak bisa tinggal diam melihatnya.

Aku langsung menghampiri Ali dan duduk di kasur yang berseberangan dengan kasur Ali.

Ternyata nyaliku belum cukup untuk mengajaknya bicara.

Aku hanya duduk terdiam memandangi si Biangkerok yang menutup mata dengan salah satu lengannya.

"Ali..."

"Ra..."

Ali memindahkan lengan yang menutupi matanya. Kini ia menoleh ke arahku.

Raib & Ali (Friendship, Love, and The Next Mission)Where stories live. Discover now