˗ˏˋ Prolog 'ˎ˗

1.1K 103 11
                                    

- Normal POV

“ Tadaima! ....kaa-san? ”

Gadis berusia 12 tahun baru saja pulang dari sekolahnya.

“ Okaa-san aku dapat nilai 95 loh! Dari ulangan matematika! ”

Tak dapat jawaban dari sang ibu, gadis itu mencari-cari sosok ibunya di setiap kamar rumah. Gadis itupun langsung terpikir untuk ke dapur, biasanya setelah pulang sekolah ibunya akan memasak untuk makan malam.

“ Are? Ga ada? ” ucap gadis itu yang tidak menemukan ibunya di dapur.

“ Coba cari di kamar. ” Seorang lelaki muncul dari mulut ruangan dapur.

“ Ah iya! nii-san mau apa disini? ”

“ Hmm makan..? ”

Gadis itupun segera menuju kamar sang ibu dengan membawa lembaran kertas ulangan yang ingin ia pamerkan nilai 95 ke ibunya.

Gadis tersebut kemudian membuka pintu kamar ibunya.

“ Kaa-san lihatlah! Aku dapat- ” ucapannya terpotong ketika melihat tubuh ibunya yang tergantung dengan tali di leher.
“ K-kaa-san..? ” Maniknya melebar dan pupilnya bergetar. Ia belum pernah melihat pemandangan ini sebelumnya, mengingat ia masih berumur 12 tahun.

Kakaknya yang mendengar percakapan sepihak dengan nada yang sedikit aneh itupun segera menghampiri adiknya.

“ H-hah?....[name]! ” Setelah melihat ibu mereka dengan kondisi telah tak bernyawa, ia langsung dengan sigap menutup mata adik perempuannya itu.

“ N-nii-san....ibu..tergantung... ”

“ .... ”

Kedua botjah itu menangis tanpa suara dengan ekspresi yang masih shock. Kakaknya kemudian memeluk adiknya dan membalikkan tubuh. Ia tak mau adiknya terus melihat pemandangan itu.



Kakaknya melihat secarik surat di atas meja ibunya. Tanpa basa-basi ia langsung mengambilnya. Ia hanya membaca masih dalam posisi memeluk adiknya itu, sehingga [name] tidak melihat apa isi surat terakhir dari ibunya.

“ Maaf ibu melakukan hal ini, maaf sekali. Tapi ibu sudah tidak tahan dengan perlakuan ayahmu. Ia selalu saja memerintah seenaknya dan berpikir kalau ia yang berkuasa.

Maaf ibu meninggalkan kalian dengan keadaan seperti ini. Ibu tidak tahan, ibu titipkan harta ibu ke kalian berdua. Jangan sampai pria tua sialan itu mengambil sedikitpun. Ibu tahu ini egois, tetapi tolong maafkan ibumu ini.

Tertulis : Ibu tercinta kalian ”



Setelah membaca surat dari ibu mereka, kakaknya tak dapat menahan tangisnya. Ia menangis.

“ [name] kau tenanglah di dalam kamarmu, kau boleh menangis kok. ” ujar kakaknya untuk menjauhkan [name] dari kemungkinan trauma akan tali, bunuh diri, atau semacamnya.

[Name] mengangguk mengiyakan perintah kakaknya. Ia segera menuju kamarnya dan membiarkan kertas ulangan itu terjatuh.


Di dalam kamarnya, [name]pun tidak dapat menangis lagi. Ia hanya bengong di depan cermin besar yang terdapat di pintu lemarinya.

“ Aku tidak sebodoh itu. Aku tidak buta nii-san. Aku tau isi surat itu. Semua ini karena otou-san bukan? ” -[name]

Dengan perlahan [name] menuju dapur, sedikit dan sekecil mungkin ia membuat suara. Jangan sampai kakaknya tau apa yang ia rencanakan. [Name] langsung mengambil pisau yang setahu ia paling tajam diantara yang lain.


𝐋𝐔𝐂𝐄𝐍𝐓 ;- black cloverWhere stories live. Discover now